Kebutuhan Uang Tunai di Bali Meningkat
DENPASAR,NusaBali
Pandemi Covid-19 mendorong kebutuhan uang tunai di Bali meningkat. Hal itu ditunjukkan terjadinya net outflow Bank Indonesia sebesar Rp 236 miliar pada Maret lalu.
Fenomena peningkatan kebutuhan uang tunai berbeda dengan waktu sebelumnya yang menunjukkan penurunan kebutuhan uang tunai, menyusul semakin gencarnya transaksi digital.
“Seseorang memegang uang karena adanya motif transaksi, berjaga-jaga dan motif spekulasi," ujar Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, M Setyawan Santoso, Rabu (8/4).
Dan yang terjadi saat ini, lanjut Setyawan, adalah motif pertama dan motif kedua, yakni transaksi dan berjaga-jaga. Hal tersebut tak lepas dari kebijakan pemerintah, mulai dari kebijakan memacu sektor pariwisata pada Februari lalu. Kemudian disusul kasus Covid-10 pertama di Indonesia pada 3 Maret lalu.
Untuk menanggulangi pemerintah mengambil kebijakan strategis seperti tetap di rumah (stay at home), bekerja di rumah (work at home), menjaga jarak (phisical distancing). Kebijakan tersebut kata Setyawan, memerlukan kesiapan teknis dan logistik sehingga munculah motif transaksi dalam memegang uang tunai. “Meskipun transaksi digital sudah meluas, tapi sebagian masyarakat masih merasa bahwa mereka lebih mudah melakukan transaksi dengan uang tunai khususnya untuk memenuhi kebutuhan logistik sehari-hari,” ulasnya.
Apalagi belum ada kepastian kapan wabah mereda, sehingga menjadikan masyarakat berjaga-jaga. Untuk itu memerlukan tambahan kebutuhan uang tunai. “Secara khusus di Bali, rentetan hari raya keagamaan salah satunya hari raya Nyepi, dalam suasana Covid-19, mendorong peningkatan tambahan penyediaan kebutuhan uang tunai,” kata Setyawan. *k17
Komentar