DB di Buleleng Tembus Lebih 1.000 Kasus
Dua Orang Meninggal dalam Tiga Bulan Terakhir
SINGARAJA, NusaBali
Kasus Deman Berdarah (DB) di Buleleng yang memang tinggi sejak awal tahun lalu, memasuki bulan keempat saat ini menembus angka seribu kasus.
Dinas Kesehatan mencatat data terakhir yang terakumulasi dari sembilan kecamatan di Buleleng mencapai angka 1.059 orang. Lonjakan kasus demam berdarah di awal tahun 2020 ini juga telah menelan dua orang korban jiwa.
Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, saat dikonfirmasi Kamis (9/4) menjelaskan meski jumlah kasusnya memang sangat tinggi hingga membuat dua orang warga Buleleng meninggal dunia tidak membuat Buleleng mendapat predikat Kasus Luar Biasa (KLB). Hal sebut karena kasus DB di Buleleng terjadi setiap tahunnya. “Dua orang yang meninggal itu satu dari Ambengan dan satu dari Pemaron yang terakhir meninggal bulan Maret. Tetapi ada penyakit bawaan lainnya sehingga memberatkan pasien,” ucap Sutjidra.
Wakil Bupati asal Desa Bontihing, Kecamatan Tejakula, Buleleng itu juga menjelaskan jumlah kasus DB di triwulan pertama di tahun 2020 meningkat tajam. Data triwulan pertama berlipat dua kali lipat dari kasus sepanjang 2019 lalu yang hanya 487 orang dalam setahun dengan satu kasus meninggal dunia.
Menurutnya lonjakan kasus DB di Buleleng ini memang dipicu perubahan musim yang memang sangat efektif berkembangnya jentik nyamuk aedes aegypti. Segala upaya juga sudah dilakukan Pemlab Buleleng untuk menekan kasus DB di Buleleng, seperti fogging secara selektif, pemberantasan sarang nyamuk hingga pembagian bubuk Abate ke masyarakat yang dikoordinir oleh masing-masing Puskemas terdekat di wilayahnya.
Hanya saja sejauh ini upaya pencegahan yang dilakukan belum dapat mengatasi masalah DB yang terus bertambah. Pemerintah pun lebih menekankan untuk pembiasaan Perilaku Hidup Sehat (PHBS) di lingkungan masyarakat secara sadar dan mandiri untuk membasmi jentik nyamuk, yang menjadi ancaman berbahaya dalam kasus DB. Masyarakat juga diimbau tetap mengurangi dan menghindari genangan air sebisa mungkin di lingkungan keluarganya, selain membunuh jentik nyamuk dengan menaburkan bubuk Abate secara kontinyu. “Yang paling penting dalah pemberantasan sarang nyamuk karena musim-musim peralihan begini nyamuk berkembang cepat, kami harap partiispasi masyarakat juga untuk berperan aktif, “ tegas dia.
Sementara itu Kecamatan Buleleng dan Tejakula disebut masih menjadi pemecah rekor dengan jumlah kasus terbanyak. Fakta terbaru juga ditemukan Dinas Kesehatan kasus DB di daerah dataran tinggi yang sebelumnya merupakan zona bebas dari nyamuk aedes aegypti. Sebagai daerah endemi nyamuk aedes aegypti biasanya berkembang di daerah yang suhunya hangat, tetapi saat ini ada perubahan perilaku nyamuk penyebab DB ini yang sudah mulai beradaptasi di wilayah sejuk dan pegunungan. Beberapa kasus yang menggambarkan perubahan perilaku nyamuk berbahaya ini ditemukan di Desa Bongancina dan sekitarnya di Kecamatan Busungbiu. Sedangkan di daerah kota yang padat penduduk memang tak memungkiri sebagai tempat berkembangbiak paling cepat nyamuk aedes aegypti. Sedangkan kasus terbanyak kedua yang ditemukan di Tejakula juga disebabkan karena di daerah itu banyak tempat penampungan air yang merupakan tempat berbaik untuk berkembangbiaknya nyamuk yang dapat mengancam nyawa manusia ini.
Sementara itu dalam penanganan dan antisipasi kasus DB di Buleleng yang merupakan daerah endemis nyamuk aedes aegypti tak dapat dibasmi dalam satu kali upaya. Namun perlu ketelatenan dan kerjasama dengan masyarakat. Salah satunya menjadi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di masing-masing keluarga. Masyarakat saat menemukan jentik dan kasus DB di lingkungannya juga diharapkan berperan aktif melaporkan ke Puskesmas Pembantu atau Puskesmas terdekat dari tempat tinggalnya.*k23
Komentar