Buleleng Perluas Areal Tanam Cabai Rawit
Produktivitas cabai rawit di Buleleng sudah baik, namun tidak merata sepanjang bulan.
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng menambah areal tanam cabai rawit seluas 23 hektare. Perluasan lahan dimaksudkan untuk menstabilkan produksi yang kadang lowong, sehingga berdampak pada melambung harga. Perluasan lahan cabai rawit tersebar di Desa Patas Kecamatan Gerokgak 10 hektare, Desa Pakisan Kecamatan Kubutambahan 10 hektare dan Kelurahan/Kecamatan Sukasada 3 hektare. “Cabai rawit adalah komoditas unggulan Buleleng di bidang hortikultura,” kata Kepala Bidang Produksi Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Gede Subudi, seizin Kadis Pertanian Buleleng, I Made Sumiarta, Senin (13/4).
Kualitas cabai rawit disebutnya sangat baik, jumlah produksinya juga cukup banyak. Sayangnya pada bulan-bulan tertentu diakui Subudi kerap kosong.
“Produksi cabai memang belum merata sepanjang tahun, selain juga produksi lokal Buleleng ini tak hanya menyuplai kebutuhan cabai di Bali tetapi sudah sampai Jawa Timur juga. Biasanya produksi Mei-Juni yang panen raya, cabai produksi di Gerokgak dipasarkan sampai ke Jatim” jelas Subudi.
Kondisi itu belum termasuk ancaman gagal panen karena serangan hama dan cuaca ekstrem yang tak bersahabat. Dengan kondisi tersebut, Dinas Pertanian setiap tahunnya melakukan perluasan lahan tanam sekaligus intensifikasi pengaturan pola tanam sehingga produksinya dapat terjaga sepanjang tahun. “Petani cabai rawit di Buleleng juga rutin diberikan pendampingan terkait upaya penanganan hama dan juga terobosan peningkatan kualitas produksi hingga peningkatan produktivitas,” ujar Subudi.
Pada 2019, luasan tanam cabai rawit di Buleleng mencapai 565 hektare tersebar di lima kecamatan, meliputi Kecamatan Gerokgak, Seririt, Sukasada, Kubutambahan dan Sawan. Luasan tanam terbanyak ada di Kecamatan Gerokgak sebanyak 495 hektare. Sedangkan dari 565 hektare luasan tanam cabai rawit di tahun 2019 lalu, berproduksi hampir 14 ton dalam setahun penuh.*k23
Kualitas cabai rawit disebutnya sangat baik, jumlah produksinya juga cukup banyak. Sayangnya pada bulan-bulan tertentu diakui Subudi kerap kosong.
“Produksi cabai memang belum merata sepanjang tahun, selain juga produksi lokal Buleleng ini tak hanya menyuplai kebutuhan cabai di Bali tetapi sudah sampai Jawa Timur juga. Biasanya produksi Mei-Juni yang panen raya, cabai produksi di Gerokgak dipasarkan sampai ke Jatim” jelas Subudi.
Kondisi itu belum termasuk ancaman gagal panen karena serangan hama dan cuaca ekstrem yang tak bersahabat. Dengan kondisi tersebut, Dinas Pertanian setiap tahunnya melakukan perluasan lahan tanam sekaligus intensifikasi pengaturan pola tanam sehingga produksinya dapat terjaga sepanjang tahun. “Petani cabai rawit di Buleleng juga rutin diberikan pendampingan terkait upaya penanganan hama dan juga terobosan peningkatan kualitas produksi hingga peningkatan produktivitas,” ujar Subudi.
Pada 2019, luasan tanam cabai rawit di Buleleng mencapai 565 hektare tersebar di lima kecamatan, meliputi Kecamatan Gerokgak, Seririt, Sukasada, Kubutambahan dan Sawan. Luasan tanam terbanyak ada di Kecamatan Gerokgak sebanyak 495 hektare. Sedangkan dari 565 hektare luasan tanam cabai rawit di tahun 2019 lalu, berproduksi hampir 14 ton dalam setahun penuh.*k23
1
Komentar