Indonesia Terancam Resesi
Pandemi Covid-19 akan menyeret pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 0,3 persen, atau bahkan terkoreksi negatif 2,6 persen. Juga akan ada tambahan 3,78 juta penduduk miskin dan 5,2 juta pengangguran.
JAKARTA, NusaBali
Pandemi virus Corona (Covid-19) berpotensi membawa perekonomian Indonesia menuju jurang resesi. Hal ini terjadi bila pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkoreksi negatif, alias hanya 2,6 persen.
“Ini sedang kami upayakan untuk tidak terjadi. Memang sangat berat, namun ini kami menghadapi kondisi yang luar biasa dan kami coba atasi,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, usai rapat kabinet dengan Presiden Joko Widodo melalui video conference, Selasa (14/4).
Sri Mulyani mengatakan, pada kuartal kedua adalah periode terberat tahun ini. Pandemi Covid-19 diperkirakan menyeret pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 0,3 persen, atau bahkan terkoreksi negatif 2,6 persen.
Namun pada kuartal ketiga, Menkeu berharap akan ada pemulihan ke angka 1,5 persen atau mungkin bisa lebih baik pada level 2,8 persen. Itu semua akan ditentukan oleh periode penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Namun Sri Mulyani memperkirakan, pada kuartal keempat bila semua berjalan dengan lancar, perekonomian Indonesia akan berangsur pulih. Momentum ini akan terus diakselerasi pada tahun 2021
Menurutnya, indikasinya resesi itu pada rentang pertumbuhan ekonomi akan dapat dijaga pada level 4,5 persen hingga 5,5 persen pada tahun depan. Namun, proyeksi itu akan sangat tergantung dengan upaya bersama saat ini dalam mengendalikan penyebaran virus Corona.
Adapun pemulihan ekonomi juga akan menemui tantangan dari sisi angka pengangguran dan kemiskinan yang berpotensi naik selama pandemi. Menurut Menkeu, dalam kondisi terburuk, akan ada tambahan 3,78 juta penduduk miskin dan 5,2 juta pengangguran.
Dia melanjutkan, dalam skenario yang cukup berat saja, angka kemiskinan akan bertambah 1,1 juta orang. Pada kondisi yang serupa angka pengangguran akan bertambah 2,9 juta orang.
Pemerintah dalam hal itu telah menyiapkan sejumlah strategi. Satu di antaranya adalah melalui kartu prakerja yang berdasarkan instruksi Presiden Joko Widodo mendapatkan kenaikan anggaran, dari semulai Rp 10 triliun menjadi Rp 20 triliun.
“Itu bisa menyerap 5,6 juta masyarakat yang terdampak PHK,” kata Sri Mulyani.
Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan pihaknya juga sedang memfinalisasi rancangan insentif pajak untuk 11 sektor industri selain manufaktur sebagai stimulus saat pandemi Covid-19.
“Saat ini, kita fokus ke industri manufaktur. Tapi Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto) dan kami (Kementerian Keuangan) memutuskan akan ada insentif tambahan ke 11 sektor di luar manufaktur,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan ke-11 sektor industri itu adalah sektor yang terdampak dari situasi pandemi Covid-19, yakni di antaranya transportasi, perhotelan, dan perdagangan. *ant
Pandemi virus Corona (Covid-19) berpotensi membawa perekonomian Indonesia menuju jurang resesi. Hal ini terjadi bila pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkoreksi negatif, alias hanya 2,6 persen.
“Ini sedang kami upayakan untuk tidak terjadi. Memang sangat berat, namun ini kami menghadapi kondisi yang luar biasa dan kami coba atasi,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, usai rapat kabinet dengan Presiden Joko Widodo melalui video conference, Selasa (14/4).
Sri Mulyani mengatakan, pada kuartal kedua adalah periode terberat tahun ini. Pandemi Covid-19 diperkirakan menyeret pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 0,3 persen, atau bahkan terkoreksi negatif 2,6 persen.
Namun pada kuartal ketiga, Menkeu berharap akan ada pemulihan ke angka 1,5 persen atau mungkin bisa lebih baik pada level 2,8 persen. Itu semua akan ditentukan oleh periode penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Namun Sri Mulyani memperkirakan, pada kuartal keempat bila semua berjalan dengan lancar, perekonomian Indonesia akan berangsur pulih. Momentum ini akan terus diakselerasi pada tahun 2021
Menurutnya, indikasinya resesi itu pada rentang pertumbuhan ekonomi akan dapat dijaga pada level 4,5 persen hingga 5,5 persen pada tahun depan. Namun, proyeksi itu akan sangat tergantung dengan upaya bersama saat ini dalam mengendalikan penyebaran virus Corona.
Adapun pemulihan ekonomi juga akan menemui tantangan dari sisi angka pengangguran dan kemiskinan yang berpotensi naik selama pandemi. Menurut Menkeu, dalam kondisi terburuk, akan ada tambahan 3,78 juta penduduk miskin dan 5,2 juta pengangguran.
Dia melanjutkan, dalam skenario yang cukup berat saja, angka kemiskinan akan bertambah 1,1 juta orang. Pada kondisi yang serupa angka pengangguran akan bertambah 2,9 juta orang.
Pemerintah dalam hal itu telah menyiapkan sejumlah strategi. Satu di antaranya adalah melalui kartu prakerja yang berdasarkan instruksi Presiden Joko Widodo mendapatkan kenaikan anggaran, dari semulai Rp 10 triliun menjadi Rp 20 triliun.
“Itu bisa menyerap 5,6 juta masyarakat yang terdampak PHK,” kata Sri Mulyani.
Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan pihaknya juga sedang memfinalisasi rancangan insentif pajak untuk 11 sektor industri selain manufaktur sebagai stimulus saat pandemi Covid-19.
“Saat ini, kita fokus ke industri manufaktur. Tapi Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto) dan kami (Kementerian Keuangan) memutuskan akan ada insentif tambahan ke 11 sektor di luar manufaktur,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan ke-11 sektor industri itu adalah sektor yang terdampak dari situasi pandemi Covid-19, yakni di antaranya transportasi, perhotelan, dan perdagangan. *ant
Komentar