Petani Buleleng Jangan Jual Hasil Panen ke Luar Daerah
Ketersediaan beras mencukupi dengan produksi yang bagus-bagusnya, namun ada kenala pada ketersediaan tenaga pemanen.
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng menyatakan ketersediaan beras masih aman. Produksi beras dari petani lokal Buleleng pun berturt-turut masih surplus dalam dua tahun terakhir. Begitu juga musim tanam di triwulan pertama tahun ini berlangsung lancar tanpa hambatan musim maupun pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta yang dihubungi via telepon, Kamis (16/4), mengatakan musim tanam padi di triwulan pertama di tahun 2020 berjalan lancar. Tidak ada gangguan cuaca ekstrim seperti tahun 2019 yang membuat hasil panen menurun. Pandemi Covid-19 yang saat ini masih berlangsung juga belum berpengaruh pada petani dan masa tanam. “Kalau musim tanam tidak berdampak, karena persediaan cukup, pupuk juga sudah diamprah sebelumnya dan sejauh ini mencukupi,” jelas dia.
Hanya saja jika pandemi Covid-19 ini berlangsung lama, kekhawatiran yang datang soal ketersediaan tenaga panen (sekaa manyi,red) dengan pembatasan aktivitas keluar rumah dan social distancing yang berlaku saat ini. Keterbatasan ruang gerak saat ini jika berlangsung lama akan membuat biaya produksi lebih tinggi, dengan perpanjangan waktu panen yang semestinya bisa selesai sehari mengalami perpanjangan karena keterbatasan tenaga.
“Kalau nanti pandemi lama, upayanya adalah pemanfaatan mesin pasca panen seperti perontok padi yang bisa meminimalisir tenaga manusia. Kami juga imbau dan penyuluh lapangan sudah bergerak mengarahkan petani tidak menjual hasil panennya ke luar daerah, sehingga kebutuhan di Buleleng bisa tercukupi dna terjamin,” ucap Sumiarta.
Masa tanam triwulan pertama yang sudah memasuki masa panen disebut Sumiarta hasilnya cukup memuaskan. Dari 8.500 hektare luasan tanam produksi per April itu mencapai 22.900 ton beras. Tahun ini Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng pun menargetkan dapat memenuhi 64 ribu ton beras di tahun 2020 ini.
Melihat situasi alam yang bersahabat Sumiarta mengaku optimis dapat memenuhi target produksi beras tahun ini. “Mudah-mudahan saja pandemi ini segera berakhir, sehingga dapat kembali beraktivitas sebagaimana mestinya dan Buleleng kembali bisa swasembada pangan,” imbuh dia.
Sementara itu dari produksi beras dua tahun terakhir Buleleng juga masih dalam status surplus. Pada tahun 2018 lalu, dengan luas tana 22. 962 hektare menghasilan beras bersih 82.209 ton dengan kondisi surplus 10.44 ton dari kebutuhan beras masyarakat sebanyak 72.165 ton. sedangkan di tahun 2019 kembali surplus meski mengalami penurunan yakni hanya 4.358 ton.
Pada tahun 2019 Buleleng memiliki luas tanam 21.603 hektare dengan jumlah produksi beras bersih 76.726 ton. selisih tipis dari kebutuhan beras warga Buleleng sebanyak 72.369 ton. Penurunan jumlah produksi di tahun 2019 itu diakui Sumiarta karena faktor alam. “2019 lalu ada cuaca ektrem dan juga serangan hama, sehingga ada penurunan produksi,” katanya.
Mengantisipasi hal tersebut, setiap tahun Dinas Pertanian melakukan intensifikasi dengan pupuk bersubsidi, pemenuhan sarana prasarana, pendampingan hingga perbaikan saluran irigasi. Khusus petani padi di Buleleng selama ini kebanyakan mengembangkan varietas Ciherang dan IR 64, karena memang pasarnya luas dan banyak dicari masyarakat, selain juga produktivitasnya tinggi dan rasa serta teksturnya yang pulen.*k23
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta yang dihubungi via telepon, Kamis (16/4), mengatakan musim tanam padi di triwulan pertama di tahun 2020 berjalan lancar. Tidak ada gangguan cuaca ekstrim seperti tahun 2019 yang membuat hasil panen menurun. Pandemi Covid-19 yang saat ini masih berlangsung juga belum berpengaruh pada petani dan masa tanam. “Kalau musim tanam tidak berdampak, karena persediaan cukup, pupuk juga sudah diamprah sebelumnya dan sejauh ini mencukupi,” jelas dia.
Hanya saja jika pandemi Covid-19 ini berlangsung lama, kekhawatiran yang datang soal ketersediaan tenaga panen (sekaa manyi,red) dengan pembatasan aktivitas keluar rumah dan social distancing yang berlaku saat ini. Keterbatasan ruang gerak saat ini jika berlangsung lama akan membuat biaya produksi lebih tinggi, dengan perpanjangan waktu panen yang semestinya bisa selesai sehari mengalami perpanjangan karena keterbatasan tenaga.
“Kalau nanti pandemi lama, upayanya adalah pemanfaatan mesin pasca panen seperti perontok padi yang bisa meminimalisir tenaga manusia. Kami juga imbau dan penyuluh lapangan sudah bergerak mengarahkan petani tidak menjual hasil panennya ke luar daerah, sehingga kebutuhan di Buleleng bisa tercukupi dna terjamin,” ucap Sumiarta.
Masa tanam triwulan pertama yang sudah memasuki masa panen disebut Sumiarta hasilnya cukup memuaskan. Dari 8.500 hektare luasan tanam produksi per April itu mencapai 22.900 ton beras. Tahun ini Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng pun menargetkan dapat memenuhi 64 ribu ton beras di tahun 2020 ini.
Melihat situasi alam yang bersahabat Sumiarta mengaku optimis dapat memenuhi target produksi beras tahun ini. “Mudah-mudahan saja pandemi ini segera berakhir, sehingga dapat kembali beraktivitas sebagaimana mestinya dan Buleleng kembali bisa swasembada pangan,” imbuh dia.
Sementara itu dari produksi beras dua tahun terakhir Buleleng juga masih dalam status surplus. Pada tahun 2018 lalu, dengan luas tana 22. 962 hektare menghasilan beras bersih 82.209 ton dengan kondisi surplus 10.44 ton dari kebutuhan beras masyarakat sebanyak 72.165 ton. sedangkan di tahun 2019 kembali surplus meski mengalami penurunan yakni hanya 4.358 ton.
Pada tahun 2019 Buleleng memiliki luas tanam 21.603 hektare dengan jumlah produksi beras bersih 76.726 ton. selisih tipis dari kebutuhan beras warga Buleleng sebanyak 72.369 ton. Penurunan jumlah produksi di tahun 2019 itu diakui Sumiarta karena faktor alam. “2019 lalu ada cuaca ektrem dan juga serangan hama, sehingga ada penurunan produksi,” katanya.
Mengantisipasi hal tersebut, setiap tahun Dinas Pertanian melakukan intensifikasi dengan pupuk bersubsidi, pemenuhan sarana prasarana, pendampingan hingga perbaikan saluran irigasi. Khusus petani padi di Buleleng selama ini kebanyakan mengembangkan varietas Ciherang dan IR 64, karena memang pasarnya luas dan banyak dicari masyarakat, selain juga produktivitasnya tinggi dan rasa serta teksturnya yang pulen.*k23
1
Komentar