Desa Adat Blahkiuh Laksanakan Ngeneng Sehari Semalam
MANGUPURA, NusaBali
Suasana di Desa Adat Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung, tampak sepi dibanding hari biasanya.
Kondisi tersebut tak lepas dari kebijakan desa adat setempat yang melaksanakan ngeneng atau berdiam diri di rumah selama sehari semalam. Ngeneng di Desa Adat Blahkiuh dimulai Kamis (23/4) dan berakhir pada Jumat (24/4) pukul 06.00 Wita.
Ngeneng yang dilakukan Desa Adat Blahkiuh tak ubahnya amati lelungan saat Nyepi. Yakni krama tidak bepergian ke luar rumah. Sedangkan untuk aktivitas lainnya seperti memasak dan lain sebagainya tetap bisa dilakukan. Walau begitu, tidak ada larangan untuk ke luar rumah bagi krama yang memiliki kepentingan mendesak, seperti sakit, melahirkan, dan yang lain.
Menariknya walaupun tidak ada sanksi selama pelaksanaan ngeneng, namun krama tetap patuh dan melaksanakannya sesuai imbauan dari desa adat. Karena warga memilih tak bepergian alias berdiam diri di rumah (ngeneng), alhasil jalan-jalan desa tampak sepi. Kendaraan yang melintas pun hanya sesekali, itu pun bukan warga asli setempat.
Bendesa Adat Blahkiuh Ida Bagus Bajra, menegaskan apa yang dilaksanakan oleh Desa Adat Blahkiuh bukan lah sipeng seperti informasi yang beredar. Melainkan ngeneng setelah melaksanakan Nunas Ica pada Tilem Kedasa sehari sebelumnya yakni Rabu (22/4). “Kita tidak melaksanakan sipeng, hanya melaksanakan ngeneng saja,” katanya.
Palaksanaan ngeneng, menurut Bajra, sebagai tindaklanjut surat dari Majelis Desa Adat Provinsi Bali mengenai Nunas Ica pada Tilem Kedasa. “Jadi ngeneng dilaksanakan untuk krama Desa Adat Blahkiuh saja,” tegasnya sembari menyatakan kegiatan ini sudah disosialisasikan kepada seluruh krama yang berjumlah sekitar 6.000 jiwa.
Dijelaskannya, pada pelaksanaan ngeneng tersebut tidak ada sanksi. Namun sejauh ini hampir semua krama menaati imbauan dari desa adat. “Kami bersyukur pelaksanaan ngeneng tidak ada masalah hingga saat ini. Kami harap dengan pelaksanaan ngeneng, wabah virus Corona cepat berlalu,” harap Bajra.
Penyarikan Desa Adat Blahkiuh Wayan Sandiasa, menambahkan yang dilakukan oleh Desa Adat Blahkiuh bukan lah sipeng, melainkan ngeneng. “Iya, kami hanya mengikuti imbauan dari Majelis Desa Adat Provinsi Bali, bahwa 22 April 2020 itu namanya ngening, dan pada 23 April 2020 namanya ngeneng, berarti berdiam diri di rumah. Itu yang kami ikuti,” katanya.
Lantaran yang dilakukan bukan sipeng, maka untuk perjalanan lintas desa berjalan seperti biasa. Beberapa bank yang ada di wilayah sekitar pun beroperasi seperti biasa. “Yang kami lakukan di Blahkiuh menutup yang namanya pasar, warung, dan toko, itu saja. Untuk perbankan tetap buka,” lanjut Sandiasa.
Selama pelaksanaan ngeneng, wilayah Desa Adat Blahkiuh dijaga oleh sekitar 28 orang pecalang. Hal ini untuk memastikan keamanan krama tetap terjaga. Menurut Ketua Pecalang Desa Adat Blahkiuh Wayan Suparta, para pecalang bertugas penuh selama pelaksanaa ngeneng sehari semalam.
“Kami melakukan patroli keliling. Tapi ada juga yang standby di posko Satgas Gotong Royong Penanggulangan Covid-19 Blahkiuh,” tegasnya. *asa
1
Komentar