Kondisi Panas dan Gerah, Bali Alami Fenomena Suhu Udara Tinggi
MANGUPURA, NusaBali
Dalam beberapa hari belakangan ini, cuaca di Pulau Dewata terasa panas dan gerah.
Hal ini ternyata disebabkan oleh suhu udara tinggi dan disertai oleh kelembaban udara yang rendah serta kondisi langit cerah dan kurangnya awan. Hal ini menyebabkan pancaran sinar matahari langsung lebih banyak diteruskan ke permukaan bumi.
Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Iman Fatchurochman menerangkan kondisi panas dan gerah yang terjadi belakangan ini disebabkan wilayah Bali tengah berada pada masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau. Selain itu, disebabkan oleh suhu udara tinggi dan disertai oleh kelembaban udara yang rendah serta kondisi langit cerah dan kurangnya awan. “Ini juga salah satu pemicu kondisi Bali saat ini yang gerah dan panas,” ujarnya, Kamis (23/4) sore.
Iman menjelaskan, sebagaimana diprediksikan BBMKG sebelumnya, seiring dengan pergerakan semu matahari dari posisi di atas khatulistiwa menuju belahan Bumi Utara. Transisi musim itu ditandai oleh mulai berhembusnya angin timuran dari Benua Australia (monsun Australia) terutama di wilayah bagian Selatan Indonesia. Angin monsun Australia ini bersifat kering serta kurang membawa uap air, sehingga menghambat pertumbuhan awan.
Masih menurut dia, fenomena ini merupakan indikasi dari proses perubahan iklim yang sedang terjadi dan perlu untuk lebih diantisipasi ataupun dimitigasi. Hal itu karena peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian ekstrem menimbulkan dampak makin parah dalam kehidupan manusia, antara lain makin seringnya terjadi bencana hidrometeorologi, baik berupa banjir, banjir bandang, longsor, kekeringan dan meningkatnya tingkat kemudahan lahan dan hutan untuk terbakar. Namun fenomena suhu udara tinggi yang terjadi saat ini tampaknya lebih dikontrol oleh pengaruh posisi gerak semu matahari dan mulai bertiupnya angin monsun kering dari Benua Australia, yang berdampak pada kurangnya tutupan awan. “Sehingga sinar matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa adanya penghalang awan,” ucap Iman. *dar
Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Iman Fatchurochman menerangkan kondisi panas dan gerah yang terjadi belakangan ini disebabkan wilayah Bali tengah berada pada masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau. Selain itu, disebabkan oleh suhu udara tinggi dan disertai oleh kelembaban udara yang rendah serta kondisi langit cerah dan kurangnya awan. “Ini juga salah satu pemicu kondisi Bali saat ini yang gerah dan panas,” ujarnya, Kamis (23/4) sore.
Iman menjelaskan, sebagaimana diprediksikan BBMKG sebelumnya, seiring dengan pergerakan semu matahari dari posisi di atas khatulistiwa menuju belahan Bumi Utara. Transisi musim itu ditandai oleh mulai berhembusnya angin timuran dari Benua Australia (monsun Australia) terutama di wilayah bagian Selatan Indonesia. Angin monsun Australia ini bersifat kering serta kurang membawa uap air, sehingga menghambat pertumbuhan awan.
Masih menurut dia, fenomena ini merupakan indikasi dari proses perubahan iklim yang sedang terjadi dan perlu untuk lebih diantisipasi ataupun dimitigasi. Hal itu karena peningkatan frekuensi dan intensitas kejadian ekstrem menimbulkan dampak makin parah dalam kehidupan manusia, antara lain makin seringnya terjadi bencana hidrometeorologi, baik berupa banjir, banjir bandang, longsor, kekeringan dan meningkatnya tingkat kemudahan lahan dan hutan untuk terbakar. Namun fenomena suhu udara tinggi yang terjadi saat ini tampaknya lebih dikontrol oleh pengaruh posisi gerak semu matahari dan mulai bertiupnya angin monsun kering dari Benua Australia, yang berdampak pada kurangnya tutupan awan. “Sehingga sinar matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa adanya penghalang awan,” ucap Iman. *dar
1
Komentar