Peningkatan Kasus DBD Di Bali Akibat Wabah Corona
Disaat pemerintah sedang fokus menangani kasus corona, penyakit musiman yang selalu menjadi masalah di Indonesia mulai kurang diperhatikan. Salah satunya yaitu DBD.
Penulis : Gracia Baquita B.S.M
Mahasiswa Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana
Saat ini jumlah kasus DBD juga ikut meningkat seiringan dengan peningkatan kasus Corona di bali. Demam berdarah adalah salah satu penyakit yang banyak ditemuka di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi dari virus dengue yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypt. Kasus DBD tertinggi berada di kabupaten buleleng dan diikuti dengan kabupaten lain yaitu jembrana, tabanan, denpasar, gianyar, bangli, badung, klungkung dan karangasem.
Dari data Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi kasus DBD di bulan Januari 2019 sampai Januari 2020 terjadi peningkatan. Menurut Diskes provinsi Bali, kasus ini naik sampai 100% lebih. Data hingga Maret 2020 telah tercatat sebanyak 1433 kasus dimana pada tahun sebelumnya yaitu Maret 2019 hanya tercatat 639 kasus dan pada akhir maret 2020 terjadi kenaikan 794 kasus. Terkain dengan sebaran kasus yang ada kabupaten Buleleng menempati urutan pertama dengan kasus terbanyak sebanyak 426 kasus. Disusul Badung sebanyak 257, ketiga Gianyar 221 kasus, keempat Denpasar 201 kasus, kelima Tabanan 84 kasus, keenam Karangasem 70 kasus, Klungkung 69 kasus, Bangli 65 kasus, dan terendah Kabupaten Jembrana dengan jumlah 40 kasus.
Pola penularan DBD dipengaruhi iklim dan kelembapan udara. Kelembapan udara yang tinggi dan suhu panas justru dapat membuat nyamuk Aedes aegypti bertahan lama. Curah hujan yang tinggi di bali membuat tingkat kelembapakn semakin meningkat, terdapat genangan air dimana-mana juga kebiasaan masyarakat yang jarang membersihkan sanitasi menjadi salah satu faktor perkembang biakan nyamuk subur. Sehingga pola sebarannya semakin luas. Nyamuk yang biasa hidupnya di got atau tempat-tempat kotor, dapat juga hidup di dalam rumah yang kotor, lembab dan gelap sebab ini merupakan tempat tinggal yang ideal bagi nyamuk. Tidak menguras bak mandi dalam 10 hari sekali bisa membuat bak mandi menjadi tempat bertelurnya nyamuk karena adanya air, menumpuknya sampah di tempat sampah menjadikan lingkungan semakin kotor dan bau yang dapat membuat nyamuk banyak bersarang disitu, tidak menggunakan obat anti nyamuk saat diluar dan didalam rumah dan kelambu saat tidur dapat meningkatkan resiko terkena DBD.
Strategi pengendalian yang dapat dilakukan untuk menurunkan kasus DBD yaitu surveilans epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) satu tahun 4 kali, pencegahan dengan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M (menguras, menutup, dan mengubur) dengan melibatkan masyarakat, membentuk tim Juru Pemantau Jentik (Jumantik), dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya hidup sehat. Saat ini pemerintah lebih menggencarkan untuk melalukan pemberantasan sarang nyamuk agar mengurangi nyamuk bertelur dan menghasilkan jentik-jentik.*
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
1
Komentar