Ekspor Manggis Bali Laris Manis di Tengah Covid-19
Kemarin, Gubernur Lepas Ekspor ke UEA
DENPASAR,NusaBali
Sektor perdagangan di Bali masih menggeliat di tengah pandemi Covid-19 (virus Corona).
Buktinya, ekspor buah manggis dan handycraf Bali masih terus jalan. Bahkan, Minggu (26/4) ada ekspor buah manggis ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) yang dilepas langsung Gubernur Bali Wayan Koster.
Acara pelepasan ekspor buah manggis ke UEA yang dikirim melalui pesawat Emirates tersebut dilaksanakan secara resmi melalui video conference antara Gubernur Wayan Koster bersama Kepala Bea Cukai Denpasar dan Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar. Gubernur Koster melakukan pelepasan dari Rumah Jabatan Gubernur Bali di Kompleks Jaya Sabha Denpasar, sementara Kepala Bea Cukai dan Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar beserta pihak eksportir melaksanakan pelepasan di RA Sarana Benoa.
Selain ke Dubai, selama ini juga masih tetap dilakukan ekspor 15 ton manggis dari Bali ke Tiongkok, dengan pengiriman melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 2 kali dalam seminggu. Bukan hanya itu, ekspor hasil kerajinan rakyat Bali ke berbagai negara juga masih terus dilakukan melalui Pelabuhan Tanjung Priok, 2 kali dalam seminggu.
Gubernur Koster menyebutkan, ancaman lesunya perekonomian akibat pandemi Covid-19 saat ini terjadi di seluruh dunia. Namun, sektor perdagangan Bali masih menggeliat dengan adanya ekspor produk pertanian lokal dan industri kerajinan ke berbagai negara. Menurut Koster, hal ini memberikan harapan bagi para petani di Bali.
"Ekspor ini merupakan langkah yang sangat penting, terlebih di tengah pandemi Covid-19 yang sedang melanda seperti sekarang. Artinya, ekonomi kita tetap menggeliat. Pertanian kita dan sektor kerajinan di Bali masih tetap berdenyut, bahkan mampu menembus pasar luar negeri. Ini bukan main-main,” ujar Koster.
Koster menegaskan, aktivitas ekspor ini berarti memberikan pendapatan kepada para petani di Bali, khususnya saat musim manggis seperti sekarang. “Saya selama ini berupaya keras untuk meningkatkan hilirisasi dari produk pertanian kita. Termasuk juga industri kerajinan rakyat kita, dengan membuka akses pasar dalam dan luar negeri. Kita terus berupaya memperluas akses pasar. Astungkara, sekarang sudah mulai berjalan,” tandas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Menurut Koster, ekspor merupakan salah satu prioritas dalam 5 tahun pemerintahannya, dengan pengelolaan dari hulu hingga ke hilir yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 99 Tahun 2019. “Karena selama ini, di bagian hilir kita tertinggal, berkaitan dengan industri olahan, sentra-sentra hasil pertanian, dan akses pasar untuk produk kita di dalam dan luar negeri. Karena itu, saya berikan perhatian khusus,” tegas Koster yang juga mantan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali tiga kali periode.
Sementara, dalam pelepasan barang ekspor dari Bali, Minggi kemarin, juga dilakukan pengiriman hasil kerajinan tangan (handycraf) sebanyak 504 kontainer melalui jalur laut di Pelabuhan Benoa, Kecamatan Denpasar Selatan. Selama ini, Bali dilaporkan melakukan ekspor manggis rata-rata 17 ton dalam 2 kali seminggu. Manggis dikirim ke China, sementara handycraft dikirim melalui Pelabuhan Benoa dengan tujuan Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.
Dalam waktu bersamaan, Minggu kemarin, produk pertanian Bali berupa kakao dan bibit paprika juga diekspor ke Singapura dan Belanda. Sedangkan produk kayu suar dan bambu Bali dikirim ke Kanada, Portugal, Meksiko, Brasil, dan Spanyol. Sebaliknya, pasar Jepang menjadi tujuan untuk hasil holtikultura, seperti cabai keriting, cabai rawit, hingga buah jeruk nipis.
Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar, I Putu Tarumanegara, melaporkan bahwa ekspor produk pertanian hingga pekan ketiga di bulan April 2020 ini mencapai angka 799.000 ton, senilai Rp 86 miliar. Ini masih ditambah ekspor 3.000 ton produk hasil kehutanan senilai Rp 42 miliar, yang mencakup tujuan ke berbagai negara.
“Khusus untuk manggis, selama periode bulan Januari hingga Maret sudah diekspor 713 ton dengan nilai Rp 53 miliar. Untuk bulan berjalan ini (April 2020, Red), angka ekspornya di 65 ton dengan nilai Rp 4,8 miliar," papar Putu Tarumanegara.
Tarumanegara menyebutkan, Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Denpasar mencatat 3 jenis buah segar, yakni manggis, salak, dan buah naga laris di pasar global. Setidaknya, 11 negara menjadi pelanggan tetap manggis, salak, dan buah nada dari Bali di triwulan I tahun 2020, yakni China, Checnhya, Amerika Serikat, Jepang, UEA, Rusia, Inggris, Prancis, Italia, Timor Leste, dan Kamboja. Dari permohonan sertifkasi ekspor, kata dia, tercatat 725,3 ton buah segar primadona ini berhasil tembus pasar negara tujuan di masa pandemi Covid-19.
"Ekspor buah segar didominasi buah manggis. Kami mengawalnya dengan memberikan bimbingan teknis dan layanan ekspor," tegas Terunanegara. Menurut Tarumanegara, Minggu kemarin dilepas 1 ton manggis untuk ekspor ke UEA. Ini adalah ekspor perdana melalui Bandara International Ngurah Rai Tuban, setelah sempat beberapa lama terhenti akibat Covid-19.
Tarumanegara menyebutkan, untuk memastikan produk pertanian Bali dapat diterima di negara tujuan, secara rutin Karantina Pertanian Denpasar memberikan bimbingan teknis pemenuhan persyaratan sanitari dan fitosanitari, SPS Measure. Selain itu, pihaknya juga memberikan layanan ‘jemput bola’, yakni pemeriksaan karantina dilakukan di gudang pemilik, agar buah segar yang bersifat mudah rusak dapat segera diberangkatkan setelah berada di bandara atau pelabuhan laut. *nat
1
Komentar