Daya Beli Turun, Buleleng Terhimpit Deflasi
Penurunan daya beli masyarakat saat ini karena banyak yang dirumahkan, hingga penurunan penghasilan karena dampak pandemi Covid-19.
SINGARAJA, NusaBali
Roda perekonomian di tengah pandemi Covid-19 membuat Buleleng mengantongi predikat deflasi pada April 2020 sebesar 0,36 persen. Deflasi terjadi karena daya beli masyarakat menurun di tengah pandemi. Penurunan daya beli yang menyumbang deflasi tertinggi dari kelompok makanan dan minuman.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Buleleng Ni Made Rousmini SSos, selaku Sekretaris TPID Kabupaten Buleleng, Selasa (5/5) kemarin, mengatakan penurunan daya beli masyarakat saat ini karena banyak yang dirumahkan, hingga penurunan penghasilan karena dampak pandemi Covid-19. Sehingga tak sedikit masyarakat yang mulai mengencangkan ikat pinggang untuk pengeluaran sehari-hari, termasuk pemenuhan kebutuhan bahan makanan dan minuman. “Penyumbang deflasi terbesar dari kelompok makanan dan minuman sebesar 0,78 persen. Ada juga kelompok lain seperti peralatan rumah tangga hingga kelompok imformasi dan komunikasi,” jelas dia.
Meski mengalami deflasi, namun tak selamanya berdampak baik bagi perkembangan perekonomian secara global. Penurunan daya beli masyarakat jika terjadi secara berkepanjangan dapat mengakibatkan perputaran roda perekonomian akan melemah.
Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Buleleng ini juga menjelaskan pengitungan dan pengumpulan data perekonomian saat pandemi Covid-19 ini memang berbeda dari situasi normal. Menurutnya ada beberapa pendalaman teknis tertentu dala penghitungan yang dipengaruhi perilaku konsumen dan pedagang dalam penetapan harga di tengah pandemi Covid-19.
Terkait kondisi saat ini Rousmini mengatakan, sedang mengkaji upaya untuk mengantisipasi terjadinya deflasi berkelanjutan. “Walaupun harga dan stok kebutuhan dasar stabil, namun deflasi tidak selamanya baik. Sehingga kami sedang menyusun strategi untuk mengantisipasi hal ini dan menunggu petunjuk bapak Bupati juga,” kata dia.
Namun deflasi yang dialami Kabupaten Buleleng sama halnya dengan Kota Denpasar yang juga menjadi barometer perekonomian di Bali. Kota Denpasar pada April 2020 juga mengalami deflasi sebesar 0,32 persen. Sedangkan perekonomian secara nasional per April lalu masih menunjukkan inflasi 0,08 persen. Kabupaten Buleleng, dari Januari-Maret 2020 mengalami inflasi. Seperti pada Januari inflasi 0,67 persen, Februari naik menjadi 0,70 persen dan bulan Maret turun menjadi inflasi 0,15 persen.*k23
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Buleleng Ni Made Rousmini SSos, selaku Sekretaris TPID Kabupaten Buleleng, Selasa (5/5) kemarin, mengatakan penurunan daya beli masyarakat saat ini karena banyak yang dirumahkan, hingga penurunan penghasilan karena dampak pandemi Covid-19. Sehingga tak sedikit masyarakat yang mulai mengencangkan ikat pinggang untuk pengeluaran sehari-hari, termasuk pemenuhan kebutuhan bahan makanan dan minuman. “Penyumbang deflasi terbesar dari kelompok makanan dan minuman sebesar 0,78 persen. Ada juga kelompok lain seperti peralatan rumah tangga hingga kelompok imformasi dan komunikasi,” jelas dia.
Meski mengalami deflasi, namun tak selamanya berdampak baik bagi perkembangan perekonomian secara global. Penurunan daya beli masyarakat jika terjadi secara berkepanjangan dapat mengakibatkan perputaran roda perekonomian akan melemah.
Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Buleleng ini juga menjelaskan pengitungan dan pengumpulan data perekonomian saat pandemi Covid-19 ini memang berbeda dari situasi normal. Menurutnya ada beberapa pendalaman teknis tertentu dala penghitungan yang dipengaruhi perilaku konsumen dan pedagang dalam penetapan harga di tengah pandemi Covid-19.
Terkait kondisi saat ini Rousmini mengatakan, sedang mengkaji upaya untuk mengantisipasi terjadinya deflasi berkelanjutan. “Walaupun harga dan stok kebutuhan dasar stabil, namun deflasi tidak selamanya baik. Sehingga kami sedang menyusun strategi untuk mengantisipasi hal ini dan menunggu petunjuk bapak Bupati juga,” kata dia.
Namun deflasi yang dialami Kabupaten Buleleng sama halnya dengan Kota Denpasar yang juga menjadi barometer perekonomian di Bali. Kota Denpasar pada April 2020 juga mengalami deflasi sebesar 0,32 persen. Sedangkan perekonomian secara nasional per April lalu masih menunjukkan inflasi 0,08 persen. Kabupaten Buleleng, dari Januari-Maret 2020 mengalami inflasi. Seperti pada Januari inflasi 0,67 persen, Februari naik menjadi 0,70 persen dan bulan Maret turun menjadi inflasi 0,15 persen.*k23
1
Komentar