Wangsuh Keris Pusaka Dipercaya Dapat Akhiri Covid-19 di Bali
Ritual Ngewangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang, Warisan Raja Ki Gusti Panji Sakti, di Puri Gede Buleleng
Berdasarkan pawisik yang diterima Wayan Artha Dipa, selain Keris Pusaka Ki Baru Semang di Puri Gede Buleleng, ada dua keris pusaka lagi yang bisa memutus rantai penyebaran Cpovid-19, yakni Keris Pusaka Ki Tunjung Tutur (milik Puri Blahbatuh) dan Keris Ki Sudamala di Karangasem
SINGARAJA, NusaBali
Keris Pusaka Ki Baru Semang, Peninggalan Raja Buleleng Ki Gusti Anglurah Panji Sakti yang disimpan di Puru Gede Buleleng di Singaraja, dikeluarkan untuk dilakukan ritual ngewangsuh pada Buda Paing Uye, Rabu (6/5). Ritual ini dilakukan karena air suci dari wangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang diyakini dapat mengakhiri penyebaran wabah Covid-19.
Ritual ngewangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semanang dilakukan setelah kedatangan Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Bali, Ketut Sukra Negara, bersama Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, ke Puri Gede Buleleng, Rabu pagi. Kedatangan mereka disambut Panglingsir Puri Gede Buleleng Anak Agung Ngurah Parwatha Pandji, Ketua Paguyuban Eka Sthana Dharma Puri Buleleng Anak Agung Wiranata Kusuma, dan Satgas Covid 19 Desa Adat Buleleng.
Dari komunikasi yang dilakukan pagi itu, teranyata kedatangan Ketut Sukra Negara dan Wayan Artha Dipa untuk melangsungkan ritual ngewangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang, yang selama ini disimpan di Merajan Puri Gede Buleleng. Konon, ritual itu dilakukan setelah Wayan Artha Dipa mendapatkan pawisik (petunjuk niskala) untuk memutus penyebaran Covid-19 di Bali.
Dalam pawisik yang diterima Artha Dipa dan kemudian disampaikan kepada Panglingsir Puri Gede Buleleng, Anak Agung Ngurah Parwatha Pandji, ada tiga benda pusaka di Bali diyakini secara niskala dapat memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Pertama, Keris Pusaka Ki Baru Semang di Puri Gede Buleleng. Kedua, Keris Pusaka Ki Tunjung Tutur di Puri Blahbatuh, Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Ketiga, Keris Ki Sudamala Karangasem.
Ketiga benda pusaka itu harus diwangsuh, kemudian air wangsuhannya dijadikan satu dan dibawa ke Pura Bhur Bwah Swah di Desa Adat Seraya, Kecamatan Karangasem. “Wangsuhan tiga benda pusaka itu dijadikan tirta dan selanjutnya disebarkan ke seluruh desa adat di Bali,” ujar Artha Dipa yang juga Bendesa Madya Majelis Deaa Adat Kabupaten Karangasem.
Sementara, ritual ngewangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang hari itu dimulai dengan sembahyang mepiuning di Merajan Agung Puri Gede Buleleng. Habis itu, barulan dilakukan ritual ngewangsih. Namun, ritual ngewangsuh Keris Pusaka Keris Pusaka Ki Baru Semang hanya di lakukan di dalam Palinggih Gedong di Merajan Agung Puri Gede Buleleng, di mana benda pusaka peninggalan Raja Ki Gusti Anglurah Panji Sakti selama ini disimpan. Keris pusaka ini tidak dikeluarkan untuk dilihat publik, karena amat dikeramatkan.
Wayan Artha Dipa tidak mau banyak komentar saat ditemui di Puri Gede Buleleng usai ngewangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang. Menurut Artha Dipa, dirinya bersama Ketutr Sukra Negara tangkil ke Puri Gede Buleleng untuk bersembahyang dan akan lanjut melakukan persembahyangan ke Pura Puncak Bhur Bwah Swah. “Ngiring sareng-sareng muspa, demi keselamatan dan kesejahteraan umat manusia di Bali,” katanya singkat.
Sedangkan Ketua Paguyuban Eka Sthana Dharma Puri Buleleng, Anak Agung Wiranata Kusuma, mengatakan kedatangan Wabup Karangasem bersama Karo Kesra Setda Provinsi Bali memang untuk nunas wangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang. Ritual ini juga disebut sebagai upaya pemerintah dan masyarakat Bali secara niskala untuk memerangi Covid-19 yang masih masif penyebarannya.
“Jadi, ada upaya sekala dan niskala untuk kerahayuan jagat,” jelas Wiranata Kusuma yang kini menjabat Kabag Ops Polres Buleleng. Wiranata Kusuma berharap wangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dalam penanganan Covid-19, agar situasi cepat normal kembali.
Sementara itu, Panglingsir Puri Gede Buleleng, Anak Agung Ngurah Parwatha Pandji, menceritakan Keris Pusaka Ki Baru Semang yang sangat tersohor itu memang merupakan keris sakti untuk melengkapi wibawa dan kesaktian Raja Buleleng. “Keris Pusaka Ki Baru Semang diperkirakan sudah ada di Puri Gede Buleleng sejak tahun 1855. Selama ini memang rutin diwangsuh khususnya saat Purnamaning Kapat. Sedangkan pasupatinya setiap 3 kali Tumpek Landep,” papar Parwatha Pandji.
Parwatha Pandji menjelaskan, Keris Pusaka Ki Baru tidak lagi digunakan setelah wafatnya Raja Ki Gusti Angluran Panji Sakti. Keris ini hanya disimpan pewarisnya. Namun, kesaktian Keris Pusaka Ki Baru Semang ini diyakini masih dirasakan manfaatnya sampai sekarang. Tidak hanya dipercaya mampu membuat sumber air di kawasan Yeh Ketipat, Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng saat Keris Pusaka Ki Baru Semang ini ditancapkan oleh Raja Ki Gusti Panji Sakti. Keris ini juga yang diyakini mendorong kapal yang karam di kawasan Pantai Penimbangan, Singharaja.
Menurut Parwatha Pandji, Keris Pusaka Ki Baru Semang biasanya diwangsuh saat Bali mengalami bencana. Seperti saat terjadi hujan pasir akibat bencana Gunung Agung meletus tahun 1963. “Memang saat itu tiba-tiba datang seorang panglingsir memohon agar Keris Pusaka Ki Baru Semang di Puri Gede Buleleng ini ditancapkan ke tanah, untuk mengakhiri hujan pasir. Benar saja, setelah keris ditancapkan di tanah, hujan pasir langsung reda,” kenang Parwatha Pandji.
Terakhir kali, air wangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang ini disebarkan ke seluruh desa yang ada di Buleleng saat terjadi serangan hama ulat bulu di zaman Bupati Putu Bagiada. Sebagai Panglingsir Puri Gede Buleleng, pewaris, dan penerus, Parwatha Panji berjanji akan menjaga kesakralan dan kesucian Keris Pusaka Ki Baru Semang demi kemaslahatan umum. *k23
Keris Pusaka Ki Baru Semang, Peninggalan Raja Buleleng Ki Gusti Anglurah Panji Sakti yang disimpan di Puru Gede Buleleng di Singaraja, dikeluarkan untuk dilakukan ritual ngewangsuh pada Buda Paing Uye, Rabu (6/5). Ritual ini dilakukan karena air suci dari wangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang diyakini dapat mengakhiri penyebaran wabah Covid-19.
Ritual ngewangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semanang dilakukan setelah kedatangan Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Bali, Ketut Sukra Negara, bersama Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, ke Puri Gede Buleleng, Rabu pagi. Kedatangan mereka disambut Panglingsir Puri Gede Buleleng Anak Agung Ngurah Parwatha Pandji, Ketua Paguyuban Eka Sthana Dharma Puri Buleleng Anak Agung Wiranata Kusuma, dan Satgas Covid 19 Desa Adat Buleleng.
Dari komunikasi yang dilakukan pagi itu, teranyata kedatangan Ketut Sukra Negara dan Wayan Artha Dipa untuk melangsungkan ritual ngewangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang, yang selama ini disimpan di Merajan Puri Gede Buleleng. Konon, ritual itu dilakukan setelah Wayan Artha Dipa mendapatkan pawisik (petunjuk niskala) untuk memutus penyebaran Covid-19 di Bali.
Dalam pawisik yang diterima Artha Dipa dan kemudian disampaikan kepada Panglingsir Puri Gede Buleleng, Anak Agung Ngurah Parwatha Pandji, ada tiga benda pusaka di Bali diyakini secara niskala dapat memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Pertama, Keris Pusaka Ki Baru Semang di Puri Gede Buleleng. Kedua, Keris Pusaka Ki Tunjung Tutur di Puri Blahbatuh, Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Ketiga, Keris Ki Sudamala Karangasem.
Ketiga benda pusaka itu harus diwangsuh, kemudian air wangsuhannya dijadikan satu dan dibawa ke Pura Bhur Bwah Swah di Desa Adat Seraya, Kecamatan Karangasem. “Wangsuhan tiga benda pusaka itu dijadikan tirta dan selanjutnya disebarkan ke seluruh desa adat di Bali,” ujar Artha Dipa yang juga Bendesa Madya Majelis Deaa Adat Kabupaten Karangasem.
Sementara, ritual ngewangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang hari itu dimulai dengan sembahyang mepiuning di Merajan Agung Puri Gede Buleleng. Habis itu, barulan dilakukan ritual ngewangsih. Namun, ritual ngewangsuh Keris Pusaka Keris Pusaka Ki Baru Semang hanya di lakukan di dalam Palinggih Gedong di Merajan Agung Puri Gede Buleleng, di mana benda pusaka peninggalan Raja Ki Gusti Anglurah Panji Sakti selama ini disimpan. Keris pusaka ini tidak dikeluarkan untuk dilihat publik, karena amat dikeramatkan.
Wayan Artha Dipa tidak mau banyak komentar saat ditemui di Puri Gede Buleleng usai ngewangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang. Menurut Artha Dipa, dirinya bersama Ketutr Sukra Negara tangkil ke Puri Gede Buleleng untuk bersembahyang dan akan lanjut melakukan persembahyangan ke Pura Puncak Bhur Bwah Swah. “Ngiring sareng-sareng muspa, demi keselamatan dan kesejahteraan umat manusia di Bali,” katanya singkat.
Sedangkan Ketua Paguyuban Eka Sthana Dharma Puri Buleleng, Anak Agung Wiranata Kusuma, mengatakan kedatangan Wabup Karangasem bersama Karo Kesra Setda Provinsi Bali memang untuk nunas wangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang. Ritual ini juga disebut sebagai upaya pemerintah dan masyarakat Bali secara niskala untuk memerangi Covid-19 yang masih masif penyebarannya.
“Jadi, ada upaya sekala dan niskala untuk kerahayuan jagat,” jelas Wiranata Kusuma yang kini menjabat Kabag Ops Polres Buleleng. Wiranata Kusuma berharap wangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dalam penanganan Covid-19, agar situasi cepat normal kembali.
Sementara itu, Panglingsir Puri Gede Buleleng, Anak Agung Ngurah Parwatha Pandji, menceritakan Keris Pusaka Ki Baru Semang yang sangat tersohor itu memang merupakan keris sakti untuk melengkapi wibawa dan kesaktian Raja Buleleng. “Keris Pusaka Ki Baru Semang diperkirakan sudah ada di Puri Gede Buleleng sejak tahun 1855. Selama ini memang rutin diwangsuh khususnya saat Purnamaning Kapat. Sedangkan pasupatinya setiap 3 kali Tumpek Landep,” papar Parwatha Pandji.
Parwatha Pandji menjelaskan, Keris Pusaka Ki Baru tidak lagi digunakan setelah wafatnya Raja Ki Gusti Angluran Panji Sakti. Keris ini hanya disimpan pewarisnya. Namun, kesaktian Keris Pusaka Ki Baru Semang ini diyakini masih dirasakan manfaatnya sampai sekarang. Tidak hanya dipercaya mampu membuat sumber air di kawasan Yeh Ketipat, Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng saat Keris Pusaka Ki Baru Semang ini ditancapkan oleh Raja Ki Gusti Panji Sakti. Keris ini juga yang diyakini mendorong kapal yang karam di kawasan Pantai Penimbangan, Singharaja.
Menurut Parwatha Pandji, Keris Pusaka Ki Baru Semang biasanya diwangsuh saat Bali mengalami bencana. Seperti saat terjadi hujan pasir akibat bencana Gunung Agung meletus tahun 1963. “Memang saat itu tiba-tiba datang seorang panglingsir memohon agar Keris Pusaka Ki Baru Semang di Puri Gede Buleleng ini ditancapkan ke tanah, untuk mengakhiri hujan pasir. Benar saja, setelah keris ditancapkan di tanah, hujan pasir langsung reda,” kenang Parwatha Pandji.
Terakhir kali, air wangsuh Keris Pusaka Ki Baru Semang ini disebarkan ke seluruh desa yang ada di Buleleng saat terjadi serangan hama ulat bulu di zaman Bupati Putu Bagiada. Sebagai Panglingsir Puri Gede Buleleng, pewaris, dan penerus, Parwatha Panji berjanji akan menjaga kesakralan dan kesucian Keris Pusaka Ki Baru Semang demi kemaslahatan umum. *k23
1
Komentar