Terdampak Covid-19, Perawatan Kecantikan Kehilangan Pelanggan
Bentuk perawatan yang masih banyak tersedia adalah potong rambut karena tidak membuat pelanggan melakukan kontak kulit secara langsung.
DENPASAR, NusaBali
Seiring dengan banyaknya bisnis yang tutup akibat pandemi Covid-19, begitu pula dengan bisnis di sektor perawatan kecantikan. Tak mengherankan memang, karena dalam beroperasinya bisnis perawatan kecantikan seperti salon, staf bersentuhan langsung dengan pelanggan. Dari hasil penelusuran NusaBali pada Rabu (6/5), ditemui bahwa banyak praktik salon yang saat ini ditutup untuk sementara selama pandemi.
Beberapa salon yang masih beroperasi juga tampak sepi pelanggan saat dikunjungi NusaBali. Rata-rata, salon yang masih buka beroperasi dengan tenaga seadanya atau oleh pemiliknya sendiri. Tak hanya itu, bentuk perawatan yang saat ini diminta oleh pelanggan pun terbatas pada perawatan yang tidak membuat pelanggan untuk melakukan kontak dengan kulit secara langsung, seperti potong rambut.
LM2 Professional Salon misalnya. Salon yang berada di Jalan Ratna, Tonja, Denpasar mengalami penurunan pelanggan hingga 90% akibat wabah Covid-19. Gono sang pemilik salon mengakui rata-rata pelanggan yang datang ke salonnya terbatas pada permintaan untuk potong rambut saja. “Kami biasanya di sini pakai janji, biarpun tidak pakai janji pun orang-orang sudah agak riskan (datang),” ujarnya.
Penurunan pelanggan juga dialami Ni Wayan Surita Dewi dan Alieva Nendra Malini, pemilik dan pengelola Linda Beauty Salon & Studio. Sejak Covid-19, jumlah pelanggan berkurang drastis. Meski masih ada pelanggan yang datang, namun pelanggan tersebut bukanlah pelanggan tetap salon yang beralamat di Jalan Tukad Yeh Aya, Renon tersebut. “Yang datang paling orang-orang yang tidak pernah ke sini (sebelumnya), karena salon lain tutup jadi dia ke sini,” ujar Surita Dewi.
Selain mengalami pengurangan pelanggan, para staff di salon ini juga menerapkan higienitas. Untuk itu, sebelum para pelanggan menerima perawatan maka staff akan menyemprotkan antiseptik terlebih dahulu kepada pelanggan.
Juga, tidak ada pelanggan yang meminta jasa perawatan kulit seperti facial. Diakui oleh Surita Dewi, para pelanggan kini lebih terbatas pada perawatan rambut dan menghindari bentuk perawatan yang bersentuhan langsung dengan kulit. “Perawatan yang baru-baru (tren) saja. Seperti nail gel, eyelashes,” terangnya.
Meskipun masih beroperasi, kedua penyedia jasa perawatan kecantikan ini beroperasi dengan staff yang minim. Saat ini, Linda Beauty Salon & Studio yang sekaligus merupakan rumah sang pemilik hanya dioperasikan oleh sang pemilik dan Alieva yang kebetulan menyewa kos di dekat salon tersebut. “Ini benar-benar work from home,” seloroh Alieva.
Namun untuk tiga orang staf yang sebelumnya bekerja di Linda Beauty Salon & Studio, kini terpaksa harus dirumahkan untuk jangka waktu yang belum diketahui. “Nanti kalau normal kembali, mungkin kita panggil lagi kalau (mereka) masih mau. Kita juga kepikiran nggak enak setiap hari, kita memberhentikan juga kan kasihan,” terang Surita Dewi.
Begitu pula dengan karyawan di LM2 Salon, yang saat ini hanya dioperasikan oleh sang pemilik sendiri. Sejak awal merebaknya Covid-19, dari karyawan sendiri sudah mulai was-was sehingga permintaan untuk dirumahkan datang dari para karyawan sendiri. “Di situasi begini mereka ada rasa kekhawatiran juga, kalau tidak kita rumahkan mereka ya mereka merumahkan sendiri,” tutup Gono.*cr74
Komentar