Aminullah, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Bali
Sudah 13 tahun menjalankan amanat melayani umat Islam di Bali. Mulai dari soal penyuluhan agama Islam, produk halal, kepenghuluan, hisab rukyat menentukan arah kiblat, sampai urusan pernikahan.
DENPASAR, NusaBali
Nama Aminullah memang dikenal sebagai salah satu tokoh Muslim di Bali. Pria yang sering menjadi pembicara di sejumlah forum keagamaan hingga dialog lintas iman ini merupakan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Bali. Ia dipilih menahkodai organisasi ini sejak tahun 2015 lalu menggantikan Sukirman Abdul Latif.
Kedekatannya dengan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia ini bermula dari salah satu kerabat keluarganya, Haji Tayeb yang merupakan tokoh penting dalam organisasi ini di kampungnya ketika itu. "Beliau yang mendekatkan keluarga kami dengan Muhammadiyah," kenangnya saat ditemui NusaBali, Kamis (15/5/2020).
Meski demikian, kedua orangtua Aminullah sendiri, Anwar dan Almarhum Jubaidah bukan merupakan kader Muhammadiyah secara organisasi. "Tapi pola berpikir keduanya sangat Muhammadiyah," katanya. Hal ini berbeda dengan dirinya yang merupakan kader Muhammadiyah tulen sejak masih remaja di Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM).
Aminullah yang sudah lama menetap di Bali ini sebenarnya adalah pria asli Bima, Nusa Tenggara Barat. Ia menghabiskan masa kecilnya di sana sebelum memutuskan 'hijrah' ke Pulau Dewata tahun 1997 untuk memenuhi panggilan tugas sebagai staf di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tabanan. Saat itu usianya masih 24 tahun.
Pengangkatannya menjadi staf tersebut mengawali karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kementerian Agama. Sudah 13 tahun ia mengemban amanat melayani umat Islam di Pulau Seribu Pura. "Sehari-hari berurusan dengan zakat dan wakaf, penyuluhan agama Islam, produk halal, masjid, MTQ, kepenghuluan, hisab rukyat menentukan arah kiblat, sampai urusan pernikahan," katanya.
Aminullah saat ini menjabat sebagai Kepala Seksi Kepala Seksi (Kasi) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar sejak tahun 2018. Sebelumnya, pria kelahiran 4 April 1973 ini tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kuta tahun 2012, Kasi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tabanan pada tahun 2013, dan Kasi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gianyar dari tahun 2014 hingga 2018.
Berpindah domisili dari Nusa Tenggara Barat ke Bali serta kesibukannya di Kantor Kementerian Agama tak menyurutkan keaktifannya di Muhammadiyah. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Bali, penyandang gelar sarjana agama ini langsung bergabung dengan Pemuda Muhammadiyah Provinsi Bali. Bahkan ia sempat menjabat sebagai sekretaris organisasi tersebut pada masa bakti tahun 2010 hingga 2014.
"Karena berangkat dari organisasi pemuda, tentu di dalam memimpin Muhammadiyah di Bali masih sering ada letupan jiwa muda. Ingin cepat progress-nya, berlari kencang sesuai ekspektasi tapi semua instrumen belum mengikuti. Padahal kesiapan jamaah sangat penting," katanya saat ditanya mengenai adaptasi kepemimpinan di organisasi.
Sebagai organisasi Islam, sejak awal berdiri Muhammadiyah di Bali memiliki komitmen yang teguh dalam bidang pendidikan. Hingga kini organisasi yang dipimpin Aminullah memiliki 13 sekolah, mulai dari SD, SMP, dan SMK yang tersebar di 6 Kabupaten dan Kota di bawah naungan Amal Usaha Muhammadiyah. Lembaga pendidikan tersebut disebut sebagai salah satu motor penggerak gagasan Islam berkemajuan.
Di bawah komandonya, Muhammadiyah Bali juga tidak pernah absen di garis depan dalam setiap penanggulangan bencana. "Kami hanya melanjutkan tradisi di organisasi, perlunya penguatan peran agama dalam upaya pengurangan risiko bencana. Semangat tolong-menolong itulah yang menjadi ideologi Muhammadiyah," ucap bapak satu anak ini.
Saat Gunung Agung meletus tahun 2017 lalu persyarikatan ini memberikan bantuan logistik bagi para pengungsi di Kabupaten Karangasem serta nenerjunkan tim medis dan psikolog untuk memulihkan semangat dan mental mereka. Muhammadiyah Bali juga memfasilitasi transportasi untuk proses belajar mengajar para anak-anak pengungsi untuk pergi dan pulang ke sekolahnya.
Selain itu, mereka juga melakukan program pemberdayaan ekonomi bagi para pengungsi Gunung Agung dengan mendirikan sebuah pos. Atas keberhasilan pemberdayaan ini Muhammadiyah Bali dianugerahi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai lembaga yang berperan aktif dalam Operasi Darurat Bencana Erupsi Gunung Agung.
Tak hanya di Bali saja, ketika gempa Lombok tahun 2018. Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) serta Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (LazisMu) Bali mengirimkan sejumlah bantuan berupa sembako dan obat-obatan, dua unit ambulan, serta tim medis dari dokter dan ahli psikologi sosial. Muhammadiyah Bali juga menerjunkan puluhan relawannya ke Bumi Gora.
"Yang terpenting bagi kami adalah bagaimana menghadirkan organisasi ini untuk semuanya, tidak hanya umat Islam di Bali saja. Ibaratnya organisasi yang quality minority. Agar bisa menjadi ladang bersama-sama berlomba dalam kebaikan. Bukan dengan kebanggaan historis saja tetapi hadir memberikan solusi ke depan," tutup Aminullah. *
1
Komentar