Bongkar-pasang Lapak Jadi Beban
Covid-19, Pedagang Pasar Gianyar Krisis Pendapatan
Sejumlah pedagang pun memilih bongkar kios menjelang batas akhir pembongkaran, 24 Mei 2020.
GIANYAR, NusaBali
Ibarat pepatah ‘sudah jatuh tertimpa tangga’. Kondisi tersebut kini dialami sebagian besar pedagang Pasar Umum Gianyar. Sebab di tengah menurunnya pendapatan karena imbas Covid-19, para pedagang harus merogoh uang untuk biaya bongkar-pasang lapak atau tempat berjualan.
Bongkar-pasang itu menyusul rencana pembongkaran pasar tersebut karena akan ada proyek revitalisasi Pasar Umum Gianyar senilai Rp 250 miliar. Seperti diungkapkan sejumlah pedagang los, Minggu (17/5). Biaya pembongkaran lapak menghabiskan antara Rp 500.000 – Rp 1 juta. Belum lagi harus ada biaya pemasangan lapak baru di tempat pasar relokasi, Kelurahan Samplangan. Namun demikian, mau tidak mau para pedagang harus bongkar-pasang lapak karena per tanggal 28 Mei, bangunan Pasar Umum Gianyar, akan mulai diratakan dengan tanah. "Mumpung sepi pembeli, dari pada bengong saya mengawali bongkar lapak," jelas pedagang kain, I Nyoman Nata.
Pedagang asal Desa Temesi, Kecamatan Gianyar ini mengaku sejak lima hari lalu berkemas-kemas untuk pemindahan lapak dan barang dagangan. Saat proses pembongkaran lapak dan pemindahan pedagang, para pedagang tidak bisa berjualan. Karena barang-barang sudah dikemas. Sementara los di pasar relokasi belum selesai dibuatkan tempat barang dagangan. "Sudah seminggu lalu saya tidak bisa berjualan. Kalau jualan pun juga sepi dalam situasi Corona begini. Ya sambil jalan saya bongkar sama keluarga," jelas pedagang lain, Ketut Suarsa.
Namun demikian, sejumlah pedagang tampak masih jualan seperti biasa. Mereka belum ada tanda-tanda membongkar kiosnya. Sejumlah pedagang pun memilih bongkar kios menjelang batas akhir pembongkaran, 24 Mei 2020. "Iya belakangan saja, agar bisa jualan lagi sedikit untuk menutupi ongkos bongkar pasang," jelas pedagang lainnya.
Menurut pengakuan para pedagang, untuk membongkar pasang los mereka dikenai ongkos Rp 500.000 - Rp 1 juta. Biaya bongkar dengan uang pribadi. Karena Memang tidak ada biaya kompensasi untuk membongkar los ini. ‘’Karena sejak awal yang disewa adalah los terbuka," ujarnya.
Para pedagang mengakui pengeluaran biaya itu cukup berat pada situasi wabah Corona ini. Biasanya, pedagang kain bisa menjual 3 - 5 lembar kain. Namun karena daya beli lemah, satu lembar kain pun tidak terjual. "Berat kalau situasi seperti ini, sambil menunggu pembeli kadang kami bengong," ungkapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gianyar Luh Gede Eka Suary saat dikinfirmasi terkait kompensasi pembongkaran los, mengatakan memang sejak dari awal kesepakatnya tidak ada kompensasi itu. Karena sejak dari awal yang di sewa itu adalah los terbuka tanpa ada sekat-sekatan. Namun pedagang bisa menyekat sendiri losnya tapi tidak boleh menganggu pedagang di sampingnya. "Pembongkaran itu tanggung jawab pedagang sendiri. Karena dari dulu yang di sewa los terbuka, bukan berisi tebeng-tebeng (sekat-red)," ujar Eka Suary.*nvi
Bongkar-pasang itu menyusul rencana pembongkaran pasar tersebut karena akan ada proyek revitalisasi Pasar Umum Gianyar senilai Rp 250 miliar. Seperti diungkapkan sejumlah pedagang los, Minggu (17/5). Biaya pembongkaran lapak menghabiskan antara Rp 500.000 – Rp 1 juta. Belum lagi harus ada biaya pemasangan lapak baru di tempat pasar relokasi, Kelurahan Samplangan. Namun demikian, mau tidak mau para pedagang harus bongkar-pasang lapak karena per tanggal 28 Mei, bangunan Pasar Umum Gianyar, akan mulai diratakan dengan tanah. "Mumpung sepi pembeli, dari pada bengong saya mengawali bongkar lapak," jelas pedagang kain, I Nyoman Nata.
Pedagang asal Desa Temesi, Kecamatan Gianyar ini mengaku sejak lima hari lalu berkemas-kemas untuk pemindahan lapak dan barang dagangan. Saat proses pembongkaran lapak dan pemindahan pedagang, para pedagang tidak bisa berjualan. Karena barang-barang sudah dikemas. Sementara los di pasar relokasi belum selesai dibuatkan tempat barang dagangan. "Sudah seminggu lalu saya tidak bisa berjualan. Kalau jualan pun juga sepi dalam situasi Corona begini. Ya sambil jalan saya bongkar sama keluarga," jelas pedagang lain, Ketut Suarsa.
Namun demikian, sejumlah pedagang tampak masih jualan seperti biasa. Mereka belum ada tanda-tanda membongkar kiosnya. Sejumlah pedagang pun memilih bongkar kios menjelang batas akhir pembongkaran, 24 Mei 2020. "Iya belakangan saja, agar bisa jualan lagi sedikit untuk menutupi ongkos bongkar pasang," jelas pedagang lainnya.
Menurut pengakuan para pedagang, untuk membongkar pasang los mereka dikenai ongkos Rp 500.000 - Rp 1 juta. Biaya bongkar dengan uang pribadi. Karena Memang tidak ada biaya kompensasi untuk membongkar los ini. ‘’Karena sejak awal yang disewa adalah los terbuka," ujarnya.
Para pedagang mengakui pengeluaran biaya itu cukup berat pada situasi wabah Corona ini. Biasanya, pedagang kain bisa menjual 3 - 5 lembar kain. Namun karena daya beli lemah, satu lembar kain pun tidak terjual. "Berat kalau situasi seperti ini, sambil menunggu pembeli kadang kami bengong," ungkapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gianyar Luh Gede Eka Suary saat dikinfirmasi terkait kompensasi pembongkaran los, mengatakan memang sejak dari awal kesepakatnya tidak ada kompensasi itu. Karena sejak dari awal yang di sewa itu adalah los terbuka tanpa ada sekat-sekatan. Namun pedagang bisa menyekat sendiri losnya tapi tidak boleh menganggu pedagang di sampingnya. "Pembongkaran itu tanggung jawab pedagang sendiri. Karena dari dulu yang di sewa los terbuka, bukan berisi tebeng-tebeng (sekat-red)," ujar Eka Suary.*nvi
Komentar