Dua Bangunan Suci Hancur, Seorang Juru Sapuh Terluka
Petaka Pohon Asem Keramat Roboh di Areal Pura Jagatnata, Desa Ketewel
Bale Pebatan berukuran 9 meter x 6 meter di Pura Jagatnata, Banjar Puseh, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar ambruk hingga rata dengan tanah, sementara Bale Gong ukuran 10 meter x 5 meter ambruk bagian atapnya hinga hanya tersisa pondasi
GIANYAR, NusaBali
Pohon asem keramat berusia ratusan tahun di areal Pura Jagatnata kawasan Banjar Puseh, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar mendadak tumbang, Kamis (21/5) sore. Selain menghancurkan sejumlah bangunan suci di Pura Jagatnata dan 3 unit sepeda motor, petaka pohon tumbang ini juga melukai seorang juru sapuh.
Ketika pohon asem keramat setinggi 30 meter dengan diameter sekitar 2,5 meter ini tumbang, Kamis sore pukul 16.30 Wita, terjadi hujan deras disertai angin kencang. Beruntung, tidak ada korban nyawa dalam musibah ini, karena situasi di areal Pura Jagatnata sedang sepi saat pohon asem roboh.Namun, petaka pohon roboh ini melukai seorang juru sapuh di Pura Jagatnata, yakni Ni Wayan Beji, 53.
Selain itu, musibah ini juga menghancurkan sejumlah bangunan suci di Pura Jagatnata. Menurut Kepala Desa (Perbekel) Ketewel, I Putu Gede Widya Kusuma Negara, bangunan suci yang remuk di antaranya Bale Pebatan dan Bale Gong.
Bale Pebatan berukuran 9 meter x 6 meter ambruk hingga rata dengan tanah. Sedangkan Bale Gong ukuran 10 meter x 5 meter, ambruk bagian atapnya. Yang tersisa kini hanya pondasi. Sedangkan 2 buah jempana yang berada dalam Bale Gong yang roboh, terjepit diantara atap dan pondasi
Bukan hanya itu, 3 unit sepeda motor yang parkir di areal pura juga ringsek tertimpa pohon. “Juru sapuh pura, Ni Wayan Beji, mengalami luka lecet di pelipis kiri. Beruntung, lukanya tidak terlalu parah. Kerugiaan material akibat pohon asem keramat tumbang menimpa pura ini sekitar Rp 800 juta,” ungkap Widya Kusuma Negara saat ditemui NusaBali di lokasi pohon roboh di Pura Jagatnata, Jumat (22/5).
Widya Kusuma Negara mengakui pohon asem yang roboh ini dikera-mnatkan krama setempat. Di sisi utara pohon asem ini terdapat Palinggih Ratu Niang. Ajaibnya, Palinggih Ratu Niang selamat tanpa rusak sedikit pun. Ajaib, Palinggih Ratu Niang tidak kena, padahal posisinya persis di sebelah utara pohon,” jelas Widya Kusuma Negara.
Keajaiban lainnya, saat tumbang Kamis sore, pohon keramat yang ditaksir berusia 300 tahun ini sempat terlihat terangkat ke atas dengan akar tercerabut. “Adik saya lihat akarnya sempat naik, karena ada pusaran angin, kemudian pohon roboh ke arah timur," katanya.
Menurut Widya Kusuma Negara, pohon asem keramat tersebut sebelumnya pernah dihantam angin puting beliung, sekitar 5 tahun silam. Namun, kala itu pohon tidak sampai tumbang. "Setelah diterjang puting beliung, rantingnya sempat dipangkas. Tapi, sejak itu kami tidak berani pangkas sembarangan," tandas Widya Kusuma Negara.
Dia memperkirakan pohon asem keramat ini roboh menimpa pura karena kondisinya sudah lapuk bagian batang bawah. Pasca petaka pohon tumbang, di areal Pura Jagatnata yang lokasinya berdampingan dengan Pura Payogan Agung ini akan digelar upacara pecaruan guru piduka. "Upacara pecaruan guru piduka ini sebagai permohonan maaf secara niskala, krama bahwa musibah terjadi karena kesalahan di masyarakat."
Sementara itu, juru sapuh pura, Ni Wayan Beji, masih shock atas petaka pohon roboh yang melukai dirinya. Saat ditemui NusaBali di rumahnya yang tak jauh dari lokasi musibah, Jumat kemarin, perempuan berusia 53 tahun ini bercerita sambil mata berkaca-kaca. Wayan Widya pun sempat menunjukkan luka pada pelipis kirinya.
Selain terluka di pelipis kiri, Wayan Beji juga mengaku masih merasakan sakit di bagian pinggang. "Tiyang tidak ingat persis, kejadiannya sangat cepat. Begitu terdengar suara angin, pohon langsung tumbang. Tiyang saat itu sedang nyapuh (nyapu), tidak sempat lari. Tapi, tiyang bersyukur tidak mengalami luka serius. Tiyang sudah berobat ke dokter,” cerita Wayan Beji. *nvi
Pohon asem keramat berusia ratusan tahun di areal Pura Jagatnata kawasan Banjar Puseh, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar mendadak tumbang, Kamis (21/5) sore. Selain menghancurkan sejumlah bangunan suci di Pura Jagatnata dan 3 unit sepeda motor, petaka pohon tumbang ini juga melukai seorang juru sapuh.
Ketika pohon asem keramat setinggi 30 meter dengan diameter sekitar 2,5 meter ini tumbang, Kamis sore pukul 16.30 Wita, terjadi hujan deras disertai angin kencang. Beruntung, tidak ada korban nyawa dalam musibah ini, karena situasi di areal Pura Jagatnata sedang sepi saat pohon asem roboh.Namun, petaka pohon roboh ini melukai seorang juru sapuh di Pura Jagatnata, yakni Ni Wayan Beji, 53.
Selain itu, musibah ini juga menghancurkan sejumlah bangunan suci di Pura Jagatnata. Menurut Kepala Desa (Perbekel) Ketewel, I Putu Gede Widya Kusuma Negara, bangunan suci yang remuk di antaranya Bale Pebatan dan Bale Gong.
Bale Pebatan berukuran 9 meter x 6 meter ambruk hingga rata dengan tanah. Sedangkan Bale Gong ukuran 10 meter x 5 meter, ambruk bagian atapnya. Yang tersisa kini hanya pondasi. Sedangkan 2 buah jempana yang berada dalam Bale Gong yang roboh, terjepit diantara atap dan pondasi
Bukan hanya itu, 3 unit sepeda motor yang parkir di areal pura juga ringsek tertimpa pohon. “Juru sapuh pura, Ni Wayan Beji, mengalami luka lecet di pelipis kiri. Beruntung, lukanya tidak terlalu parah. Kerugiaan material akibat pohon asem keramat tumbang menimpa pura ini sekitar Rp 800 juta,” ungkap Widya Kusuma Negara saat ditemui NusaBali di lokasi pohon roboh di Pura Jagatnata, Jumat (22/5).
Widya Kusuma Negara mengakui pohon asem yang roboh ini dikera-mnatkan krama setempat. Di sisi utara pohon asem ini terdapat Palinggih Ratu Niang. Ajaibnya, Palinggih Ratu Niang selamat tanpa rusak sedikit pun. Ajaib, Palinggih Ratu Niang tidak kena, padahal posisinya persis di sebelah utara pohon,” jelas Widya Kusuma Negara.
Keajaiban lainnya, saat tumbang Kamis sore, pohon keramat yang ditaksir berusia 300 tahun ini sempat terlihat terangkat ke atas dengan akar tercerabut. “Adik saya lihat akarnya sempat naik, karena ada pusaran angin, kemudian pohon roboh ke arah timur," katanya.
Menurut Widya Kusuma Negara, pohon asem keramat tersebut sebelumnya pernah dihantam angin puting beliung, sekitar 5 tahun silam. Namun, kala itu pohon tidak sampai tumbang. "Setelah diterjang puting beliung, rantingnya sempat dipangkas. Tapi, sejak itu kami tidak berani pangkas sembarangan," tandas Widya Kusuma Negara.
Dia memperkirakan pohon asem keramat ini roboh menimpa pura karena kondisinya sudah lapuk bagian batang bawah. Pasca petaka pohon tumbang, di areal Pura Jagatnata yang lokasinya berdampingan dengan Pura Payogan Agung ini akan digelar upacara pecaruan guru piduka. "Upacara pecaruan guru piduka ini sebagai permohonan maaf secara niskala, krama bahwa musibah terjadi karena kesalahan di masyarakat."
Sementara itu, juru sapuh pura, Ni Wayan Beji, masih shock atas petaka pohon roboh yang melukai dirinya. Saat ditemui NusaBali di rumahnya yang tak jauh dari lokasi musibah, Jumat kemarin, perempuan berusia 53 tahun ini bercerita sambil mata berkaca-kaca. Wayan Widya pun sempat menunjukkan luka pada pelipis kirinya.
Selain terluka di pelipis kiri, Wayan Beji juga mengaku masih merasakan sakit di bagian pinggang. "Tiyang tidak ingat persis, kejadiannya sangat cepat. Begitu terdengar suara angin, pohon langsung tumbang. Tiyang saat itu sedang nyapuh (nyapu), tidak sempat lari. Tapi, tiyang bersyukur tidak mengalami luka serius. Tiyang sudah berobat ke dokter,” cerita Wayan Beji. *nvi
Komentar