Ngemis, Benjamin Holst Pernah Dideportasi dari Thailand dan Filipina
Nama Benjamin Holst mendadak tenar lantaran kedapatan mengemis di sekitar Kediri, Tabanan, dan di Kuta, Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Dia terlihat menyedihkan dengan penyakit macrodystrophia lipomatosa atau mirip kaki gajah yang dideritanya. Alhasil banyak pengguna jalan yang bersimpati padanya.
Namun, di sejumlah media online disebutkan, pria tersebut justru kerap menghabiskan uang hasil mengemis seharian untuk berfoya-foya, bukannya untuk membeli tiket ke Jerman. Nama Benjamin mungkin baru-baru ini terdengar di Indonesia, tetapi di negara Asia lainnya pria berkacamata tersebut sudah dikenal sebagai penipu ulung.
Modusnya pun sama yakni menggunakan penyakit kaki gajah yang dideritanya sebagai modus untuk mengemis. Tak terhitung banyaknya uang yang dihasilkannya dari mengemis sampai-sampai dia dapat makan enak di restoran mewah dan menyewa wanita panggilan.
Di akhir tahun 2014, Benjamin sempat membuat publik Thailand tersentuh dengan penderitaannya. Sebagaimana dilansir thedailypedia.com, sebuah organisasi Deutscher Hilfsverein Thailand memberikan sumbangan sebesar 50.000 baht (sekitar Rp 18,8 juta) yang disalahgunakan oleh Benjamin untuk berpesta dengan para gadis di Pattaya.
Ternyata kasus serupa juga terjadi di Filipina pada pertengahan 2015 lalu. Sama halnya seperti otoritas Thailand, pemerintah Filipina pun mendeportasi Benjamin dari negaranya. Tidak diketahui pasti kapan Benjamin mulai tinggal di Indonesia. Namun, bila ia melanggar aturan yang berlaku maka nasib serupa akan kembali dialami dirinya.
“Kami belum menerima laporan. Akan kami cek, bisa saja dideportasi kalau memang dia menyalahi aturan,” ujar Humas Kemenkum HAM Bali Kadek Ariana seperti dilansir inddit.com, Kamis (8/9). Kepala Satpol PP Kabupaten Badung I Ketut Martha mengaku sudah mendengar adanya bule Jerman mengemis di pinggir jalan. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan imigrasi untuk menindaklanjutinya. “Kami sudah mencari yang bersangkutan, kami akan mintai penjelasan, kenapa sampai seperti itu,” katanya, Jumat kemarin.
Benjamin Holst yang mengemis di Tabanan dan Kuta, pun tak luput dari perhatian dari Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace selaku Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Bali. Cok Ace mengatakan, bule yang melakukan tindakan mengemis menurutnya hanya sensasional semata. Sebab, tidak mungkin Konsulat Jenderal (Konjen) Jerman membiarkan warganya demikian.
“Tiyang kira itu hanya sensasi saja. Kalau memang dia kehabisan bekal, tiyang yakin Konjen Jerman yang ada di Denpasar tidak akan membiarkan hal seperti mengemis ini sampai terjadi,” ujarnya, Jumat (9/9). Cok Ace yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali mengharapkan, agar hal ini tidak menjadi contoh bagi wisatawan lain untuk melakukan hal yang sama. “Agar hal seperti ini tidak menginspirasi wisatawan lainnya, sebaiknya pemerintah melalui Satpol PP berkoordinasi dengan Konjen Jerman yang kantornya ada di Sanur,” katanya.
“Selain itu, karena ini menyangkut hubungan dua negara, maka pemerintah dalam hal ini Pemprov Bali, agar segera mengambil inisiatif untuk berkoordinasi dengan Konjen Jerman. Dengan demikian kita tidak terkesan menelantarkannya,” imbuh Cok Ace. * asa, in
Namun, di sejumlah media online disebutkan, pria tersebut justru kerap menghabiskan uang hasil mengemis seharian untuk berfoya-foya, bukannya untuk membeli tiket ke Jerman. Nama Benjamin mungkin baru-baru ini terdengar di Indonesia, tetapi di negara Asia lainnya pria berkacamata tersebut sudah dikenal sebagai penipu ulung.
Modusnya pun sama yakni menggunakan penyakit kaki gajah yang dideritanya sebagai modus untuk mengemis. Tak terhitung banyaknya uang yang dihasilkannya dari mengemis sampai-sampai dia dapat makan enak di restoran mewah dan menyewa wanita panggilan.
Di akhir tahun 2014, Benjamin sempat membuat publik Thailand tersentuh dengan penderitaannya. Sebagaimana dilansir thedailypedia.com, sebuah organisasi Deutscher Hilfsverein Thailand memberikan sumbangan sebesar 50.000 baht (sekitar Rp 18,8 juta) yang disalahgunakan oleh Benjamin untuk berpesta dengan para gadis di Pattaya.
Ternyata kasus serupa juga terjadi di Filipina pada pertengahan 2015 lalu. Sama halnya seperti otoritas Thailand, pemerintah Filipina pun mendeportasi Benjamin dari negaranya. Tidak diketahui pasti kapan Benjamin mulai tinggal di Indonesia. Namun, bila ia melanggar aturan yang berlaku maka nasib serupa akan kembali dialami dirinya.
“Kami belum menerima laporan. Akan kami cek, bisa saja dideportasi kalau memang dia menyalahi aturan,” ujar Humas Kemenkum HAM Bali Kadek Ariana seperti dilansir inddit.com, Kamis (8/9). Kepala Satpol PP Kabupaten Badung I Ketut Martha mengaku sudah mendengar adanya bule Jerman mengemis di pinggir jalan. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan imigrasi untuk menindaklanjutinya. “Kami sudah mencari yang bersangkutan, kami akan mintai penjelasan, kenapa sampai seperti itu,” katanya, Jumat kemarin.
Benjamin Holst yang mengemis di Tabanan dan Kuta, pun tak luput dari perhatian dari Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace selaku Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Bali. Cok Ace mengatakan, bule yang melakukan tindakan mengemis menurutnya hanya sensasional semata. Sebab, tidak mungkin Konsulat Jenderal (Konjen) Jerman membiarkan warganya demikian.
“Tiyang kira itu hanya sensasi saja. Kalau memang dia kehabisan bekal, tiyang yakin Konjen Jerman yang ada di Denpasar tidak akan membiarkan hal seperti mengemis ini sampai terjadi,” ujarnya, Jumat (9/9). Cok Ace yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali mengharapkan, agar hal ini tidak menjadi contoh bagi wisatawan lain untuk melakukan hal yang sama. “Agar hal seperti ini tidak menginspirasi wisatawan lainnya, sebaiknya pemerintah melalui Satpol PP berkoordinasi dengan Konjen Jerman yang kantornya ada di Sanur,” katanya.
“Selain itu, karena ini menyangkut hubungan dua negara, maka pemerintah dalam hal ini Pemprov Bali, agar segera mengambil inisiatif untuk berkoordinasi dengan Konjen Jerman. Dengan demikian kita tidak terkesan menelantarkannya,” imbuh Cok Ace. * asa, in
1
Komentar