Bale Kulkul Pura Desa Adat Buleleng Direstorasi
SINGARAJA, NusaBali
Desa Adat Buleleng kembali melakukan restorasi di Pura Desa Adat Buleleng.
Setelah merestorasi paduraksa yang memiliki keunikan ukiran khas Buleleng pada tahun 2017 lalu, proses restorasi kembali dilakukan tahun ini dengan menyasar bale kulkul. Prajuru Desa Adat Buleleng pun sepakat hanya merestorasi seke pat dan atap bale kulkul yang terbuat dari ijuk. Sedangkan bagian pondasi dengan ciri khas ukiran Bulelengnya tetap dipertahankan.
Seluruh proses restorasi pun dikerjakan selama 1,5 bulan yang dimulai sejak tanggal 10 April lalu. Proses restorasi bale kulkul Pura Desa Buleleng juga dilakukan oleh tukang yang sudah tersertifikasi dan dikawal ketat oleh prajuru adat, sehingga bentuk semula dapat dipertahankan pada bagian yang diganti dengan yang baru. Bale kulkul yang sudah direstorasi itu pun sudah menjalani upacara malaspas pada Sukra Pon Perangbakat, Jumat (22/5) lalu yang bertepatan dengan Hari Raya Tilem Desta.
Menurut Bendesa Adat Buleleng, Nyoman Sutrisna, Senin (25/5), bale kulkul yang ada di madya mandala Pura Desa Buleleng itu sudah ada sekitar tahun 1930. Namun baru sempat direstorasi menyusul bangunan-bangunan lainnya yang telah dilaksanakan bertahap pada tahun 2005 dan 2018 lalu. “Secara teknis hanya bagian tiang kayu dan atapnya saja yang diganti, kalau ornamen lainnya masih tetap menggunakan yang lama. Saat pembongkaran juga diawasi ketat, sehingga bentuknya sama seperti sebelumnya,” jelas mantan Kepala Dinas Pariwisata Buleleng itu.
Dia juga mengatakan proses restorasi itu merupakan kelanjutan dari restorasi sejumlah bangunan di areal pura desa. Restorasi dilakukan secara bertahap, mengingat bangunan dan palinggih yang ada di pura desa cukup banyak. Seluruh biaya restorasi bale kulkul itu bersumber dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Pemprov Bali. Desa Adat mendapat bantuan dana sebesar Rp 143 juta yang difokuskan untuk proses restorasi.
“Kami sangat menjaga kualitas dari proses restorasi ini. Bahan dan ornament masih kami gunakan yang lama. Tukang yang kami libatkan juga yang sudah mengantongi sertifikasi, karena dari awal kami sudah komitmen untuk mempertahankan gaya dan ciri khas bangunan Bali Utara dengan seni ukirnya,” tegas Sutrisna. *k23
1
Komentar