Air dari Tirtha Nadi Dipercaya Berkhasiat untuk Obati Penyakit Kulit
Promosi objek wisata spiritual Tirtha Nadi dilakukan pengelola melalui media sosial sejak sebulan lalu, pengunjung rata-rata 20 orang per hari, tanpa dipungut bayaran
Pancoran Suci dan Lingga di Tukad Yeh Sungi-Desa Selanbawak Dikembangkan Jadi Wisata Spiritual
TABANAN, NusaBali
Objek wisata spiritual baru muncul di Banjar Selanbawak Kaja, Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Tabanan. Objek wisata yang baru dikembangkan sejak sebulan lalu ini berupa 11 pancoran yang dinamakan Tirtha Nadi. Di area Tirtha Nadi ini, terdapat tiga lingga yang disebut Munduk Cemaning.
Objek wisata spiritual Tirtha Nadi dan Munduk Cemaning ini berada di tepi Tukad (Sungai) Yeh Sungi, yang berjarak sekitar 200 meter arah utara pusat Banjar Selanbawak Kaja, Desa Selanbawak. Posisinya berada di sebelah barat jalan raya. Objek wisata ini dikembangkan oleh Kelompok Sadar Wisata Desa Selanbawak, yang beranggotakan 120 orang.
Sebelum dikembangkan menjadi objek wisata spiritual, Tirtha Nadi (11 pancoran suci) dulunya merupakan beji dari Ida Batara Pura Dalem Khahyangan, Desa Pakraman Selanbawak. Air yang mengalir dari 11 pancoran suci tersebut dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit kulit. Demikian pula Ida Batara yang berstana di Munduk Cemaning (tiga lingga), diyakini pemurah untuk menyembuhkan pe-nyakit gangguan jiwa.
Selain menjadi objek wisata spiritual di mana pengunjung bisa memanfaatkan Tirtha Nadi untuk malukat (mandi suci), objek ini juga sebagai lokasi favorit berfoto-ria di atas bebatuan Tukad Yeh Sungi. Data yang dihimpun NusaBali, sejak dikembangkan sebagai objek wisata spiritual sebulan lalu, rata-rata ada 20 pengunjung per hari yang mendatangi areal suci Tirtha Nadi dan Munduk Cemaning. Termasuk di antaranya wisatawan mancanegara.
Menurut Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Selanbawak, I Ketut Aryana, 50, informasi soal keberadaan objek wisata spiritual Tirtha Nadi ini baru disebar melalui media ssosial sejak sebulan lalu. Ternyata, itu cukup efektif untuk mendatangkan penmgunjung.
Khusus wisatawan asing, kata Aryana, sebagian besar dari mereka datang untuk me-nikmati keasrian lingkungan Tukad Yeh Sungi. Mereka banyak yang berfoto ria di atas bebatuan. Sedangkan untuk pengunjung lokal Bali, mereka cenderung datang ke Tirtha Nadi untuk malukat.
"Sebetulnya, jauh sebelum dikembangkan menjadi objek wisata, sudah banyak krama dari berbagai pelosok yang datang untuk mohon tamba (obat), terutama di areal Munduk Cemaning. Terlebih, bagi mereka yang didera penyakit bebai. Saya pernah mengantar krama yang menderita penyakit bebai," ungkap Aryana kepada NusaBali di areal Tirtha Nadhi dan Munduk Cemaning pas Umanis Galungan pada Wraspati Umanis Dunggulan, Kamis (8/9) lalu.
Aryana mengisahkan, awal mula keinginan mengembangkan Tirtha Nadhi dan Munduk Cemaning sebagai objek wisata spiritual, dilandasi motivasi agar Desa Selanbawak terhindar dari sampah-sampah yang dibuang sembarangan. Alkisah, sekitar 3 bulan lalu, areal Munduk Cemaning sempat diselimuti dedaunan rontok dan sampah plastik. Timbul kemudian niat untuk membersihkan dan menjaga keasrian lokasi yang dijadikan tempat mohon berkah tamba ini.
Menurut Aryana, warga Desa Selanbawak pun gotong-royong membersihka Tukad Yeh Sungi serta areal Tirtha Nadi dan Munduk Cemaning. Setelah bersih, timbul kemudian keinginan untuk mengembangkannya sebagai objek wisata spiritual. Nah, untuk mengelolanya, dibentuklah Kelompok Sadar Wisata Desa Selanbawak, yang beranggotakan 120 orang, di mana setiap hari mereka bertugas secara bergiliran untuk memandu dan menawasi pengunjung.
“Ternyata, promosi yang kami lakukan hanya menggunakan media sosial sejak sebulan terakhir, cukup efektif untuk mendatangkan pengunjung ke lokasi Tirtha Nadi dan Munduk Cemaning,” beber Aryana sembari menyebut, sampai saat ini setiap wisatawan yang berkunjung ke Tirtha Nadi dan Munduk Cemaning masih diberikan fasilitas gratis alias tidak bayar sepeser pun.
Aryana memaparkan, sejak dulu arela Tirtha Nadhi dan Munduk Cemaning sudah dikenal sebagai lokasi favorit krama sekitar untuk mohon berkah tamba. Tak sedikit penderita gangguan jiwa, penyakit bebai, dan penyakit kulit yang tersembuhkan setelah tangkil malukat ke Tirtha Nadi dan Munduk Cemaning.
Bagi krama yang menderita penyakit gangguan jiwa, mereka biasanya terlebih dulu matur piuning dengan sarana canangsari dan bungkak nyuh gadang di lingga Munduk Cemaning. Setelah matur piuning, mereka lanjut malukat dengan berendam selama 5 menit di sekitar Munduk Cemaning.
Begitu pula untuk mereka yang menderita penyakit kulit, biasanya malukat di pancoran Tirtha Nadhi dengan sarana upakara banten pejati. Biasanya, mereka datang malukat saar rerahinan seperti Purnama dan Kajeng Kliwon. "Saya dulu sering mengantar orang yang datang untuk mohon obat. Kebetulan, keluarga saya ada yang jadi Jro Mangku," kenang Aryana. * cr61
Komentar