Dewi Pradewi Cover Lagu Didi Kempot
Padukan Bahasa Bali dan Jawa
Menariknya, tak hanya bernyanyi dalam dua bahasa, dalam video lagu cover yang berlokasi di dekat Studio Sila ini, Dewi Pradewi juga ‘memamerkan’ tato yang ada di lengannya
DENPASAR, NusaBali
Kenangan akan sosok legenda Didi Kempot tak menghilang bahkan setelah penyanyi berjuluk ‘the Godfather of Broken Heart’ ini berpulang pada 5 Mei 2020 karena penyakit jantung. Penyanyi Bali, Dewi Pradewi pun mengenang sosok seorang Didi Kempot melalui lagu ‘Sewu Kuto’ yang dicovernya dan dirilis melalui kanal YouTube pada 14 Mei 2020 yang lalu. Seminggu setelah cover tersebut dirilis, kini video tersebut telah mencapai 186 ribu tayangan.
Dalam membuat cover lagu Didi Kempot, ‘Sewu Kuto’ menjadi pilihan yang jelas bagi Dewi Pradewi. Hal ini karena bagi Dewi Pradewi, sosok mendiang Didi Kempot sangat lekat dengan lagu ‘Sewu Kuto’, sehingga ketika teringat dengan sang mendiang, Dewi Pradewi langsung teringat dengan lagu ini juga.
Cover lagu milik mendiang Didi Kempot oleh Dewi Pradewi ini tak hanya dibawakan apa adanya, namun Dewi Pradewi membawakan lagu ini dalam kombinasi antara Bahasa Jawa yang menjadi bahasa asli lagu ini, dengan Bahasa Bali. “Karena saya tinggal di Bali, otomatis kan bahasanya saya pakai Bahasa Bali, jadi biar orang Bali itu juga mengerti apa yang disampaikan lagu ini sendiri,” ujarnya saat ditemui NusaBali pada Selasa (26/5).
Meski membawakan lagu ini dalam Bahasa Bali, namun Dewi Pradewi tidak menghilangkan unsur asli lagu ini yang dibawakan dalam Bahasa Jawa. Maka, bagian kedua lagu ini tetap dinyanyikan sebagaimana aslinya. “Saya tidak menghilangkan aslinya, karena buat saya itu adalah suatu karya seninya beliau yang sangat luar biasa yang tidak mungkin saya hilangkan. Makanya saya pakai Bahasa Bali dan Bahasa Jawa,” lanjutnya.
Dalam proses pembuatannya, Dewi Pradewi berdiskusi bersama pihak Silahome Production baik untuk proses pengerjaan lagu dan videonya secara umum dan proses penerjemahan lagu Sewu Kuto ini. Dalam menggarap lagu yang memakan waktu selama satu minggu ini, Dewi Pradewi menyiasati penerjemahan dengan menerjemahkan lagu per kalimat. “Caranya saya sih itu, dalam satu kalimat itu, bagaimana caranya biar ke Bahasa Bali nggak jauh-jauh juga dari artinya. Memang ada kesulitannya sih,” beber penyanyi kelahiran 1987 ini.
Menariknya, tak hanya bernyanyi dalam dua bahasa, dalam video lagu cover yang berlokasi di dekat Studio Sila ini, Dewi Pradewi juga ‘memamerkan’ tato yang ada di lengannya. Hal ini, ungkap sang penyanyi, merupakan caranya tersendiri untuk menunjukkan identitasnya. “Kan tato ini baru ya, buat saya ini identitas saya sekarang,” ujar Dewi Pradewi yang juga menghiasi bagian tubuh lainnya dengan tato.
Mengcover sebuah lagu, utamanya lagu milik seorang figur publik kadang menjadi hal yang krusial. Namun, bagi Dewi Pradewi hal ini tak menjadi masalah. “Kalau cover aman-aman saja sih, dalam video klip juga yang terus muncul nama Didi Kempot,” tanggapnya.
Ditanya soal project ke depannya, Dewi Pradewi mengungkapkan bahwa banyak netizen yang meminta agar dirinya mengcover lagu milik Didi Kempot lainnya, yakni ‘Banyulangit’. Hanya saja, cover lagu ‘Banyulangit’ tidak akan memasukkan unsur keroncong seperti pada lagu ‘Sewu Kuto’.
“Memang sih semua lagunya Didi Kempot soal patah hati, tapi Banyulangit ini kayaknya lebih sedih banget. Biar saya dapat feelnya, terus atas masukannya bli Sila, saya akan lebih ke piano,” lanjut Dewi Pradewi. *cr74
Dalam membuat cover lagu Didi Kempot, ‘Sewu Kuto’ menjadi pilihan yang jelas bagi Dewi Pradewi. Hal ini karena bagi Dewi Pradewi, sosok mendiang Didi Kempot sangat lekat dengan lagu ‘Sewu Kuto’, sehingga ketika teringat dengan sang mendiang, Dewi Pradewi langsung teringat dengan lagu ini juga.
Cover lagu milik mendiang Didi Kempot oleh Dewi Pradewi ini tak hanya dibawakan apa adanya, namun Dewi Pradewi membawakan lagu ini dalam kombinasi antara Bahasa Jawa yang menjadi bahasa asli lagu ini, dengan Bahasa Bali. “Karena saya tinggal di Bali, otomatis kan bahasanya saya pakai Bahasa Bali, jadi biar orang Bali itu juga mengerti apa yang disampaikan lagu ini sendiri,” ujarnya saat ditemui NusaBali pada Selasa (26/5).
Meski membawakan lagu ini dalam Bahasa Bali, namun Dewi Pradewi tidak menghilangkan unsur asli lagu ini yang dibawakan dalam Bahasa Jawa. Maka, bagian kedua lagu ini tetap dinyanyikan sebagaimana aslinya. “Saya tidak menghilangkan aslinya, karena buat saya itu adalah suatu karya seninya beliau yang sangat luar biasa yang tidak mungkin saya hilangkan. Makanya saya pakai Bahasa Bali dan Bahasa Jawa,” lanjutnya.
Dalam proses pembuatannya, Dewi Pradewi berdiskusi bersama pihak Silahome Production baik untuk proses pengerjaan lagu dan videonya secara umum dan proses penerjemahan lagu Sewu Kuto ini. Dalam menggarap lagu yang memakan waktu selama satu minggu ini, Dewi Pradewi menyiasati penerjemahan dengan menerjemahkan lagu per kalimat. “Caranya saya sih itu, dalam satu kalimat itu, bagaimana caranya biar ke Bahasa Bali nggak jauh-jauh juga dari artinya. Memang ada kesulitannya sih,” beber penyanyi kelahiran 1987 ini.
Menariknya, tak hanya bernyanyi dalam dua bahasa, dalam video lagu cover yang berlokasi di dekat Studio Sila ini, Dewi Pradewi juga ‘memamerkan’ tato yang ada di lengannya. Hal ini, ungkap sang penyanyi, merupakan caranya tersendiri untuk menunjukkan identitasnya. “Kan tato ini baru ya, buat saya ini identitas saya sekarang,” ujar Dewi Pradewi yang juga menghiasi bagian tubuh lainnya dengan tato.
Mengcover sebuah lagu, utamanya lagu milik seorang figur publik kadang menjadi hal yang krusial. Namun, bagi Dewi Pradewi hal ini tak menjadi masalah. “Kalau cover aman-aman saja sih, dalam video klip juga yang terus muncul nama Didi Kempot,” tanggapnya.
Ditanya soal project ke depannya, Dewi Pradewi mengungkapkan bahwa banyak netizen yang meminta agar dirinya mengcover lagu milik Didi Kempot lainnya, yakni ‘Banyulangit’. Hanya saja, cover lagu ‘Banyulangit’ tidak akan memasukkan unsur keroncong seperti pada lagu ‘Sewu Kuto’.
“Memang sih semua lagunya Didi Kempot soal patah hati, tapi Banyulangit ini kayaknya lebih sedih banget. Biar saya dapat feelnya, terus atas masukannya bli Sila, saya akan lebih ke piano,” lanjut Dewi Pradewi. *cr74
Komentar