Air Bendungan Telaga Tunjung Surut
Ada tiga irigasi yang mengandalkan air dari Bendungan Telaga Tunjung untuk mengairi seratusan hektare sawah di bagian hilir.
TABANAN, NusaBali
Air di Bendungan Telaga Tunjung, Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, mulai surut. Selain dampak kemarau, juga terjadi pendangkalan akibat endapan lumpur semakin tinggi. Surutnya air bendungan tersebut menjadi ancaman bagi petani karena puluhan hektare lahan persawahan akan kekeringan.
Sumber di Bendungan Telaga Tunjung mengatakan, air embung itu terlihat surut sejak 10 hari lalu. Ia menduga, air embung atau bendungan surut lebih disebabkan faktor pengendapan lumpur yang menyebabkan pendangkalan. “Musim kemarau baru mulai, saya kira ini akibat pengendapan lumpur,” ungkap warga sekitar, Senin (12/9). Dikatakan, pendangkalan akibat endapan lumpur terjadi sejak tahun 2007 atau setelah diresmikan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Salah seorang pemancing, I Kadek Wiguna, 29, mengatakan saat musim hujan ketinggian air di bendungan mencapai 202 meter. Namun sejak beberapa hari belakangan ini airnya surut dan berkutat di ketinggian 190 meter. “Kalau musim hujan biasanya air langsung mengalir ke tempat pelimpahan. Sekarang tempat pelimpahan juga kering,” ungkap warga Desa Pesagi, Kecamatan Penebel ini.
Perbekel Desa Timpag, I Gusti Wayan Sukewahana mengatakan, saat musim kemarau, debit air di Bendungan Telaga Tunjung akan berkurang. Dikatakan, ada tiga daerah irigasi seluas 16,5 hektare yang mengandalkan air dari bendungan ini. Masing-masing irigasi Meliling, irigasi Sungsang di Kecamatan Kerambitan, dan irigasi Gadungan Lambuk di Kecamatan Selemadeg Timur.
Meski air embung surut, subak di sekitar bendungan masih bisa menanam padi karena ada pengaturan penanaman. Sukewahana menambahkan, petani yang berada di hilir terancam kekeringan. Apalagi petani baru tanam padi sejak 6 minggu lalu. “Yang sudah menyiangi dua kali sudah aman, nah yang baru menanam ini akan kekurangan air karena tidak ada hujan dan debit air bendungan terus menurun,” imbuh Sukewahana.
Sementara Pekaseh Subak Lanyah Delod Jalan, Desa Beraban, Kecamatan Selemadeg Timur, I Wayan Jastra, 59, mengatakan saat musim kemarau otomatis tidak dapat aliran air Bendungan Telaga Tunjung. Sehingga petani mensiasati memilih menanam jagung. “Saat musim kemarau Subak Lanyah Delod Jalan tidak pernah dapat air dari Telaga Tunjung, kalau musim hujan baru dapat itu pun tidak merata,” ujarnya. Sehingga areal subak seluas 220 hektare hanya bisa menanam padi satu kali setahun yang dilanjutkan dengan menanam palawija. * cr61
Sumber di Bendungan Telaga Tunjung mengatakan, air embung itu terlihat surut sejak 10 hari lalu. Ia menduga, air embung atau bendungan surut lebih disebabkan faktor pengendapan lumpur yang menyebabkan pendangkalan. “Musim kemarau baru mulai, saya kira ini akibat pengendapan lumpur,” ungkap warga sekitar, Senin (12/9). Dikatakan, pendangkalan akibat endapan lumpur terjadi sejak tahun 2007 atau setelah diresmikan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Salah seorang pemancing, I Kadek Wiguna, 29, mengatakan saat musim hujan ketinggian air di bendungan mencapai 202 meter. Namun sejak beberapa hari belakangan ini airnya surut dan berkutat di ketinggian 190 meter. “Kalau musim hujan biasanya air langsung mengalir ke tempat pelimpahan. Sekarang tempat pelimpahan juga kering,” ungkap warga Desa Pesagi, Kecamatan Penebel ini.
Perbekel Desa Timpag, I Gusti Wayan Sukewahana mengatakan, saat musim kemarau, debit air di Bendungan Telaga Tunjung akan berkurang. Dikatakan, ada tiga daerah irigasi seluas 16,5 hektare yang mengandalkan air dari bendungan ini. Masing-masing irigasi Meliling, irigasi Sungsang di Kecamatan Kerambitan, dan irigasi Gadungan Lambuk di Kecamatan Selemadeg Timur.
Meski air embung surut, subak di sekitar bendungan masih bisa menanam padi karena ada pengaturan penanaman. Sukewahana menambahkan, petani yang berada di hilir terancam kekeringan. Apalagi petani baru tanam padi sejak 6 minggu lalu. “Yang sudah menyiangi dua kali sudah aman, nah yang baru menanam ini akan kekurangan air karena tidak ada hujan dan debit air bendungan terus menurun,” imbuh Sukewahana.
Sementara Pekaseh Subak Lanyah Delod Jalan, Desa Beraban, Kecamatan Selemadeg Timur, I Wayan Jastra, 59, mengatakan saat musim kemarau otomatis tidak dapat aliran air Bendungan Telaga Tunjung. Sehingga petani mensiasati memilih menanam jagung. “Saat musim kemarau Subak Lanyah Delod Jalan tidak pernah dapat air dari Telaga Tunjung, kalau musim hujan baru dapat itu pun tidak merata,” ujarnya. Sehingga areal subak seluas 220 hektare hanya bisa menanam padi satu kali setahun yang dilanjutkan dengan menanam palawija. * cr61
1
Komentar