Panen Melimpah, Ayo Beli Beras Buleleng!
Tahun ini petani padi di Buleleng tengah mengalami panen raya dampak cuaca yang mendukung dan pengendalian hama yang maksimal.
SINGARAJA, NusaBali
Produksi beras di Buleleng masih mengalami surplus seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja musim panen raya di tengah pandemi ini, membuat petani padi sedikit kelimpungan terutama untuk menjual gabah mereka. Pemerintah pun mempelopori untuk membeli dan mengkonsumsi beras lokal untuk menjaga kestabilan harga.
Produksi gabah di Kabupaten Buleleng pada bulan Mei mencapai 38 ribu ton. Harga gabah di tingkat petani terancam turun drastis, karena terjadi produksi yang berlebih. Tak sedikit petani akhirnya menunda masa panen, sebelum mendapatkan pembeli yang sesuai untuk menutupi biaya produksi dan biaya pemeliharaan.
Biasanya di musim panen raya seperti saat ini, petani padi di Buleleng mendapatkan pembeli dari luar Buleleng. Baik dari Kabupaten Jembrana, hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Namun di tengah pembatasan pandemi Covid-19, pengusaha penyosohan beras luar Buleleng tak bisa menyerap padi petani Buleleng.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Setda Buleleng Ni Made Rousmini, Rabu (3/6) mengatakan, pemerintah sudah menyusun sejumlah skema untuk menjaga kestabilan harga gabha petani. Salah satunya memberdayakan lembaga Lumbung Pangan Masyarakat (LPM). Total ada 13 LPM yang mendapatkan dana stimulan sebesar Rp 300 juta dari Pemkab Buleleng untuk menyerap gabah petani lokal.
Selanjutnya LPM akan melakukan penggilingan gabah. Beras hasil penggilingan selanjutnya akan disalurkan ke toko-toko. Perusahaan Daerah (PD) Swatantra pun telah menyanggupi menyerap beras hasil penggilingan petani. “LPM juga kami gerakkan menyerap gabah petani. Termasuk insentif beras bagi relawan Covid-19 di masing-masing desa yang sudah diserahkan Pak Bupati itu juga semua dari beras lokal petani padi Buleleng,” kata Rousmini.
Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Buleleng ini juga menyakinkan bahwa kualitas beras lokal Buleleng tak kalah dari beras produksi luar Buleleng. Bahkan banyak diantara beras yang beredar di masyarakat bermerk luar Bali bahan baku (gabah) berasal dari Buleleng.
Sementara itu pemerintah juga mendorong agar warga membeli beras lokal. Sehingga harga gabah di tingkat petani dapat terjaga. Pemerintah pun kembali mengambil langkah strategis dengan memberi contoh masyarakat Buleleng dengan meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) membeli beras lokal secara berkala tiap bulannya.*k23
Produksi beras di Buleleng masih mengalami surplus seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja musim panen raya di tengah pandemi ini, membuat petani padi sedikit kelimpungan terutama untuk menjual gabah mereka. Pemerintah pun mempelopori untuk membeli dan mengkonsumsi beras lokal untuk menjaga kestabilan harga.
Produksi gabah di Kabupaten Buleleng pada bulan Mei mencapai 38 ribu ton. Harga gabah di tingkat petani terancam turun drastis, karena terjadi produksi yang berlebih. Tak sedikit petani akhirnya menunda masa panen, sebelum mendapatkan pembeli yang sesuai untuk menutupi biaya produksi dan biaya pemeliharaan.
Biasanya di musim panen raya seperti saat ini, petani padi di Buleleng mendapatkan pembeli dari luar Buleleng. Baik dari Kabupaten Jembrana, hingga Banyuwangi, Jawa Timur. Namun di tengah pembatasan pandemi Covid-19, pengusaha penyosohan beras luar Buleleng tak bisa menyerap padi petani Buleleng.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Setda Buleleng Ni Made Rousmini, Rabu (3/6) mengatakan, pemerintah sudah menyusun sejumlah skema untuk menjaga kestabilan harga gabha petani. Salah satunya memberdayakan lembaga Lumbung Pangan Masyarakat (LPM). Total ada 13 LPM yang mendapatkan dana stimulan sebesar Rp 300 juta dari Pemkab Buleleng untuk menyerap gabah petani lokal.
Selanjutnya LPM akan melakukan penggilingan gabah. Beras hasil penggilingan selanjutnya akan disalurkan ke toko-toko. Perusahaan Daerah (PD) Swatantra pun telah menyanggupi menyerap beras hasil penggilingan petani. “LPM juga kami gerakkan menyerap gabah petani. Termasuk insentif beras bagi relawan Covid-19 di masing-masing desa yang sudah diserahkan Pak Bupati itu juga semua dari beras lokal petani padi Buleleng,” kata Rousmini.
Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Buleleng ini juga menyakinkan bahwa kualitas beras lokal Buleleng tak kalah dari beras produksi luar Buleleng. Bahkan banyak diantara beras yang beredar di masyarakat bermerk luar Bali bahan baku (gabah) berasal dari Buleleng.
Sementara itu pemerintah juga mendorong agar warga membeli beras lokal. Sehingga harga gabah di tingkat petani dapat terjaga. Pemerintah pun kembali mengambil langkah strategis dengan memberi contoh masyarakat Buleleng dengan meminta Aparatur Sipil Negara (ASN) membeli beras lokal secara berkala tiap bulannya.*k23
1
Komentar