nusabali

Tikar Pandan Tanggahan Talangjiwa

  • www.nusabali.com-tikar-pandan-tanggahan-talangjiwa

Disaingi aneka produk tikar modern, seperti karpet, sprei, dan alas tidur lainnya buatan pabrik, tidak serta merta membuat kerajinan tikar tradisional berbahan baku pandan dilupakan.

‘Bertahan’ Digempur Tikar Pabrikan


BANGLI, NusaBali
Contohnya di Dusun/Banjar Tanggahan Talangjiwa, Desa Demulih, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Puluhan warga kampung ini, terutama perempuan masih setia menekuni kerajinan menganyam tikar pandan. Sebab tikar pandan masih laku, khususnya untuk keperluan yang berkaitan dengan upacara keagamaan seperti ngaben.

Ni Wayan Raksa, 60, seorang pembuat tikar pandan menuturkan, kerajinan membuat tikar di Tanggahan Talangjiwa, merupakan kerajinan yang sudah mentradisi. “Dari kakek nenek, orangtua saya sudah membuat tikar pandan,” ungkap Ni Raksa, Selasa (13/9).

Hal itulah yang diwariskan turun temurun. Demikian juga dengan perajin lainnya. Mereka terampil menganyam pandan menjadi tikar karena lingkungan setempat sejak lama dikenal sebagai sentra kerajinan tikar pandan. “Rata-rata anak istri (perempuan) di sini semua bisa membuat tikar,” tambah Ni Ketut Sabar, perajin tikar pandan lainnya.

Untuk mengolah daun pandan menjadi bahan baku tikar, perlu waktu cukup lama. Paling tidak satu bulan dengan catatan cuaca normal atau cerah. Proses tersebut mulai memotong dan mengumpulkan daun pandan dari tegalan maupun hutan sekitar. Lanjut  membersihkan duri, melipat, menjemur, dan membalik lagi hingga lemas menjadi helaian pandan kering yang siap dianyam. “Baru jadi bahan baku siap anyam,” ungkap Raksa.

Menurut penuturan para perajin, aneka produk alas tidur modern memang berpengaruh terhadap permintaan tikar pandan. Permintaan tikar untuk alas tidur di dipan atau di balai-balai tidak seperti masa lalu, yang ramai. Namun untungnya, tidak semua bisa digantikan dengan tikar modern seperti karpet atau produk sejenis. Terutama untuk kepentingan peralatan dan piranti upacara, tikar pandan menjadi sarana mutlak. Misalnya untuk alas berbagai keperluan upacara keagamaan, seperti ngaben, pujawali, dan upacara lainnya, mensyaratkan tikar pandan sebagai sarana. “Karena itulah, pasaran tikar pandan masih ada,” ungkap para perajin.

Kelian Dinas/Kepala Dusun Tanggahan Talangjiwa I Nyoman Berana, menuturkan, kerajinan membuat tikar pandan merupakan salah satu potensi kampung dengan 237 KK (800 jiwa). Berana berharap ada pelatihan keterampilan dari pemkab, untuk para perajin tikar pandan di dusunnya. Misalnya kerajinan membuat tas atau produk lain berbahan daun pandan. “Sehingga tak hanya tikar pandan saja. Namun ada inovasi lain,” kata Berana. Dengan demikian kerajinan berbasis daun pandan di kampungnya kian mempunyai nilai tambah. Sejauh ini belum pernah ada pelatihan keterampilan membuat produk lain berbahan daun pandan kepada warganya. “Tak hanya pelatihan, juga kalau bisa fasilitasi pemasarannya,” kata Berana.

Dihubungi terpisah Kadisperindag Kabupaten Bangli I Nengah Sudibya, menyambut positif adanya keinginan kalangan perajin tikar untuk mendapat pelatihan mengolah produk. “Maksudnya mungkin diversifikasi desain,” ujar Sudibya. Dikatakan, kalau memang ada komitmen seperti itu, kemungkinan besar bisa diperjuangkan nanti dalam APBD 2017. Termasuk memfasilitasi pemasaran,  Disperindag siap membantu. Namun dengan catatan, sesuai dengan komitmen dan mutu produk yang terjaga. “Kami siap bantu fasilitasi,” tegas Sudibya. * k17

Komentar