Krama Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler Meninggal Saat Melayangan
Setelah Heboh Peristiwa Kematian Beruntun 4 Krama Subak Teges Ulu Usai Prosesi Mesaba
Ketua Komisi III DPRD Gianyar, Putu Gede Pebriantara, menggelar ra-pat kecil bersama jajaran Dinas Kesehatan Gianyar, Bendesa Adat Ganggangan Cangi, dan Perbekel Batuan Kaler, Kamis sore, menyusul kematian mendadak 5 krama sebanjar
GIANYAR, NusaBali
Setelah peristiwa misterius 4 krama Subak Teges Ulu di Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar meninggal secara beruntun usai prosesi Mesaba, kini terjadi lagi kematian tragis seorang krama Banjar Sakah. Korbannya adalah I Ketut Mariana, 51, yang meninggal mendadak saat melayangan (bermain layang-layang), Kamis (4/6) siang.
Korban Ketut Mariana ditemukan tewas mengenaskan dalam posisi telungkup di areal sawah yang berjarak sekitar 50 meter sebelah barat rumahnya, Kamis siang pukul 12.30 Wita. Kematian tragis pria beruisia 51 tahun ini pertama kali diketahui kelompok pemuda yang sedang melayangan di dekat TKP.
Menurut Bendesa Adat Ganggangan Cangi, Desa Batuan Kaler (yang mewilayahi Banjar Sakah), I Ketut Santika, terungkapnya kematian korban Ketut Mariana berawal dari dilihatnya sebuah layangan jatuh, namun talinya tidak ditarik oleh pemiliknya. Setelah ditelusuri, tali layangan jatuh ini mengarah ke lokasi korban Ketut Mariana ditemukan tergeletak.
Korban Ketut Mariana diperkirakan meninggal 1 jam sebelum ditemukan tergeletak di TKP. Tidak diketahui pasti, apa penyebab kematiannya. Yang jelas, korban meninggal saat melayangan. Korban sempat dibawa ke rumah sakit pasca begitu ditemukan tergeletak. Namun, saat tiba di rumah sakit, petugas medis menyatakan korban sejatihnya sudah meninggal 1 jam sebelumnya.
Ketut Santika mengatakan, semua orang kaget dengan kematian mendadak Ketut Mariana saat melayangan. Sebab, beberapa jam sebelumnya, korban masih segar bugar. Bahkan, korban Ketut Mariana sempat bercanda dengan Ketut Santika.
“Paginya masih sempat tiyang ajak bercanda. Tiyang di seberang timur jalan, ragane sebelah barat jalan. Seperti biasa ragane nyiram, tiyang tanya sampun ngopi? (Paginya masih sempat saya ajak bercanda,” ungkap Ketut Santika kepada NusaBali.
Kematian mendadak korban Ketut Mariana ini hanya berselang 3 hari setelah kematian beruntun 4 krama subak asal sebanjar sebelumnya. Berdasarkan dresta, kata Santika, penguburan jenazah Mariana harus dilakukan setelah 3 hari penguburan jenazah krama sebelumnya. Jenazah korban Mariana rencananya baru dilaksanakan, Jumat (5/6) subuh pukul 05.30 Wita.
Terkait kejadian misterius 5 krama sebanjar meninggal mendadak secara beruntun, menurut Santika, pihaknya telah nunasang (minta petunjuk) kepada sulinggih di Griya Ageng Kemenuh. “Berdasarkan petunjuk sulinggih, disarankan untuk melaksanakan upacara Caru Balik Sumpah di Setra Adat Banjar Sakah. Selain itu, juga menggelar pecaruan ayam brumbun di jalan masuk setra,” jelas Santika sembari menyebut pecaruan ini akan digelar pada Radite Kliwon Watugunung, Minggu (28/6) mendatang.
Sementara itu, peristiwa misterius kematian mendadak 5 krama Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati secara beruntun ini menjadi atensi jajaran DPRD Gianyar. Ketua Komisi III DPRD Gianyar, Putu Gede Pebriantara, menggelar rapat kecil bersama jajaran Dinas Kesehatan Gianyar, Bendesa Adat Ganggangan Cangi, Perbekel Batuan Kaler, dan unsur terkait di kantor Desa Batuan Kaler, Kamis sore.
Menurut Putu Pebriantara, kejadian misterius di Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler ini menjadi atensinya, karena cukup meresahkan masyarakat. Apalagi, sempat muncul kekhawatiran mereka meninggal mendadak karena terpapar Covid-19 atau keracunan.
Putu Pebriantara mengatakan, krama yang meninggal pertama usai prosesi Mesaba, I Nyoman Dumun, tidak ada kaitannya dengan keracunan makanan. “Yang pertama meninggal karena gejala sakit demam berdarah. Yang kedua meninggal adalah adiknya (I Ketut Rawa), memiliki riwayat sakit jantung. Mendengar kakaknya meninggal, adiknya shock hingga akhirnya meninggal dunia juga,” jelas anggota Fraksi PDIP DPRD Gianyar Dapil Sukawati ini.
Sebelumnya, 4 krama Subak Teges Ulu, Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler meninggal secara beruntun seusai prosesi Mesaba pada Anggara Paing Bala, Selasa, 26 Mei 2020 lalu. Krama pertama yang meninggal dunia adalah I Nyoman Dumun, Selasa (26/5) malam, hanya berselang beberapa jam setelah prosesi Mesaba. Tak lama berselang, hanya hitungan beberapa jam, giliran adik kandungnya, I Ketut Rawa, yang meninggal dunia, Rabu (27/5) dinihari sekitar pukul 03.00 Wita.
Tak ada yang tahu apa sejatinya penyebab kematian beruntun kakak adik I Nyoman Dumun dan I Ketut Rawa ini. Misteri kemarian dua kakak adik ini belum terungkap, keeseokan harinya, Kamis (28/5) pagi, kembali ada krama subak yang meninggal mnendadak, yakni I Nyoman Kamboja.
Peristiwa misterius tidak berhenti sampai di situ. Hanya berselang beberapa jam kemudian, Kamis sore, giliran I Ketut Sujana yang meninggal mendadak. Ketut Sujana merupakan krama Subak Teges Ulu keempat yang meninggal secara misterius. *nvi
Korban Ketut Mariana ditemukan tewas mengenaskan dalam posisi telungkup di areal sawah yang berjarak sekitar 50 meter sebelah barat rumahnya, Kamis siang pukul 12.30 Wita. Kematian tragis pria beruisia 51 tahun ini pertama kali diketahui kelompok pemuda yang sedang melayangan di dekat TKP.
Menurut Bendesa Adat Ganggangan Cangi, Desa Batuan Kaler (yang mewilayahi Banjar Sakah), I Ketut Santika, terungkapnya kematian korban Ketut Mariana berawal dari dilihatnya sebuah layangan jatuh, namun talinya tidak ditarik oleh pemiliknya. Setelah ditelusuri, tali layangan jatuh ini mengarah ke lokasi korban Ketut Mariana ditemukan tergeletak.
Korban Ketut Mariana diperkirakan meninggal 1 jam sebelum ditemukan tergeletak di TKP. Tidak diketahui pasti, apa penyebab kematiannya. Yang jelas, korban meninggal saat melayangan. Korban sempat dibawa ke rumah sakit pasca begitu ditemukan tergeletak. Namun, saat tiba di rumah sakit, petugas medis menyatakan korban sejatihnya sudah meninggal 1 jam sebelumnya.
Ketut Santika mengatakan, semua orang kaget dengan kematian mendadak Ketut Mariana saat melayangan. Sebab, beberapa jam sebelumnya, korban masih segar bugar. Bahkan, korban Ketut Mariana sempat bercanda dengan Ketut Santika.
“Paginya masih sempat tiyang ajak bercanda. Tiyang di seberang timur jalan, ragane sebelah barat jalan. Seperti biasa ragane nyiram, tiyang tanya sampun ngopi? (Paginya masih sempat saya ajak bercanda,” ungkap Ketut Santika kepada NusaBali.
Kematian mendadak korban Ketut Mariana ini hanya berselang 3 hari setelah kematian beruntun 4 krama subak asal sebanjar sebelumnya. Berdasarkan dresta, kata Santika, penguburan jenazah Mariana harus dilakukan setelah 3 hari penguburan jenazah krama sebelumnya. Jenazah korban Mariana rencananya baru dilaksanakan, Jumat (5/6) subuh pukul 05.30 Wita.
Terkait kejadian misterius 5 krama sebanjar meninggal mendadak secara beruntun, menurut Santika, pihaknya telah nunasang (minta petunjuk) kepada sulinggih di Griya Ageng Kemenuh. “Berdasarkan petunjuk sulinggih, disarankan untuk melaksanakan upacara Caru Balik Sumpah di Setra Adat Banjar Sakah. Selain itu, juga menggelar pecaruan ayam brumbun di jalan masuk setra,” jelas Santika sembari menyebut pecaruan ini akan digelar pada Radite Kliwon Watugunung, Minggu (28/6) mendatang.
Sementara itu, peristiwa misterius kematian mendadak 5 krama Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati secara beruntun ini menjadi atensi jajaran DPRD Gianyar. Ketua Komisi III DPRD Gianyar, Putu Gede Pebriantara, menggelar rapat kecil bersama jajaran Dinas Kesehatan Gianyar, Bendesa Adat Ganggangan Cangi, Perbekel Batuan Kaler, dan unsur terkait di kantor Desa Batuan Kaler, Kamis sore.
Menurut Putu Pebriantara, kejadian misterius di Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler ini menjadi atensinya, karena cukup meresahkan masyarakat. Apalagi, sempat muncul kekhawatiran mereka meninggal mendadak karena terpapar Covid-19 atau keracunan.
Putu Pebriantara mengatakan, krama yang meninggal pertama usai prosesi Mesaba, I Nyoman Dumun, tidak ada kaitannya dengan keracunan makanan. “Yang pertama meninggal karena gejala sakit demam berdarah. Yang kedua meninggal adalah adiknya (I Ketut Rawa), memiliki riwayat sakit jantung. Mendengar kakaknya meninggal, adiknya shock hingga akhirnya meninggal dunia juga,” jelas anggota Fraksi PDIP DPRD Gianyar Dapil Sukawati ini.
Sebelumnya, 4 krama Subak Teges Ulu, Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler meninggal secara beruntun seusai prosesi Mesaba pada Anggara Paing Bala, Selasa, 26 Mei 2020 lalu. Krama pertama yang meninggal dunia adalah I Nyoman Dumun, Selasa (26/5) malam, hanya berselang beberapa jam setelah prosesi Mesaba. Tak lama berselang, hanya hitungan beberapa jam, giliran adik kandungnya, I Ketut Rawa, yang meninggal dunia, Rabu (27/5) dinihari sekitar pukul 03.00 Wita.
Tak ada yang tahu apa sejatinya penyebab kematian beruntun kakak adik I Nyoman Dumun dan I Ketut Rawa ini. Misteri kemarian dua kakak adik ini belum terungkap, keeseokan harinya, Kamis (28/5) pagi, kembali ada krama subak yang meninggal mnendadak, yakni I Nyoman Kamboja.
Peristiwa misterius tidak berhenti sampai di situ. Hanya berselang beberapa jam kemudian, Kamis sore, giliran I Ketut Sujana yang meninggal mendadak. Ketut Sujana merupakan krama Subak Teges Ulu keempat yang meninggal secara misterius. *nvi
1
Komentar