Sembahyang Terbagi Tujuh Gelombang
Pujawali Pura Dharma Sidhi
JAKARTA, NusaBali
Pujawali ke 52 Pura Dharma Sidhi, Ciledug, kota Tangerang, Banten berjalan lancer bahkan pada 3 Juni 2020.
Ketua Panitia Pujawali Pura Dharma Sidhi I Made Putra Reybawa mengatakan, awalnya mereka merencanakan sembahyang hanya satu gelombang. Mendekati Pujawali, ternyata ada pengumuman dari Menteri Agama, jika tempat ibadah diperkenankan buka kembali dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Akhirnya kami putuskan persembahyangan terbagi tujuh gelombang. Gelombang pertama pengurus banjar dan tempek. Ditambah serati banten, pinandita dan STHD Ciledug pada pukul 09.00-11.00 WIB," ujar Made Putra kepada NusaBali, Kamis (4/6).
Saat sembahyang mereka menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan. Jumlahnya dibatasi sebanyak 20 orang. Usai gelombang pertama, sembahyang gelombang kedua mulai jam 12.00-13.00 WIB. Gelombang kedua sampai ke enam dilakukan oleh umat tempek.
"Karena di banjar Ciledug ada enam tempek, kami memberikan kesempatan kepada tiap tempek sembahyang selama satu jam. Selanjutnya diberi jeda 30 menit untuk bersih-bersih serta mempersilakan umat segera pulang ke rumah masing-masing sehingga sembahyang Pujawali selesai malam hari," ucap Made Putra.
Pria dari tempek Karang Tengah ini menuturkan, rata-rata setiap tempek berisikan sekitar 90 orang. Lantaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih berlaku di Tangerang, jumlah umat tempek dibatasi 20 orang pula. Mereka sembahyang secara mandiri.
Dalam kesempatan itu, mereka berdoa agar pandemi Covid-19 segera selesai dan semua masyarakat Indonesia sehat. Made Putra mengatakan, Pujawali ke 52 ini berbeda dengan sebelumnya. Sebab, dilakukan pada masa pandemi Covid-19.
Alhasil acara malam seni dan budaya yang biasa digelar saat Pujawali berlangsung ditiadakan. Made Putra berharap, melalui Pujawali tersebut dapat meningkatkan rasa tat twam asi umat banjar Ciledug baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. *k22
"Akhirnya kami putuskan persembahyangan terbagi tujuh gelombang. Gelombang pertama pengurus banjar dan tempek. Ditambah serati banten, pinandita dan STHD Ciledug pada pukul 09.00-11.00 WIB," ujar Made Putra kepada NusaBali, Kamis (4/6).
Saat sembahyang mereka menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan. Jumlahnya dibatasi sebanyak 20 orang. Usai gelombang pertama, sembahyang gelombang kedua mulai jam 12.00-13.00 WIB. Gelombang kedua sampai ke enam dilakukan oleh umat tempek.
"Karena di banjar Ciledug ada enam tempek, kami memberikan kesempatan kepada tiap tempek sembahyang selama satu jam. Selanjutnya diberi jeda 30 menit untuk bersih-bersih serta mempersilakan umat segera pulang ke rumah masing-masing sehingga sembahyang Pujawali selesai malam hari," ucap Made Putra.
Pria dari tempek Karang Tengah ini menuturkan, rata-rata setiap tempek berisikan sekitar 90 orang. Lantaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih berlaku di Tangerang, jumlah umat tempek dibatasi 20 orang pula. Mereka sembahyang secara mandiri.
Dalam kesempatan itu, mereka berdoa agar pandemi Covid-19 segera selesai dan semua masyarakat Indonesia sehat. Made Putra mengatakan, Pujawali ke 52 ini berbeda dengan sebelumnya. Sebab, dilakukan pada masa pandemi Covid-19.
Alhasil acara malam seni dan budaya yang biasa digelar saat Pujawali berlangsung ditiadakan. Made Putra berharap, melalui Pujawali tersebut dapat meningkatkan rasa tat twam asi umat banjar Ciledug baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. *k22
1
Komentar