Crowdfunding, Usaha Mempertahankan 'Rumah Sanur' Tetap Menyala
DENPASAR, NusaBali
Selain tempat-tempat rekreasi dan hiburan, tempat yang menyediakan fasilitas untuk berkreasi seperti creative hub pun turut terkena dampak Covid-19.
Terlebih bagi Rumah Sanur yang telah berdiri sejak lima tahun silam, Covid-19 seolah menjadi hantaman keras setelah kepergian sang founder, Arief ‘Ayip’ Budiman pada Maret 2020 lalu.
Situasi pandemi yang dihadapi dunia ini membuat Rumah Sanur Creative Hub terpaksa meniadakan kegiatan-kegiatan yang merupakan perkumpulan massa seperti diskusi umum, konser, dan kegiatan lainnya. Padahal, kegiatan tersebut merupakan salah satu fungsi penting Rumah Sanur.
Tercatat, di tahun 2019 lalu Rumah Sanur merupakan tuan rumah bagi setidaknya 400 acara yang bekerjasama dengan lebih dari 200 organisasi dan mendatangkan lebih dari 6.000 pengunjung. Namun dengan ditiadakannya kegiatan tersebut di masa pandemi ini, pihak Rumah Sanur merasa kesulitan untuk mempertahankan operasional tempat tersebut. Selain itu, pihak Rumah Sanur juga terpaksa merumahkan karyawan-karyawannya.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak Rumah Sanur agar tempat ini tetap beroperasi, yakni dengan menggalang donasi. Penggalangan donasi ini memiliki target yang tidak sedikit, yang tujuannya agar Rumah Sanur Creative Hub bisa bertahan paling tidak hingga awal tahun depan. “Salah satu langkah urgensi yang kita lakukan adalah dengan crowd funding, dan sejauh ini bagus sekali sambutannya,” ujar Co-Director Rumah Sanur Creative Hub, Rudolf Dethu pada NusaBali, Rabu (3/6).
Sambutan yang bagus untuk penggalangan dana yang masih akan berlansung hingga 28 hari ke depan ini juga datang dari organisasi-organisasi yang pernah mengadakan acara di Rumah Sanur. “Organisasi-organisasi tersebut malah banyak sekali yang dengan senang hati, kan kami gedor juga pintu mereka. Mereka, beberapa individu dan organisasi itu langsung nyumbang, makanya hari kedua itu sudah dapat tiga puluh juta,” bebernya.
Meski saat ini Rumah Sanur tidak terbuka untuk kegiatan umum, namun kini Rumah Sanur menjad markas oleh organisasi-organisasi yang melakukan aksi sosial, seperti pendistribusian paket sembako untuk warga. Tempatnya yang luas membuat proses pembagian sembako masih memungkinkan untuk melakukan physical distancing. “Jadi ketika orang-orang tersebut mengambil bagian sembakonya, walaupun 50 orang datang, karena tempat kita luas bisa diatur jaraknya,” papar Rudolf Dethu.
Kegiatan mempersiapkan paket sembako yang saat ini berjalan di Rumah Sanur.-YULIA
Selain itu, sejumlah aksi sosial selain distribusi sembako juga dilakukan di tempat ini, seperti Kulkas untuk Umum. Bahkan, terdapat ancang-ancang untuk pengadaan program Dapur Sehat untuk Semua. Di sisi lain, Rudolf Dethu menyebutkan bahwa untuk wacana penerapan new normal, pihak Rumah Sanur belum akan membuka untuk kegiatan yang berskala besar paling tidak hingga tahun depan.
“Kalau misalkan Agustus keluar (regulasi) new normal itu, kita mungkin lebih memilih untuk tetap tidak membuat event-event yang besar. Mengikuti new normal, mungkin misalnya kelas-kelas khusus yang kecil. Kalau untuk yang besar, baru tahun depan kita pikirkan. Satu, konsolidasi internal. Dua, kalaupun kita membuat acara, skalanya bakal relatif kecil menengah dan mengikuti protokol new normal,” tandasnya.*cr74
1
Komentar