Peringkat Teratas CAT, Siapkan Program Penguatan Hindu Nusantara
Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana SE MM, Kandidat Kuat Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama
Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana SE MM terpanggil ikut seleksi calon Dirjen Bimas Hindu Kemenag, karena selama ini banyak berkecimpung di dunia pendidikan, pelatihan, penelitian, dan konsultan perusahaan. Akademisi dari Undiknas Denpasar ini termotivasi menggunakan kemampuannya untuk memperkuat agama Hindu
JAKARTA, NusaBali
Enam (6) kandidat tengah bertarung memperebutkan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama (Kemenag). Salah satunya, Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana SE MM, 57, Guru Besar Ilmu Manajemen dari Undiknas Denpasar, yang menempati posisi teratas dalam seleksi Computer Assisted Test (CAT). Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis Undiknas Denpasar ini pun telah menyiapkan empat program pokok, jika nanti terpilih jai Dirjen Bimas Hindu 2020-20205.
Selain Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana SE MM, lima kandidat Dirjen Bimas Hindu Kemenag lainnya masing-masing Dr Tri Handoko Seto SSi MSc, 49 (tokoh Hindu asal Banyuwangi, Jawa Timur yang kini menjabat Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT), Drs Suminto MM, 48 (tokoh Hindu asal Banyuwangi, Jawa Timur yang kini Ketua Yayasan Pendidikan Nasional atau Yapenas 17 Agustus 1945 Banyuwangi), Drs Ida Bagus Gede Subawa MSi, 55 (Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan IAHN Tampung Penyang Palangkaraya, Kalimantan Tengah), Gede Narayana SE MSi, 52 (Ketua Komisi Informasi Publik Pusat), dan Prof Dr Drs I Nengah Duija MSi, 53 (Guru Besar dari IHDN Denpasar).
Berdasarkan hasil seleksi CAT calon Dirjen Bimas Hindu Kemenad, Prof Raka Suardana menduduki tangga teratas dengan nilai 155. Sedangkan Dr Tri Handoko Seto dan Drs Suminto MM berada di peringkat berikutnya masing-masing dengan nilai 135, disusul Drs Ida Bagus Gede Subawa (nilai 115), Gede Narayana SE MSi (nilai 105), dan Prof Nengah Duija (nilai 100).
Hasil seleksi CAT ini menjadikan Prof Raka Suardana dijagokan bakal terpilih sebagai Dirjen Bimas Hindu Kemenag periode 2020-2025, untuk menggantikan Prof I Ketut Widnya MA MPhil PHd (tokoh Hindu asal Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan). Kendati peluang terpilih terbuka lebar, namun Prof Raka Suardana tak mau jumawa. Pasalnya, masih ada serangkatan tes lagi yang harus dijalani para kandidat di Pansel.
"Jadi, saya menyerahkan semua penilaian kepada Pansel, karena penilaian pembuatan makalah juga belum diumumkan dan masih ada tes lainnya yang harus dijalani. Tes tersebut akan berlangsung pekan depan," jelas Prof Raka Suardana saat dihubungi NusaBali, Senin (8/6).
Menurut Raka Suardana, tes yang masih harus dijalani para kandidat calon Dirjen Bimas Hindu adalah assesment terhadap kompetensi managerial dan sosial kultural, serta penilaian kompetensi teknis melalui wawancara. Rangkaian tes ini akan dilakukan Pansel, pertengahan Juni 2020 depan. Raka Suardana sendiri akan menjalani tes secara virtual di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (dulu bernama IHDN Denpasar).
"Semuanya dipersiapkan dari Jakarta, tapi tanggal tesnya belum ditentukan," tegas akademisi kelahiran Mataram, NTB, 1 Februari 1963 yang tinggal di Banjar Taman Sari, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan ini.
Untuk menghadapi tes tersebut, Raka Suardana mengaku tidak ada persiapan khusus. Semuanya akan mengalir bagaikan air saja ketika tes berlangsung nanti. Menurut Raka Suardana, dirinya terpanggil ikut seleksi calon Dirjen Bimas Hindu Kemenag, karena selama ini banyak berkecimpung di dunia pendidikan, pelatihan, penelitian, dan konsultan perusahaan. Dia termotivasi menggunakan kemampuannya untuk memperkuat agama Hindu.
Raka Suardana sudah menyiapkan empat program pokok yang akan diterapkan jika terpilih menjadi Dirjen Bimas Hindu. Program pertama, memperkuat Hindu Nusantara, karena umat Hindu tidak hanya berada di Bali, tapi berasal dari berbagai suku lainnya di Indonesia, sehingga perlu diperkuat.
Kedua, meningkatkan srada dan bakti, terutama kepada generasi muda yang merupakan kaum milenial. Raka Suardana pun akan bekerjasama dengan organisasi kepemudaan Hindu, seperti Peradah dan KMHDI, agar tidak terjadi konvergensi agama.
Ketiga, peningkatan SDM Hindu melalui pendidikan. Raka Suardana mengatakan, sekolah-sekolah Hindu harus diperbanyak, khususnya level pendidikan anak usia dini (PAUD). Kemudian, pasraman-pasraman yang ada perlu diperkuat lagi. Perguruan Tinggi Hindu melakukan kerjasama di bidang science dengan perguruan tinggi lainnya, baik di dalam maupun luar negeri.
Menurut Raka Suardana, Perguruan Tinggi Hindu harus meningkatkan kurikulum entrepreneur, agar lulusannya tidak hanya berpikir menjadi ASN ketika lulus. "Lulusan sekolah dan Perguruan Tinggi Hindu juga harus punya jiwa usaha atau menekuni profesi lainnya, semisal jadi wartawan, bloger atau YouTuber," papar ayah 4 anak dari pernikahannya sengan Dr Luh Kadek Budi Martini SE MM ini.
Program keempat, penguatan ekonomi umat Hindu. Raka Suardana mengatakan, saat ini perekonomian umat Hindu di pelosok-pelosok daerah masih lemah. Untuk itu, perlu dibuat jaringan pengusaha Hindu dan lembaga keuangan berbasis Hindu, yang dapat membantu umat dalam permodalan. Pengembaliannya dapat dilakukan setelah umat bersangkutan memiliki keuntungan.
Langkah lainnya, kata Raka Suardana, adalah memberikan bantuan bibit. Satu kepala keluarga (KK) bisa diberikan dua bibit babi atau tiga butir telur untuk menghasilkan ayam. Kemudian, dampingi mereka agar berhasil. "Hal ini sudah saya lakukan di Bali. Jadi, penguatan ekonomi umat Hindu bisa dilaksanakan secara sederhana. Hanya saja, kadang tidak terpikirkan, karena kita memikirkan hal-hal yang tinggi," tegas jebolan SI Fakultas Ekonomi Undiknas Denpasar (1988), S2 Agribisnis IPB Bogor (1994), dan S3 Pascasarjana Unair Surabaya (2005) ini. *k22
Selain Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana SE MM, lima kandidat Dirjen Bimas Hindu Kemenag lainnya masing-masing Dr Tri Handoko Seto SSi MSc, 49 (tokoh Hindu asal Banyuwangi, Jawa Timur yang kini menjabat Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT), Drs Suminto MM, 48 (tokoh Hindu asal Banyuwangi, Jawa Timur yang kini Ketua Yayasan Pendidikan Nasional atau Yapenas 17 Agustus 1945 Banyuwangi), Drs Ida Bagus Gede Subawa MSi, 55 (Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan IAHN Tampung Penyang Palangkaraya, Kalimantan Tengah), Gede Narayana SE MSi, 52 (Ketua Komisi Informasi Publik Pusat), dan Prof Dr Drs I Nengah Duija MSi, 53 (Guru Besar dari IHDN Denpasar).
Berdasarkan hasil seleksi CAT calon Dirjen Bimas Hindu Kemenad, Prof Raka Suardana menduduki tangga teratas dengan nilai 155. Sedangkan Dr Tri Handoko Seto dan Drs Suminto MM berada di peringkat berikutnya masing-masing dengan nilai 135, disusul Drs Ida Bagus Gede Subawa (nilai 115), Gede Narayana SE MSi (nilai 105), dan Prof Nengah Duija (nilai 100).
Hasil seleksi CAT ini menjadikan Prof Raka Suardana dijagokan bakal terpilih sebagai Dirjen Bimas Hindu Kemenag periode 2020-2025, untuk menggantikan Prof I Ketut Widnya MA MPhil PHd (tokoh Hindu asal Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan). Kendati peluang terpilih terbuka lebar, namun Prof Raka Suardana tak mau jumawa. Pasalnya, masih ada serangkatan tes lagi yang harus dijalani para kandidat di Pansel.
"Jadi, saya menyerahkan semua penilaian kepada Pansel, karena penilaian pembuatan makalah juga belum diumumkan dan masih ada tes lainnya yang harus dijalani. Tes tersebut akan berlangsung pekan depan," jelas Prof Raka Suardana saat dihubungi NusaBali, Senin (8/6).
Menurut Raka Suardana, tes yang masih harus dijalani para kandidat calon Dirjen Bimas Hindu adalah assesment terhadap kompetensi managerial dan sosial kultural, serta penilaian kompetensi teknis melalui wawancara. Rangkaian tes ini akan dilakukan Pansel, pertengahan Juni 2020 depan. Raka Suardana sendiri akan menjalani tes secara virtual di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (dulu bernama IHDN Denpasar).
"Semuanya dipersiapkan dari Jakarta, tapi tanggal tesnya belum ditentukan," tegas akademisi kelahiran Mataram, NTB, 1 Februari 1963 yang tinggal di Banjar Taman Sari, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan ini.
Untuk menghadapi tes tersebut, Raka Suardana mengaku tidak ada persiapan khusus. Semuanya akan mengalir bagaikan air saja ketika tes berlangsung nanti. Menurut Raka Suardana, dirinya terpanggil ikut seleksi calon Dirjen Bimas Hindu Kemenag, karena selama ini banyak berkecimpung di dunia pendidikan, pelatihan, penelitian, dan konsultan perusahaan. Dia termotivasi menggunakan kemampuannya untuk memperkuat agama Hindu.
Raka Suardana sudah menyiapkan empat program pokok yang akan diterapkan jika terpilih menjadi Dirjen Bimas Hindu. Program pertama, memperkuat Hindu Nusantara, karena umat Hindu tidak hanya berada di Bali, tapi berasal dari berbagai suku lainnya di Indonesia, sehingga perlu diperkuat.
Kedua, meningkatkan srada dan bakti, terutama kepada generasi muda yang merupakan kaum milenial. Raka Suardana pun akan bekerjasama dengan organisasi kepemudaan Hindu, seperti Peradah dan KMHDI, agar tidak terjadi konvergensi agama.
Ketiga, peningkatan SDM Hindu melalui pendidikan. Raka Suardana mengatakan, sekolah-sekolah Hindu harus diperbanyak, khususnya level pendidikan anak usia dini (PAUD). Kemudian, pasraman-pasraman yang ada perlu diperkuat lagi. Perguruan Tinggi Hindu melakukan kerjasama di bidang science dengan perguruan tinggi lainnya, baik di dalam maupun luar negeri.
Menurut Raka Suardana, Perguruan Tinggi Hindu harus meningkatkan kurikulum entrepreneur, agar lulusannya tidak hanya berpikir menjadi ASN ketika lulus. "Lulusan sekolah dan Perguruan Tinggi Hindu juga harus punya jiwa usaha atau menekuni profesi lainnya, semisal jadi wartawan, bloger atau YouTuber," papar ayah 4 anak dari pernikahannya sengan Dr Luh Kadek Budi Martini SE MM ini.
Program keempat, penguatan ekonomi umat Hindu. Raka Suardana mengatakan, saat ini perekonomian umat Hindu di pelosok-pelosok daerah masih lemah. Untuk itu, perlu dibuat jaringan pengusaha Hindu dan lembaga keuangan berbasis Hindu, yang dapat membantu umat dalam permodalan. Pengembaliannya dapat dilakukan setelah umat bersangkutan memiliki keuntungan.
Langkah lainnya, kata Raka Suardana, adalah memberikan bantuan bibit. Satu kepala keluarga (KK) bisa diberikan dua bibit babi atau tiga butir telur untuk menghasilkan ayam. Kemudian, dampingi mereka agar berhasil. "Hal ini sudah saya lakukan di Bali. Jadi, penguatan ekonomi umat Hindu bisa dilaksanakan secara sederhana. Hanya saja, kadang tidak terpikirkan, karena kita memikirkan hal-hal yang tinggi," tegas jebolan SI Fakultas Ekonomi Undiknas Denpasar (1988), S2 Agribisnis IPB Bogor (1994), dan S3 Pascasarjana Unair Surabaya (2005) ini. *k22
Komentar