Lagi, Ular Piton Muncul di Pura Goa Raja
Jika terjadi erupsi, dari goa itu keluar asap pertanda terjadi erupsi Gunung Agung.
AMLAPURA, NusaBali
Ular piton kembali muncul di goa Pura Goa Raja Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, bertepatan Tumpek Wayang, Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (13/6) sekitar pukul 10.00 Wita. Ukuran ular ini lebih kecil dari kemunculan ular sebelumnya. Ular ini muncul di luar goa.
Ular piton ini diperkirakan sepanjang sekitar 120 cm dengan diameter 5 cm. Posisinya menepi di dasar tebing dan melintang. Meski didekati pamedek, lelipi saab ini tidak beranjak dari tempatnya. Pamangku Pura Goa Raja Besakih, I Gusti Mangku Paruna, mendekati ular tersebut dan menyentuhnya. Ular piton itu tetap diam. Gusti Mangku Paruna mengaku tidak ada firasat apa-apa dengan kemunculan ular piton yang kedua kalinya.
Sebelumnya ular piton sepanjang 3 meter dengan diameter sekitar 10 cm hanya muncul di mulut goa. Diam dari tanggal 31 Mei - 5 Juni dan menghilang tanpa bekas. “Ular yang muncul kali ini ukurannya lebih kecil dari sebelumnya. Jika disentuh rasanya dingin sekali,” jelas Gusti Mangku Paruna, Minggu (14/6). Dikatakan, selama ini tidak pernah ada ular yang muncul di goa tersebut. Berdasarkan keyakinan, goa tersebut tembus ke dasar Gunung Agung. Jika Gunung Agung erupsi besar, dari goa itu keluar asap pertanda tengah terjadi erupsi Gunung Agung. Asap dari Gunung Agung bisa mengepul hingga tembus ke Pura Goa Raja.
Gusti Mangku Paruna menambahkan, goa itu selama ini hanya digunakan umat untuk nunas pakuluh atau mohon tirtha. Air terus menetes dari mulut goa. Meski di musim panas, airnya tidak pernah kering. Sesuai keyakinan umat, goa itu tempat paruman tiga naga yakni Ida Bhatara Naga Ananta Boga, Ida Bhatara Naga Basuki, dan Ida Bhatara Naga Taksaka. Pura Goa Raja Besakih merupakan stana Ida Bhatara Naga Basuki sebagai penjaga keseimbangan air agar tidak tercemar dari racun.
Ida Bhatara Ananta Boga menjaga keseimbangan unsur api agar semesta tidak kekeringan sehingga kesuburan tetap terjaga. Sedangkan Ida Bhatara Naga Taksaka menjaga keseimbangan udara agar tidak cemar dan tidak polusi. “Ular itu masih terlihat hingga Minggu (14/6). Ular itu jadi tontonan setiap pamedek yang hendak melakukan persembahyangan,” kata Gusti Mangku Paruna. *k16
Ular piton ini diperkirakan sepanjang sekitar 120 cm dengan diameter 5 cm. Posisinya menepi di dasar tebing dan melintang. Meski didekati pamedek, lelipi saab ini tidak beranjak dari tempatnya. Pamangku Pura Goa Raja Besakih, I Gusti Mangku Paruna, mendekati ular tersebut dan menyentuhnya. Ular piton itu tetap diam. Gusti Mangku Paruna mengaku tidak ada firasat apa-apa dengan kemunculan ular piton yang kedua kalinya.
Sebelumnya ular piton sepanjang 3 meter dengan diameter sekitar 10 cm hanya muncul di mulut goa. Diam dari tanggal 31 Mei - 5 Juni dan menghilang tanpa bekas. “Ular yang muncul kali ini ukurannya lebih kecil dari sebelumnya. Jika disentuh rasanya dingin sekali,” jelas Gusti Mangku Paruna, Minggu (14/6). Dikatakan, selama ini tidak pernah ada ular yang muncul di goa tersebut. Berdasarkan keyakinan, goa tersebut tembus ke dasar Gunung Agung. Jika Gunung Agung erupsi besar, dari goa itu keluar asap pertanda tengah terjadi erupsi Gunung Agung. Asap dari Gunung Agung bisa mengepul hingga tembus ke Pura Goa Raja.
Gusti Mangku Paruna menambahkan, goa itu selama ini hanya digunakan umat untuk nunas pakuluh atau mohon tirtha. Air terus menetes dari mulut goa. Meski di musim panas, airnya tidak pernah kering. Sesuai keyakinan umat, goa itu tempat paruman tiga naga yakni Ida Bhatara Naga Ananta Boga, Ida Bhatara Naga Basuki, dan Ida Bhatara Naga Taksaka. Pura Goa Raja Besakih merupakan stana Ida Bhatara Naga Basuki sebagai penjaga keseimbangan air agar tidak tercemar dari racun.
Ida Bhatara Ananta Boga menjaga keseimbangan unsur api agar semesta tidak kekeringan sehingga kesuburan tetap terjaga. Sedangkan Ida Bhatara Naga Taksaka menjaga keseimbangan udara agar tidak cemar dan tidak polusi. “Ular itu masih terlihat hingga Minggu (14/6). Ular itu jadi tontonan setiap pamedek yang hendak melakukan persembahyangan,” kata Gusti Mangku Paruna. *k16
Komentar