Petani Muda Punya Potensi, Asalkan Jangan Gengsi
TABANAN, NusaBali.com
Gengsi. Mungkin itu yang terbetik saat dihadapkan pada pilihan menjadi petani. Menjadi petani saat ini masih diidentikkan dengan pekerjaan yang bergulat ke tanah, kotor, dan tinggal di desa. Stigma yang melekat pada petani sebagai orang miskin juga masih terdapat di masyarakat.
Apalagi, saat ini banyak fenomena anak muda lebih memilih untuk bekerja di pariwisata atau perbankan daripada menggeluti profesi menjadi petani. Akibatnya, pertanian di daerah menjadi tertinggal karena para anak muda merantau. Padahal, menurut Made Gunada, petani merupakan pecinta alam yang sejati. Stigma bahwa petani miskin hanya akan ada jika petaninya tidak berusaha.
Untuk itu, Made Gunada ingin memberi pesan kepada kawula muda agar meninggalkan rasa gengsi menjadi petani. “Kembali ke alam itu buat saya luar biasa. Itu akan membangun mental kita menjadi tangguh, paling tidak banyak inspirasi yang akan kita dapat, akhirnya kita berbagi dari hasil-hasil pertanian. Yang penting sekarang hilangkan rasa gengsi jadi petani itu,” jelas Made Gunada.
Di samping itu, menjadi petani yang mengolah lahan secara langsung bukan menjadi satu-satunya pilihan bagi anak muda. Terdapat pilihan profesi lainnya yang masih berkaitan dengan dunia pertanian. “Mungkin anak-anak muda sekarang, terutama yang memilih (studi) Pertanian, pengolahan pabrik-pabrik, pengolahan pangan agro itu kan luar biasa, kenapa tidak ke sana terjun?” ungkapnya.
Menjadi petani atau melanjutkan studi Pertanian di bangku kuliah juga berarti membaca peluang pertanian yang ada, sehingga bisa membina para petani lainnya. “Tidak harus menjadi petani berdasi, paling kita menjadi sarjana, pulang kampung, bangun lihat peluang apa yang ada mereka pasti sudah melihat peluang. Bina teman-teman di kampung, ajak bikin kelompok petani carikan pasar, itu kan bagus juga,” pesannya.*cr74
Komentar