Pura Puseh Tabu Tertimpa Batu
Pura Puseh Desa Adat Tabu dua kali rusak diterjang longsor.
AMLAPURA, NusaBali
Pura Puseh Desa Adat Tabu, di Banjar Bangket, Desa Tangkup, Kecamatan Sidemen, Karangasem, tertimpa longsoran batu, Senin (15/6) sekitar pukul 13.30 Wita.
Satu palinggih dan tembok panyengker rusak. Batu berdiameter 1,5 meter, diperkirakan seberat 2 ton itu jatuh dari Bukit Penyalin. Kerugian material ditaksir mencapai Rp 15 juta. Informasi di lapangan, sehari sebelum terjadi longsoran batu, Desa Adat Tabu dan sekitarnya diguyur hujan lebat. Di timur laut Pura Puseh adalah lahan bebukitan dengan kemiringan lahan yang curam, berisi banyak batu. Di luar dugaan, bongkahan batu besar di lahan milik I Wayan Nganti yang ada di bebukitan lepas. Batu itu menggelinding dan menghantam palinggih Ida Ratu Made Jelaung di Pura Puseh Desa Adat Tabu. Pondasi dan atap palinggih patah. Posisi palinggih Ida Ratu Made Jelaung diapit palinggih meru tumpang pitu dan palinggih gedong.
Longsoran batu besar itu pertama kali diketahui oleh warga setempat, Ni Nyoman Suti, 65. Dia melaporkan kejadian itu kepada Panyarikan Desa Adat Tabu I Nengah Sudiarta, yang diteruskan kepada Bendesa Adat Tabu I Nengah Seken Ayu. Prajuru adat melaporkan bencana itu kepada BPBD Karangasem. Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Ketut Arimbawa, hadir bersama Danramil Sidemen Kapten Inf I Ketut Sumendra mendatangi lokasi kejadian. Ternyata bukan tanah longsor, tetapi sebongkah batu yang jatuh menggelinding dari lereng bukit menghantam palinggih di Pura Puseh Desa Adat Tabu. “Tidak ada yang perlu dievakuasi karena yang longsor sebongkah batu besar,” jelas Ida Ketut Arimbawa.
Padahal di jalur batu longsor itu ada pohon-pohon perindang yang tumbuh lebat di Bukit Penyalin, tetapi batu yang menggelinding tidak sempat menyentuh pohon hingga lolos masuk pekarangan Pura Puseh. Sebelumnya, Pura Puseh Desa Adat Tabu sudah dua kali rusak diterjang longsor. Bendesa Adat Tabu, I Nengah Seken Ayu, merencanakan batu yang jatuh ke Pura Puseh akan dikubur di tempat itu juga. “Tidak mungkin rasanya memecah batu itu dan menyingkirkan ke luar Pura Puseh. Saya rencanakan buatkan lubang, kemudian dikubur di belakang palinggih, kebetulan masih ada celah,” jelas I Nengah Seken Ayu.
I Nengah Seken Ayu mengatakan, dalam waktu dekat menanyakan ke orang pintar agar dapat penjelasan apakah material palinggih yang rusak itu masih bisa digunakan untuk perbaikan palinggih atau harus sepenuhnya menggunakan bahan baru. Terutama kayu dari palinggih itu. Sedangkan dasar palinggih harus dibongkar saat melakukan perbaikan. Kerugian material sekitar Rp 15 juta. *k16
Komentar