Nelayan Jimbaran Hilang Digulung Ombak
Kamis (18/6) sekitar pukul 03.00 Wita, Sulihin telepon bosnya, menyebut jukungnya nyaris tenggelam. Pukul 12.00 Wita, Basarnas masih bisa kontak, namun selanjutnya terputus.
MANGUPURA, NusaBali
Seorang nelayan bernama Sulihin, 50, dinyatakan hilang saat melaut pada Kamis (18/6). Dugaan awal, hilangnya nelayan yang tinggal di Jalan Pantai Sari, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini karena digulung ombak. Petugas Basarnas bersama para nelayan masih melakukan pencarian terhadap korban.
Salah seorang rekan nelayan yang ditemui di tempat tinggalnya, Sumantri, 55, menerangkan, hilangnya nelayan asal Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Jember, Jawa Timur, itu berawal saat melaut pada Rabu (17/6) pukul 16.00 Wita. Saat itu, bapak dua anak tersebut melaut sendirian menggunakan jukung yang terbuat dari bahan dasar fiber dengan ukuran panjang 9,5 meter dan lebar 1,5 meter. Kemudian menuju lokasi tangkapan yang berjarak sekitar 15 kilometer arah Utara pesisir Pantai Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan. Lokasi tersebut, menurut Sumantri, menjadi area atau tempat tangkapan favorit bagi para nelayan yang menggunakan jukung. Namun, pada Kamis (18/6) pukul 03.00 Wita, nelayan Sulihin yang sudah 15 tahun tinggal dan bekerja sebagai nelayan itu tiba-tiba menghubungi bosnya I Nyoman Wara dan memberitahu keadaan jukungnya nyaris tenggelam karena dihantam ombak besar.
“Kebetulan yang turun melaut pada Rabu sore itu hanya dia saja. Biasanya banyak yang turun. Tapi karena kondisi cuaca tidak bersahabat, banyak nelayan yang urungkan niat, tapi dia (Sulihin) tetap turun,” ungkap Sumantri.
Sumantri menyebut, dari pembicaraan per telepon itu, bahwa jukung tersebut sudah tidak kuat karena menahan hantaman ombak yang tingginya mencapai 4 meter. Apalagi, kondisi jukung dipenuhi hasil tangkapan. Setelah mendapat telepon itu, pemilik jukung tempat Sulihin bekerja menghubungi Basarnas dan juga rekan-rekan Sulihin yang ada di Jimbaran. Kemudian, pada Kamis pukul 07.00 Wita langsung turun ke lokasi tempat terakhir Sulihin menjala ikan. Sebanyak 5 unit kapal nelayan ukuran besar melakukan penyisiran di titik atau koordinat terakhir. Namun belum membuahkan hasil hingga Kamis sore pukul 17.30 Wita.
“Biasanya, untuk ukuran jukung hanya bisa mengangkut 500 kg ikan. Itu pun kalau kondisi cuaca tidak ekstrem atau gelombang tinggi. Namun, kalau cuaca tidak bersahabat, muatan pasti dikurangi. Kemungkinan besar hasil tangkapan Pak Sulihin ini banyak dan melebihi kapasitas,” ucap Sumantri.
Rekan-rekan korban berencana melanjutkan pencarian pada Jumat (19/6) pagi ini. Rencananya, bersama Basarnas akan memperluas titik pencarian dari lokasi dinyatakan hilang. Di sisi lain, untuk menemukan korban, rekan-rekan sesama nelayan yang ada di Jimbaran melakukan pengajian. Pengajian ini akan dilakukan selama tiga hari pertama.
“Kalau Pak Sulihin ini tinggal sendiri. Anak dan istrinya tinggal di Jember. Sejauh ini, keluarga di Jember juga sudah mengetahui. Namun, kemungkinan besar tidak bisa datang. Makanya kami kelompok nelayan di sini saja yang menggelar pengajian. Ya, harapannya agar cepat ditemukan dalam kondisi apapun,” ungkap Sulihin.
Sementara, Kepala Basarnas Denpasar I Gede Darmada menuturkan laporan terkait hilangnya nelayan tersebut masuk pada Kamis (18/6) pukul 07.50 Wita. Dalam laporan itu disebutkan ada jukung nelayan yang terbalik dihantam gelombang pada Kamis dini hari pukul 03.00 Wita. Mendapati laporan, tim Basarnas langsung bergerak dari Pelabuhan Benoa untuk melakukan penyisiran. Namun, setibanya di lokasi atau koordinat jukung dihantam gelombang, tidak ditemukan bangkai jukung.
“Setelah menerima laporan, tim langsung bergerak dan melakukan pencarian menggunakan 2 unit RIB Basarnas Bali, 1 unit sea rider Polair Polda Bali, dan dibantu oleh 3 buah jukung nelayan setempat. Untuk personel kami kerahkan 12 orang,” ujar Darmada.
Saat pencarian itu, lanjut Darmada, pihaknya berusaha menghubungi Sulihin melalui sambungan telepon dan masih ada respons hingga Kamis pukul 12.00 Wita. Namun setelah itu sudah di luar jangkauan. Dugaan awal, jukung korban masih mengambang dan terus terseret arus deras. Guna memperluas area pencarian, Basarnas akan melakukan koordinasi dengan berbagai unsur SAR dan pihak keluarga pada Jumat (19/6). Begitu juga dengan lokasi pencarian difokuskan seputaran perairan Selatan Bali, ke arah barat dan selatan dari titik kejadian. *dar
Salah seorang rekan nelayan yang ditemui di tempat tinggalnya, Sumantri, 55, menerangkan, hilangnya nelayan asal Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Jember, Jawa Timur, itu berawal saat melaut pada Rabu (17/6) pukul 16.00 Wita. Saat itu, bapak dua anak tersebut melaut sendirian menggunakan jukung yang terbuat dari bahan dasar fiber dengan ukuran panjang 9,5 meter dan lebar 1,5 meter. Kemudian menuju lokasi tangkapan yang berjarak sekitar 15 kilometer arah Utara pesisir Pantai Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan. Lokasi tersebut, menurut Sumantri, menjadi area atau tempat tangkapan favorit bagi para nelayan yang menggunakan jukung. Namun, pada Kamis (18/6) pukul 03.00 Wita, nelayan Sulihin yang sudah 15 tahun tinggal dan bekerja sebagai nelayan itu tiba-tiba menghubungi bosnya I Nyoman Wara dan memberitahu keadaan jukungnya nyaris tenggelam karena dihantam ombak besar.
“Kebetulan yang turun melaut pada Rabu sore itu hanya dia saja. Biasanya banyak yang turun. Tapi karena kondisi cuaca tidak bersahabat, banyak nelayan yang urungkan niat, tapi dia (Sulihin) tetap turun,” ungkap Sumantri.
Sumantri menyebut, dari pembicaraan per telepon itu, bahwa jukung tersebut sudah tidak kuat karena menahan hantaman ombak yang tingginya mencapai 4 meter. Apalagi, kondisi jukung dipenuhi hasil tangkapan. Setelah mendapat telepon itu, pemilik jukung tempat Sulihin bekerja menghubungi Basarnas dan juga rekan-rekan Sulihin yang ada di Jimbaran. Kemudian, pada Kamis pukul 07.00 Wita langsung turun ke lokasi tempat terakhir Sulihin menjala ikan. Sebanyak 5 unit kapal nelayan ukuran besar melakukan penyisiran di titik atau koordinat terakhir. Namun belum membuahkan hasil hingga Kamis sore pukul 17.30 Wita.
“Biasanya, untuk ukuran jukung hanya bisa mengangkut 500 kg ikan. Itu pun kalau kondisi cuaca tidak ekstrem atau gelombang tinggi. Namun, kalau cuaca tidak bersahabat, muatan pasti dikurangi. Kemungkinan besar hasil tangkapan Pak Sulihin ini banyak dan melebihi kapasitas,” ucap Sumantri.
Rekan-rekan korban berencana melanjutkan pencarian pada Jumat (19/6) pagi ini. Rencananya, bersama Basarnas akan memperluas titik pencarian dari lokasi dinyatakan hilang. Di sisi lain, untuk menemukan korban, rekan-rekan sesama nelayan yang ada di Jimbaran melakukan pengajian. Pengajian ini akan dilakukan selama tiga hari pertama.
“Kalau Pak Sulihin ini tinggal sendiri. Anak dan istrinya tinggal di Jember. Sejauh ini, keluarga di Jember juga sudah mengetahui. Namun, kemungkinan besar tidak bisa datang. Makanya kami kelompok nelayan di sini saja yang menggelar pengajian. Ya, harapannya agar cepat ditemukan dalam kondisi apapun,” ungkap Sulihin.
Sementara, Kepala Basarnas Denpasar I Gede Darmada menuturkan laporan terkait hilangnya nelayan tersebut masuk pada Kamis (18/6) pukul 07.50 Wita. Dalam laporan itu disebutkan ada jukung nelayan yang terbalik dihantam gelombang pada Kamis dini hari pukul 03.00 Wita. Mendapati laporan, tim Basarnas langsung bergerak dari Pelabuhan Benoa untuk melakukan penyisiran. Namun, setibanya di lokasi atau koordinat jukung dihantam gelombang, tidak ditemukan bangkai jukung.
“Setelah menerima laporan, tim langsung bergerak dan melakukan pencarian menggunakan 2 unit RIB Basarnas Bali, 1 unit sea rider Polair Polda Bali, dan dibantu oleh 3 buah jukung nelayan setempat. Untuk personel kami kerahkan 12 orang,” ujar Darmada.
Saat pencarian itu, lanjut Darmada, pihaknya berusaha menghubungi Sulihin melalui sambungan telepon dan masih ada respons hingga Kamis pukul 12.00 Wita. Namun setelah itu sudah di luar jangkauan. Dugaan awal, jukung korban masih mengambang dan terus terseret arus deras. Guna memperluas area pencarian, Basarnas akan melakukan koordinasi dengan berbagai unsur SAR dan pihak keluarga pada Jumat (19/6). Begitu juga dengan lokasi pencarian difokuskan seputaran perairan Selatan Bali, ke arah barat dan selatan dari titik kejadian. *dar
Komentar