Cerita Godogan dan Roro Jonggrang Jadi Tema Cak
SMKN 5 Denpasar memasukkan kesenian karawitan dengan memasukkan motif-motif gender dan gending Sang Hyang.
DENPASAR, NusaBali
Seniman muda dari dua sekolah menampilkan kesenian cak inovatif di panggung Bali Mandara Nawanatya, Arda Chandra Taman Budaya Bali, Sabtu (17/9) malam. SMK Negeri 3 Sukawati tampilkan prembon Godogan dan SMKN 5 Denpasar mengakat tema Roro Jonggrang dan Bandung Bandowoso. Penampilan para siswa ini pun menuai decak kagum.
SMKN 3 Sukawati mengawali pentas dengan cerita ’Godogan’. Pada tahun 1980-an hingga 1990-an, cerita Godogan dalam bentuk kesenian arja sempat menikmati popularitas. Sampai sekarang, cerita Godogan ini masih setia dibawakan oleh sekaa arja dari Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan. Dari segi cerita, tak ada yang beda versi Arja Godogan Tabanan maupun cerita rakyat yang sudah berkembang dengan yang dipentaskan anak-anak SMKN 3 Sukawati.
Godogan mengisahkan perjalanan hidup seorang anak dari Men Bekung dan Pan Bekung. Kelahirannya sangat ajaib dan kerapkali berperilaku di luar kemampuan manusia. Suatu hari dia berkeinginan tinggi ingin melamar putri dari kerajaan Daha. Keinginan itu pun terpenuhi. Putri kerajaan menyatakan diri sangat mencintai Godogan. Dengan ketulusan hati sang putri, Godogan tiba-tiba berubah menjadi pemuda rupawan. “Kami melakukan beberapa hal baru dalam komposisi dan gerak tari, serta ada juga pembuatan balai untuk mendukung jalan cerita,” ungkap Kepala SMKN 3 Sukawati, Agung Serama Semadi.
Ditambahkan, selain melakukan inovasi komposisi, gerak tari serta tata panggung, pihaknya juga menguatkan spirit cak yakni kebersamaan dalam gerak dan suara. “Kita juga ingin menguatkan antara cak dengan kegiatan ngecak-nya, seperti kebersamaan suara yang membuat cak bagus didengar,” katanya. Sementara SMKN 5 Denpasar membingkai cak dan tari Legong dalam satu pertunjukan dengan mengambil lakon Roro Jonggrang dan Bandung Bandowoso. Dalam garapan tersebut, SMKN 5 Denpasar memasukkan kesenian karawitan lainnya. “Kami mencoba mengkolaborasikan dengan tari Legong. Dari unsur karawitan dan tari kami mencoba memasukkan motif-motif gender dan gending Sang Hyang,” terang koordinator garapan, Gede Arsana.
Dikatakan, garapan ini dipersiapkan sekitar tiga bulan, mulai dari pakem cak yang kemudian dieksplorasi, mencari tema, konsep dan tari yang sesuai. Bahkan tari Legong yang ditampilkan pun dikonsep sendiri oleh Gede Parwata yang juga salah satu koordinator dalam garapan tersebut. “Kami mencari bentuk yang pas, yang mana bisa disandingkan dengan cak, tanpa menghilangkan kesan cak itu sendiri,” tandasnya. * in
Seniman muda dari dua sekolah menampilkan kesenian cak inovatif di panggung Bali Mandara Nawanatya, Arda Chandra Taman Budaya Bali, Sabtu (17/9) malam. SMK Negeri 3 Sukawati tampilkan prembon Godogan dan SMKN 5 Denpasar mengakat tema Roro Jonggrang dan Bandung Bandowoso. Penampilan para siswa ini pun menuai decak kagum.
SMKN 3 Sukawati mengawali pentas dengan cerita ’Godogan’. Pada tahun 1980-an hingga 1990-an, cerita Godogan dalam bentuk kesenian arja sempat menikmati popularitas. Sampai sekarang, cerita Godogan ini masih setia dibawakan oleh sekaa arja dari Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan. Dari segi cerita, tak ada yang beda versi Arja Godogan Tabanan maupun cerita rakyat yang sudah berkembang dengan yang dipentaskan anak-anak SMKN 3 Sukawati.
Godogan mengisahkan perjalanan hidup seorang anak dari Men Bekung dan Pan Bekung. Kelahirannya sangat ajaib dan kerapkali berperilaku di luar kemampuan manusia. Suatu hari dia berkeinginan tinggi ingin melamar putri dari kerajaan Daha. Keinginan itu pun terpenuhi. Putri kerajaan menyatakan diri sangat mencintai Godogan. Dengan ketulusan hati sang putri, Godogan tiba-tiba berubah menjadi pemuda rupawan. “Kami melakukan beberapa hal baru dalam komposisi dan gerak tari, serta ada juga pembuatan balai untuk mendukung jalan cerita,” ungkap Kepala SMKN 3 Sukawati, Agung Serama Semadi.
Ditambahkan, selain melakukan inovasi komposisi, gerak tari serta tata panggung, pihaknya juga menguatkan spirit cak yakni kebersamaan dalam gerak dan suara. “Kita juga ingin menguatkan antara cak dengan kegiatan ngecak-nya, seperti kebersamaan suara yang membuat cak bagus didengar,” katanya. Sementara SMKN 5 Denpasar membingkai cak dan tari Legong dalam satu pertunjukan dengan mengambil lakon Roro Jonggrang dan Bandung Bandowoso. Dalam garapan tersebut, SMKN 5 Denpasar memasukkan kesenian karawitan lainnya. “Kami mencoba mengkolaborasikan dengan tari Legong. Dari unsur karawitan dan tari kami mencoba memasukkan motif-motif gender dan gending Sang Hyang,” terang koordinator garapan, Gede Arsana.
Dikatakan, garapan ini dipersiapkan sekitar tiga bulan, mulai dari pakem cak yang kemudian dieksplorasi, mencari tema, konsep dan tari yang sesuai. Bahkan tari Legong yang ditampilkan pun dikonsep sendiri oleh Gede Parwata yang juga salah satu koordinator dalam garapan tersebut. “Kami mencari bentuk yang pas, yang mana bisa disandingkan dengan cak, tanpa menghilangkan kesan cak itu sendiri,” tandasnya. * in
Komentar