Pantai di Nusa Dua Tergerus Abrasi
Panjang garis pantai di kawasan ITDC Nusa Dua yang tergerus abrasi sekitar 150–200 meter. Tanggul penahan ombak juga menjadi puing.
MANGUPURA, NusaBali
Ombak besar yang menggempur kawasan Pantai Nusa Dua dekat Pulau Nusa Darma, kawasan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) memicu abrasi. Sejumlah pohon yang tumbuh di bibir pantai tersebut hampir tumbang karena tanahnya tergerus ombak air laut. Bangunan penahan ombak juga menjadi puing.
Dari pantauan di lokasi, Senin (19/9), bibir pantai yang terkena abrasi yang paling parah sepanjang sekitar 150 meter. Puing-puing tanggul penahan ombak yang runtuh akibat hantaman ombak berserakan di tepi pantai.
Parahnya tanggul yang berada tepat di jalan jembatan menuju Pulau Nusa Darma, tempat berdirinya Pura Darma, juga ikut jebol.
Ketut Malit, 55, salah seorang pedagang aksesoris yang berjualan di kawasan tersebut menceritakan bahwa abrasi itu terjadi sejak sekitar sebulan yang lalu.
“Ini sudah terjadi sejak sebulan yang lalu. Ini banyak pohon perindang yang sudah hampir tumbang. Ombaknya memang cukup besar, membuat wisatawan takut untuk mandi,” tuturnya.
Direktur Operasional Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) AA Ngurah Wirawan, saat dikonfirmasi, mengatakan pihaknya sudah melakukan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembersihan puing-puing yang tersisa akibat hantaman ombak tersebut.
Dirinya mengaku kesulitan untuk mengatasi maalah ini, karena menurutnya penyelesaiannya harus melalui kajian teknis. Dia mengaku bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (BWS-BP).
Menurut Wirawan, pembangunan tanggul sifatnya sementara. Itupun tanggul penahan hantaman ombak tersebut tak bertahan lama, dan sekarang rusak kembali.
“Kami selama ini memberikan perhatian penuh terhadap persoalan ini. Karena bagaimana pun keamanan dan kenyamanan pengunjung yang kami prioritaskan. Namun untuk mengatasi masalah ini secara komprehensif mesti dilakukan kajian teknis,” tuturnya.
Sementara itu, Lurah Benoa Wayan Solo saat dimintai pendapatnya terkait hal ini mengaku tak memiliki kewenangan terhadap persoalan dimaksud.
“Mohon maaf, yang mempunyai kewenangan untuk berbicara terkait hal itu adalah pihak Balai Wilayah Sungai Bali–Penida,” tuturnya.
Dirinya mengaku pernah diundang pihak ITDC selaku pengelolah kawasan bersama pihak Balai Wilayah Sungai Bali–Penida untuk mencari solusi mengatasi masalah abrasi itu. Namun, menurutnya, setiap program yang akan dijalankan itu pasti melalui mekanisme yang ada, misalnya melakukan kajian teknis dan lain sebagainya.
“ITDC selaku pengelola kawasan sudah memotori pertemuan dengan pihak Balai Sungai (BWS–BP) dengan beberapa instansi terkait untuk mencari solusi. Waktu itu saya pernah mengusulkan untuk memprioritaskan yang terkena abrasi itu,” tuturnya.
Sementara Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakanlut) Badung I Made Badra secara terpisah membenarkan terjadinya abrasi pada kawasan ITDC. Penyebabnya akibat terjangan ombak pasang yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Kami sudah turun dengan Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (BWS-BP). Memang cukup parah kerusakannya. Dari pantauan kami ada sekitar 200-an meter yang mengalami abrasi cukup parah,” katanya.
Dampak abrasi ini, berdasar data dari pihak Disnakanlut Badung juga terjadi di beberapa wilayah peraian lainnya, seperti kawasan Kuta, Legian, Seminyak, hingga Canggu. “Kalau tidak salah pantai yang terkena abrasi di Badung itu berkisar 2 sampai 2,5 kilometer lebih dari total panjang 82 kilometer. Ini yang sedang kami upayakan untuk melakukan penataan dengan pemerintah pusat melalui BWS-BP,” imbuh Badra.
Kapan perbaikan akan dilakukan oleh pemerintah? Menurut pejabat asal Kuta, tersebut menunggu proses komunikasi dengan pemerintah Jepang. Pasalnya megaproyek penataan akan dikerjasamakan dengan Jepang melalui program Government to Government (G to G) antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang. Menurut Badra, pemerintah Jepang telah menyetujui untuk membantu soal pendanaan. Tinggal menunggu penandatanganan kerjasamanya saja, sekaligus pelaksanaan teknis di lapangan.
“Sekarang Tim Koordinasi Manajemen Penataan Pantai (TKMPT) sedang menyelesaikan masalah analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang diminta pemerintah Jepang. Amdal itu ditarget rampung akhir tahun ini, sehingga pada tahun 2017 bisa dilakukan penandantanganan kerja sama (MoU). Baru setelah mulai konstruksi kira-kira tahun 2018,” jelasnya. Sayangnya Badra belum mau membuka berapa kebutuhan anggaran untuk megaproyek ini.
Sementara Kepala Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (BWS-BP) I Ketut Jayada, saat dihubungi NusaBali, petang kemarin mengakui adanya abrasi di kawasan ITDC. “Oh itu, sudah lama,” katanya. Sayangnya saat ditanya penyebab abrasi dan upaya yang telah dilakukan, pihaknya menyatakan sedang rapat. “Maaf saya sedang meeting. Besok saja,” ujarnya. * cr64, asa
Ombak besar yang menggempur kawasan Pantai Nusa Dua dekat Pulau Nusa Darma, kawasan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) memicu abrasi. Sejumlah pohon yang tumbuh di bibir pantai tersebut hampir tumbang karena tanahnya tergerus ombak air laut. Bangunan penahan ombak juga menjadi puing.
Dari pantauan di lokasi, Senin (19/9), bibir pantai yang terkena abrasi yang paling parah sepanjang sekitar 150 meter. Puing-puing tanggul penahan ombak yang runtuh akibat hantaman ombak berserakan di tepi pantai.
Parahnya tanggul yang berada tepat di jalan jembatan menuju Pulau Nusa Darma, tempat berdirinya Pura Darma, juga ikut jebol.
Ketut Malit, 55, salah seorang pedagang aksesoris yang berjualan di kawasan tersebut menceritakan bahwa abrasi itu terjadi sejak sekitar sebulan yang lalu.
“Ini sudah terjadi sejak sebulan yang lalu. Ini banyak pohon perindang yang sudah hampir tumbang. Ombaknya memang cukup besar, membuat wisatawan takut untuk mandi,” tuturnya.
Direktur Operasional Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) AA Ngurah Wirawan, saat dikonfirmasi, mengatakan pihaknya sudah melakukan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembersihan puing-puing yang tersisa akibat hantaman ombak tersebut.
Dirinya mengaku kesulitan untuk mengatasi maalah ini, karena menurutnya penyelesaiannya harus melalui kajian teknis. Dia mengaku bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (BWS-BP).
Menurut Wirawan, pembangunan tanggul sifatnya sementara. Itupun tanggul penahan hantaman ombak tersebut tak bertahan lama, dan sekarang rusak kembali.
“Kami selama ini memberikan perhatian penuh terhadap persoalan ini. Karena bagaimana pun keamanan dan kenyamanan pengunjung yang kami prioritaskan. Namun untuk mengatasi masalah ini secara komprehensif mesti dilakukan kajian teknis,” tuturnya.
Sementara itu, Lurah Benoa Wayan Solo saat dimintai pendapatnya terkait hal ini mengaku tak memiliki kewenangan terhadap persoalan dimaksud.
“Mohon maaf, yang mempunyai kewenangan untuk berbicara terkait hal itu adalah pihak Balai Wilayah Sungai Bali–Penida,” tuturnya.
Dirinya mengaku pernah diundang pihak ITDC selaku pengelolah kawasan bersama pihak Balai Wilayah Sungai Bali–Penida untuk mencari solusi mengatasi masalah abrasi itu. Namun, menurutnya, setiap program yang akan dijalankan itu pasti melalui mekanisme yang ada, misalnya melakukan kajian teknis dan lain sebagainya.
“ITDC selaku pengelola kawasan sudah memotori pertemuan dengan pihak Balai Sungai (BWS–BP) dengan beberapa instansi terkait untuk mencari solusi. Waktu itu saya pernah mengusulkan untuk memprioritaskan yang terkena abrasi itu,” tuturnya.
Sementara Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakanlut) Badung I Made Badra secara terpisah membenarkan terjadinya abrasi pada kawasan ITDC. Penyebabnya akibat terjangan ombak pasang yang terjadi beberapa waktu lalu.
“Kami sudah turun dengan Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (BWS-BP). Memang cukup parah kerusakannya. Dari pantauan kami ada sekitar 200-an meter yang mengalami abrasi cukup parah,” katanya.
Dampak abrasi ini, berdasar data dari pihak Disnakanlut Badung juga terjadi di beberapa wilayah peraian lainnya, seperti kawasan Kuta, Legian, Seminyak, hingga Canggu. “Kalau tidak salah pantai yang terkena abrasi di Badung itu berkisar 2 sampai 2,5 kilometer lebih dari total panjang 82 kilometer. Ini yang sedang kami upayakan untuk melakukan penataan dengan pemerintah pusat melalui BWS-BP,” imbuh Badra.
Kapan perbaikan akan dilakukan oleh pemerintah? Menurut pejabat asal Kuta, tersebut menunggu proses komunikasi dengan pemerintah Jepang. Pasalnya megaproyek penataan akan dikerjasamakan dengan Jepang melalui program Government to Government (G to G) antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang. Menurut Badra, pemerintah Jepang telah menyetujui untuk membantu soal pendanaan. Tinggal menunggu penandatanganan kerjasamanya saja, sekaligus pelaksanaan teknis di lapangan.
“Sekarang Tim Koordinasi Manajemen Penataan Pantai (TKMPT) sedang menyelesaikan masalah analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang diminta pemerintah Jepang. Amdal itu ditarget rampung akhir tahun ini, sehingga pada tahun 2017 bisa dilakukan penandantanganan kerja sama (MoU). Baru setelah mulai konstruksi kira-kira tahun 2018,” jelasnya. Sayangnya Badra belum mau membuka berapa kebutuhan anggaran untuk megaproyek ini.
Sementara Kepala Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (BWS-BP) I Ketut Jayada, saat dihubungi NusaBali, petang kemarin mengakui adanya abrasi di kawasan ITDC. “Oh itu, sudah lama,” katanya. Sayangnya saat ditanya penyebab abrasi dan upaya yang telah dilakukan, pihaknya menyatakan sedang rapat. “Maaf saya sedang meeting. Besok saja,” ujarnya. * cr64, asa
Komentar