Gianyar Cegah Pertumbuhan Anak Stunting
GIANYAR,NusaBali
Pencegahan serta penurunan angka stunting (anak lamban tumbuh) masih menjadi program prioritas bagi Pemkab Gianyar tahun 2020 dan 2021.
Program ini sama penting di tengah masyarakat bersama pemerintah sedang mencegah penularan Covid-19. Terkait itu, Badan Perencanaan, Pembangunan Daerah dan Penelitian dan Pengembangan (Bappeda dan Litbang) Gianyar, menggelar rembuk aksi percepatan penurunan stunting, Senin (29/6). Kepala Bappeda dan Litbang Gianyar yang sekaligus Ketua Tim Penanggulangan Stunting Gede Widarma Suharta mengharapkan melalui rembuk ini semua pihak dapat menyepakati komitmen terintegrasi penurunan stunting untuk dimuat dalam Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) tahun 2021.
Pihak dimaksud yakni perangkat daerah penanggung jawab layanan dan sektor/lembaga non pemerintah, dan masyarakat. Rembuk ini bertujuan membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara terintegrasi.
Pada rembuk tersebut juga dilakukan penetapan desa sebagai lokus atau prioritas intervensi stunting. Selain itu, menetapkan kesepakatan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam upaya penurunan stunting tahun 2021. Jelas Widarma, Kabupaten Gianyar tahun 2020 masih menjadi fokus Pemprov Bali dalam menuntaskan stunting. Hal ini tidak terlepas dari angka prevalensi stunting di Kabupaten Gianyar sebesar 40,9 persen. Data ini berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013. Riskesdas dilakukan Kementerian Kesehatan RI setiap 5 tahun sekali. Hasil Riskesdas 2018, angka prevalensi stunting di Kabupaten Gianyar sebesar 12,1 persen. ‘’Angka ini menunjukkan telah terjadi penurunan secara signifikan kasus stunting pada balita,’’ jelas mantan Kepala Disperindag Gianyar ini.
Widarma mengatakan, langkah penurunan persentase stunting di Gianyar meliputi intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi spesifik merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan dan berkontribusi pada 30 persen penurunan stunting. Kegiatan ini dilakukan pada sektor kesehatan dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita. Intervensi gizi sensitif melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70 persen intervensi stunting. Kegiatan ini dilaksanakan secara lintas sektoral.
Widarma menambahkan, pencegahan stunting telah dilakukan secara teknis meliputi sosialisasi menyasar ibu anak usia di bawah 2 tahun dan balita, kalangan remaja, calon pengantin, dan ibu hamil. Memberikan asupan gizi serta pencegahan infeksi, penciptaan lingkungan sehat, akses air bersih, pembiayaan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan sejak PAUD (pendidikan usia dini). Peningkatan ketahanan dan keamanan pangan sampai bantuan sosial kepada keluarga rawan anak stunting. “Semua kegiatan ini dilaksanakan oleh tim penanggulangan stunting berdasarkan SK Bupati Gianyar,” terang Widarma Suharta.
Berdasarkan Riskesdas 2013 ada 10 desa di Kabupaten Gianyar yang memiliki angka stunting cukup tinggi. 10 desa ini adalah Desa Lebih dan Siangan, Kecamatan Gianyar, Desa Lodtunduh dan Singakerta, Kecamatan Ubud, Desa Sanding dan Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Desa Pupuan, Taro, dan Kedisan, Kecamatan Tegallalang, dan Desa Bresela, Kecamatan Payangan. 10 desa ini menjadi prioritas penanganan stunting hingga tahun 2020. Tahun 2021 akan ditetapkan lagi desa-desa yang perlu menjadi prioritas penanganan stunting, mengingat 10 desa tersebut cukup berhasil dalam penurunan angka prevalensi stunting.
Meskipun telah terjadi penurunan angka prevalensi stunting, upaya-upaya perlu terus dilakukan dan diharapkan desa-desa lain dapat menduplikasi kegiatan tersebut disesuaikan dengan kondisi desa masing-masing. Pihak yang terlibat penanganan stunting yakni Dinas Kesehatan. Puskemas, PKK, Dinas PMD (Pembinaan Masyarakat dan Desa) Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan, dan lain-lain. *lsa
Pihak dimaksud yakni perangkat daerah penanggung jawab layanan dan sektor/lembaga non pemerintah, dan masyarakat. Rembuk ini bertujuan membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara terintegrasi.
Pada rembuk tersebut juga dilakukan penetapan desa sebagai lokus atau prioritas intervensi stunting. Selain itu, menetapkan kesepakatan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam upaya penurunan stunting tahun 2021. Jelas Widarma, Kabupaten Gianyar tahun 2020 masih menjadi fokus Pemprov Bali dalam menuntaskan stunting. Hal ini tidak terlepas dari angka prevalensi stunting di Kabupaten Gianyar sebesar 40,9 persen. Data ini berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013. Riskesdas dilakukan Kementerian Kesehatan RI setiap 5 tahun sekali. Hasil Riskesdas 2018, angka prevalensi stunting di Kabupaten Gianyar sebesar 12,1 persen. ‘’Angka ini menunjukkan telah terjadi penurunan secara signifikan kasus stunting pada balita,’’ jelas mantan Kepala Disperindag Gianyar ini.
Widarma mengatakan, langkah penurunan persentase stunting di Gianyar meliputi intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi spesifik merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan dan berkontribusi pada 30 persen penurunan stunting. Kegiatan ini dilakukan pada sektor kesehatan dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita. Intervensi gizi sensitif melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70 persen intervensi stunting. Kegiatan ini dilaksanakan secara lintas sektoral.
Widarma menambahkan, pencegahan stunting telah dilakukan secara teknis meliputi sosialisasi menyasar ibu anak usia di bawah 2 tahun dan balita, kalangan remaja, calon pengantin, dan ibu hamil. Memberikan asupan gizi serta pencegahan infeksi, penciptaan lingkungan sehat, akses air bersih, pembiayaan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan sejak PAUD (pendidikan usia dini). Peningkatan ketahanan dan keamanan pangan sampai bantuan sosial kepada keluarga rawan anak stunting. “Semua kegiatan ini dilaksanakan oleh tim penanggulangan stunting berdasarkan SK Bupati Gianyar,” terang Widarma Suharta.
Berdasarkan Riskesdas 2013 ada 10 desa di Kabupaten Gianyar yang memiliki angka stunting cukup tinggi. 10 desa ini adalah Desa Lebih dan Siangan, Kecamatan Gianyar, Desa Lodtunduh dan Singakerta, Kecamatan Ubud, Desa Sanding dan Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Desa Pupuan, Taro, dan Kedisan, Kecamatan Tegallalang, dan Desa Bresela, Kecamatan Payangan. 10 desa ini menjadi prioritas penanganan stunting hingga tahun 2020. Tahun 2021 akan ditetapkan lagi desa-desa yang perlu menjadi prioritas penanganan stunting, mengingat 10 desa tersebut cukup berhasil dalam penurunan angka prevalensi stunting.
Meskipun telah terjadi penurunan angka prevalensi stunting, upaya-upaya perlu terus dilakukan dan diharapkan desa-desa lain dapat menduplikasi kegiatan tersebut disesuaikan dengan kondisi desa masing-masing. Pihak yang terlibat penanganan stunting yakni Dinas Kesehatan. Puskemas, PKK, Dinas PMD (Pembinaan Masyarakat dan Desa) Dinas PUPR, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan, dan lain-lain. *lsa
Komentar