Pasar Musiman Pergung Terancam Distop
Ancaman Wabup Kembang menutup pasar musiman ini dikhawatirkan memicu gejolak di masyarakat.
NEGARA, NusaBali
Wakil Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan ancam hentikan pasar musiman di Lapangan Pergung, Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, yang digelar setiap Hari Raya Galungan dan Kuningan. Ancaman itu terlontar karena Wabup Kembang geram melihat tumpukan sampah dan kerusakan sejumlah fasilitas di Lapangan Pergung pasca dimanfaatkan untuk pasar musiman, Rabu (21/9).
Wabup Kembang yang didampingi Camat Mendoyo Agus Adinata dan Kepala Kantor LHKP Jembrana Wayan Darwin, tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya saat meninjau Lapangan Pergung. Tumpukan sampah tampak berserakan di seputaran lapangan. Wabup Kembang menilai pengelola tidak punya itikad baik karena tenaga kebersihan yang dikerahkan hanya seadanya. “Saya kecewa dengan pengelola. Ini sudah hari ketiga setelah pasar musiman ditutup namun tumpukan sampah masih belum dibersihkan. Ini mengundang penyakit,” ujarnya.
Kekesalannya semakin memuncak ketika melihat sejumlah fasilitas lapangan yang rusak. Seperti sejumlah meja kayu yang telah hilang bagian bautnya. Begitu pula sejumlah tanaman hias masih banyak diikat dengan tali plastik. Wabup Kembang spontan mengeluarkan uang pribadi untuk diberikan kepada petugas kebersihan agar membeli baut meja kayu yang raib. Menurut Wabup Kembang, kontribusi yang diberikan pasar musiman tidak signifikan masuk ke kas daerah atau desa adat setempat. Yang menikmati keuntungan hanya segelintir orang. Malah dampak kerugian yang besar.
Dikatakan, banyak masyarakat yang menyampaikan aspirasi kepadanya, baik secara langsung maupun lewat media sosial soal kegiatan pasar musiman yang kerap memicu kemacetan. Termasuk keluhan dari masyarakat yang ingin berolahraga dan siswa SD di dekatnya sangat terganggu. “Uang yang berputar dari pasar musiman ini juga dinikmati orang luar Jembrana, karena yang berdagang kebanyakan dari luar Jembrana,” sindir Wabup Kembang.
Atas sejumlah alasan itu, pihaknya menegaskan bakal menutup pasar musiman ini. Sebagai alternatif, Wabup Kembang menyebutkan sudah menyiapkan penataan tempat wisata di Jembrana seperti di Patung Siwa Gilimanuk, Sungai Gelar, Air Terjun Juwuk Manis, dan obyek wisata lainnya yang dapat dijadikan pilihan tempat menikmati liburan. Termasuk sudah disediakan tempat berdagang bagi warga lokal. “Dalam waktu 6 bulan target penataan sudah selesai, maka pasar musiman ini akan ditutup,” tandasnya.
Ketua Panitia Penyelenggara Pasar Musiman Pergung, I Nengah Ridja saat dikonfirmasi membantah berbagai tudingan miring. Menurutnya, pasar musiman yang dirintis sejak tahun 1969 dengan adat setempat ini sudah menjadi tradisi untuk kepentingan warga setempat. “Seperti contoh ada parkir. Warga bisa dapat tambahan lebih. Warga pedagang lokal juga banyak yang dapat dampaknya dan ada kontribusi masuk,” katanya, tanpa menyebutkan rincian kontribusinya. Ancaman Wabup Kembang menutup pasar musiman ini dikhawatirkan memicu gejolak masyarakat.
Menurut Ridja jika masalah sampah maupun kerusakan fasilitas lapangan yang menjadi pemicu ancaman tersebut masih bisa dibicarakan. Seperti masalah sampah, sudah disiapkan tenaga kebersihan khusus yang diberikan bayaran Rp 3,5 juta selama kegiatan maupun selesai kegiatan. Kerusakan sejumlah fasilitas, meski belum tentu rusak karena aktivitas pasar musimam, tetap akan diperbaikinya. “Panitia bertanggungjawab. Seharunya dibicarakan ini. Tadi saya juga tidak tahu kalau Pak Wakil turun ke sana (Lapangan Pergung),” ujarnya. * ode
Wakil Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan ancam hentikan pasar musiman di Lapangan Pergung, Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, yang digelar setiap Hari Raya Galungan dan Kuningan. Ancaman itu terlontar karena Wabup Kembang geram melihat tumpukan sampah dan kerusakan sejumlah fasilitas di Lapangan Pergung pasca dimanfaatkan untuk pasar musiman, Rabu (21/9).
Wabup Kembang yang didampingi Camat Mendoyo Agus Adinata dan Kepala Kantor LHKP Jembrana Wayan Darwin, tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya saat meninjau Lapangan Pergung. Tumpukan sampah tampak berserakan di seputaran lapangan. Wabup Kembang menilai pengelola tidak punya itikad baik karena tenaga kebersihan yang dikerahkan hanya seadanya. “Saya kecewa dengan pengelola. Ini sudah hari ketiga setelah pasar musiman ditutup namun tumpukan sampah masih belum dibersihkan. Ini mengundang penyakit,” ujarnya.
Kekesalannya semakin memuncak ketika melihat sejumlah fasilitas lapangan yang rusak. Seperti sejumlah meja kayu yang telah hilang bagian bautnya. Begitu pula sejumlah tanaman hias masih banyak diikat dengan tali plastik. Wabup Kembang spontan mengeluarkan uang pribadi untuk diberikan kepada petugas kebersihan agar membeli baut meja kayu yang raib. Menurut Wabup Kembang, kontribusi yang diberikan pasar musiman tidak signifikan masuk ke kas daerah atau desa adat setempat. Yang menikmati keuntungan hanya segelintir orang. Malah dampak kerugian yang besar.
Dikatakan, banyak masyarakat yang menyampaikan aspirasi kepadanya, baik secara langsung maupun lewat media sosial soal kegiatan pasar musiman yang kerap memicu kemacetan. Termasuk keluhan dari masyarakat yang ingin berolahraga dan siswa SD di dekatnya sangat terganggu. “Uang yang berputar dari pasar musiman ini juga dinikmati orang luar Jembrana, karena yang berdagang kebanyakan dari luar Jembrana,” sindir Wabup Kembang.
Atas sejumlah alasan itu, pihaknya menegaskan bakal menutup pasar musiman ini. Sebagai alternatif, Wabup Kembang menyebutkan sudah menyiapkan penataan tempat wisata di Jembrana seperti di Patung Siwa Gilimanuk, Sungai Gelar, Air Terjun Juwuk Manis, dan obyek wisata lainnya yang dapat dijadikan pilihan tempat menikmati liburan. Termasuk sudah disediakan tempat berdagang bagi warga lokal. “Dalam waktu 6 bulan target penataan sudah selesai, maka pasar musiman ini akan ditutup,” tandasnya.
Ketua Panitia Penyelenggara Pasar Musiman Pergung, I Nengah Ridja saat dikonfirmasi membantah berbagai tudingan miring. Menurutnya, pasar musiman yang dirintis sejak tahun 1969 dengan adat setempat ini sudah menjadi tradisi untuk kepentingan warga setempat. “Seperti contoh ada parkir. Warga bisa dapat tambahan lebih. Warga pedagang lokal juga banyak yang dapat dampaknya dan ada kontribusi masuk,” katanya, tanpa menyebutkan rincian kontribusinya. Ancaman Wabup Kembang menutup pasar musiman ini dikhawatirkan memicu gejolak masyarakat.
Menurut Ridja jika masalah sampah maupun kerusakan fasilitas lapangan yang menjadi pemicu ancaman tersebut masih bisa dibicarakan. Seperti masalah sampah, sudah disiapkan tenaga kebersihan khusus yang diberikan bayaran Rp 3,5 juta selama kegiatan maupun selesai kegiatan. Kerusakan sejumlah fasilitas, meski belum tentu rusak karena aktivitas pasar musimam, tetap akan diperbaikinya. “Panitia bertanggungjawab. Seharunya dibicarakan ini. Tadi saya juga tidak tahu kalau Pak Wakil turun ke sana (Lapangan Pergung),” ujarnya. * ode
Komentar