Tetap Produktif dengan Berkebun Hidroponik
Pengunjung bisa membeli berbagai jenis sayuran hidroponik dan mencicipi langsung setelah diolah menjadi beragam kuliner.
SINGARAJA, NusaBali
Budidaya tanaman secara hidroponik kian diminati kalangan masyarakat selama pandemi Covid-19. Hasil dari cara tanam hidroponik terbukti mendukung gaya hidup sehat. Kegiatan bercocok tanam menggunakan lahan terbatas ini juga sempat memunculkan usaha-usaha sampingan yang menguntungkan, mulai dari kuliner berkonsep khusus hingga wisata agro hidroponik.
Di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada misalnya, ada Palowan Garden yang terletak di Banjar Anyar. Agrowisata yang didirikan tahun 2018 lalu ini menyodorkan konsep edukasi sekaligus rekreasi di kebun hidroponik. Tak hanya itu, pengunjung yang datang bisa membeli berbagai jenis sayuran hidroponik dan mencicipi langsung setelah diolah menjadi beragam kuliner di sana.
Namun agrowisata yang menawarkan aktivitas outdoor dan dulunya ramai dikunjungi wisatawan domestik serta mancanegara ini kini tutup total semenjak pandemi Covid-19. Kendati sudah lama tidak beroperasi Palowan Garden masih tetap eksis menggeluti pertanian hidroponik dengan memanfaatkan lahan kosong menjadi kebun sayuran bertingkat.
Pemilik Palowan Garden, I Nyoman Darmada mengatakan, sejatinya ia sudah menggeluti pertanian dengan metode hidroponik sebelum kegiatan ini kembali populer sebagai salah satu hobi pengisi waktu luang, maupun sebagai peluang bisnis baru selama pandemi Covid-19. "Tepatnya tahun 2019 saya sudah mulai mencoba dengan beberapa teman di sini," ujarnya, Rabu (1/7).
Ide awal mengembangkan pertanian hidroponik di atas lahan seluas 7 are ini muncul setelah Desa Sambangan menjadi daerah tujuan wisata yang ramai dikunjungi. "Dari sanalah muncul ide pertanian organik yang nanti bagi wisatawan selain menikmati wisata alam di Sambangan juga dapat memetik langsung sayuran yang segar dan alami, serta dapat diolah secara langsung," katanya.
Pria yang juga menjadi guru kontrak di SDN 2 Sambangan ini menambahkan, dalam penerapannya pertanian hidroponik tidak begitu susah. Alat yang digunakan pun sederhana mulai dari pipa paralon yang rangkai bertingkat, mesin air dan rangka baja lainnya. Bahan-bahan ini kemudian disusun secara bertingkat. "Yang terpenting sirkulasi air dan sinar matahari yang cukup," imbuh Nyoman Darmada.
Sejumlah tanaman yang ia tanam menggunakan metode ini antara lain mentimun, daun mint, kol, sawi, kangkung, dan sayuran jenis lainnya. Sayuran hidroponik tersebut biasa dipanen setiap satu minggu sekali. Di kebun hidroponik tersebut ia juga melakukan pembibitan langsung. "Sedangkan untuk bibit sayuran dapat dikembangkan secara langsung dalam jumlah banyak," tutur pria kelahiran 3 Januari 1978 ini.
Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sayuran tersebut juga menjadi penghasilan sampingan meskipun sayuran hasil dari pertanian hidroponik cukup sulit dipasarkan. Kualitas sayur yang lebih baik membuat harga sayuran hidroponik relatif lebih mahal. Namun, lanjutnya, faktor itulah yang membuat sayur yang dihasilkan dari kebun hidroponik memiliki segmen pasar tersendiri.
Untuk menyiasati sulitnya pemasaran sayuran hidroponik ia juga mengolah sayuran tersebut menjadi makanan atau minuman saji dan dijual melalui media sosial. "Misalnya untuk sayuran sawi kami olah menjadi minuman jus dan masakan capcay. Setelah diolah cukup banyak yang membeli, rata-rata perorangan atau dari instansi yang memesan via media sosial," tutupnya.*cr75
Budidaya tanaman secara hidroponik kian diminati kalangan masyarakat selama pandemi Covid-19. Hasil dari cara tanam hidroponik terbukti mendukung gaya hidup sehat. Kegiatan bercocok tanam menggunakan lahan terbatas ini juga sempat memunculkan usaha-usaha sampingan yang menguntungkan, mulai dari kuliner berkonsep khusus hingga wisata agro hidroponik.
Di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada misalnya, ada Palowan Garden yang terletak di Banjar Anyar. Agrowisata yang didirikan tahun 2018 lalu ini menyodorkan konsep edukasi sekaligus rekreasi di kebun hidroponik. Tak hanya itu, pengunjung yang datang bisa membeli berbagai jenis sayuran hidroponik dan mencicipi langsung setelah diolah menjadi beragam kuliner di sana.
Namun agrowisata yang menawarkan aktivitas outdoor dan dulunya ramai dikunjungi wisatawan domestik serta mancanegara ini kini tutup total semenjak pandemi Covid-19. Kendati sudah lama tidak beroperasi Palowan Garden masih tetap eksis menggeluti pertanian hidroponik dengan memanfaatkan lahan kosong menjadi kebun sayuran bertingkat.
Pemilik Palowan Garden, I Nyoman Darmada mengatakan, sejatinya ia sudah menggeluti pertanian dengan metode hidroponik sebelum kegiatan ini kembali populer sebagai salah satu hobi pengisi waktu luang, maupun sebagai peluang bisnis baru selama pandemi Covid-19. "Tepatnya tahun 2019 saya sudah mulai mencoba dengan beberapa teman di sini," ujarnya, Rabu (1/7).
Ide awal mengembangkan pertanian hidroponik di atas lahan seluas 7 are ini muncul setelah Desa Sambangan menjadi daerah tujuan wisata yang ramai dikunjungi. "Dari sanalah muncul ide pertanian organik yang nanti bagi wisatawan selain menikmati wisata alam di Sambangan juga dapat memetik langsung sayuran yang segar dan alami, serta dapat diolah secara langsung," katanya.
Pria yang juga menjadi guru kontrak di SDN 2 Sambangan ini menambahkan, dalam penerapannya pertanian hidroponik tidak begitu susah. Alat yang digunakan pun sederhana mulai dari pipa paralon yang rangkai bertingkat, mesin air dan rangka baja lainnya. Bahan-bahan ini kemudian disusun secara bertingkat. "Yang terpenting sirkulasi air dan sinar matahari yang cukup," imbuh Nyoman Darmada.
Sejumlah tanaman yang ia tanam menggunakan metode ini antara lain mentimun, daun mint, kol, sawi, kangkung, dan sayuran jenis lainnya. Sayuran hidroponik tersebut biasa dipanen setiap satu minggu sekali. Di kebun hidroponik tersebut ia juga melakukan pembibitan langsung. "Sedangkan untuk bibit sayuran dapat dikembangkan secara langsung dalam jumlah banyak," tutur pria kelahiran 3 Januari 1978 ini.
Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sayuran tersebut juga menjadi penghasilan sampingan meskipun sayuran hasil dari pertanian hidroponik cukup sulit dipasarkan. Kualitas sayur yang lebih baik membuat harga sayuran hidroponik relatif lebih mahal. Namun, lanjutnya, faktor itulah yang membuat sayur yang dihasilkan dari kebun hidroponik memiliki segmen pasar tersendiri.
Untuk menyiasati sulitnya pemasaran sayuran hidroponik ia juga mengolah sayuran tersebut menjadi makanan atau minuman saji dan dijual melalui media sosial. "Misalnya untuk sayuran sawi kami olah menjadi minuman jus dan masakan capcay. Setelah diolah cukup banyak yang membeli, rata-rata perorangan atau dari instansi yang memesan via media sosial," tutupnya.*cr75
1
Komentar