Ditemukan di Tepi Jurang, Evakuasi Tuntas Setelah 11 Jam
Aktivis Lingkungan Terpeleset Saat Mendaki Gunung Agung Pas Pagerwesi
AMLAPURA, NusaBali
Rombongan pendaki Gunung Agung (Karangasem) berjumlah 9 orang mengalami musibah saat melakukan pendakian pas hari suci Pagerwesi pada Buda Kliwon Sinta, Rabu (8/7).
Salah satu dari mereka, Made Ayu Widyasari, 56, aktivis lingkungan terkait sam-pah asal Denpasar, terpeleset hingga harus dilakukan pencarian hingga evakuasi yang membutuhkan waktu 11 jam, tadi malam.
Korban Made Ayu Widyasari berhasil dievakuasi dan tiba di jaba Pura Pasar Agung kawasan Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Rabu malam pukul 20.00 Wita atau berselang 11 jam pasca musibah. Ayu Widyasari ditemani satu rekan pendaki lainnya, I Ketut Wiyasa, 57, yang setia menemaninya di tengah hutan Gunung Agung pasca terpeleset. Evakuasi dilakukan petugas Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem yang dikoordinasikan I Gusti Ngurah Eka.
Sedangkan 7 pendaki lainnya dalam rombongan ini sudah lebih dulu turun dari puncak Gunung Agung, Rabu pagi. Mereka masing-masing Putu Agus Wisnu, 38 (asal Denpasar), Izul, 21 (dari Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung), Arika, 21 (dari Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung), Mastika, 22 (dari Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung), I Ketut Widiasa, 57 (dari Denpa-sar), Rio Tama, 25 (dari Kelurahan Renon, Denpasar Selatan), dan Soroh, 21 (dari Denpasar).
Menurut kesaksian salah satu pendaki dalam rombongan ini, Putu Agus Wisnu, mereka awalnya mendaki Gunung Agung dari jalur Pura Pasar Agung di Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Rabu dinihari pukul 01.30 Wita. Mereka tiba di Puncak Gunung Agung pagi sekitar pukul 06.00 Wita.
Setelah sempat 3 jam selfie di puncak Gunung Agung, rombongan pendaki yang dimotori Ayu Widyasari dan Ketut Wiyasa (pria asal Singaraja, Buleleng jebolan ITB Bandung) balik turun sekitar pukul 09.00 Wita. Naas, saat hendak balik turun ke parkir Pura Pasar Agung, Ayu Widyasari terpeleset.
Musibah itu membuat Ayu Widyasari sulit berjalan, karena pergelangan kaki ka-nannya sudah sempat terkilir saat mendaki. Apalagi, cuaca mulai kabut dan di-sertai turun hujan lebat, sehingga menyebabkan jalur yang dilewati licin, jarak pa-ndang hanya sekitar 5 meter.
Maka, untuk melanjutkan perjalanan balik, Ayu Widyasari memerlukan perto-longan, karena aktivis lingkungan berusia 56 tahun ini tidak mampu jalan sendiri. Salah satu rekannya, Ketut Wiyasa, kemudian menemaninya di lokasi terpeleset. Sedangkan 7 pendaki lainnya telah lebih dulu melanjutkan perjalanan turun Gunung Agung.
Adalah Ketut Wiyasa yang berinisiatif minta bantuan kepada Kadis Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Karangasem, I Nyoman Sutirtayasa. Ketut Wiyasa yang akrab dipanggil Zen Zen juga menginformasikan musibah ini melalui Grup WA Pandu Saktti, rekan-rekannya sesama Alumni 1982 SMAN 1 Singaraja. Salah satu anggota Grup WA Pandu Sakti, dr I Gede Parwatayasa SpOG yang kini Ketua PMI Karangasem, juga ikut sibuk menggalang bantuan untuk evakuasi pendaki yang info awalnya tersesat di Gunung Agung.
Di sisi lain, Kadis PUPR Karangasem, Nyoman Sutirtayasa, juga melaporkan musibah ini ke Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem. Selanjutnya, petugas Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem langsung bergerak melakukan pencarian dan evakuasi, sejak pukul 10.00 Wita. Petugas yang dikoordinasikan I Gusti Ngurah Eka akhirnya berhasil menemukan korban Ayu Widyasari dan Ketut Wiyasa, sore pukul 17.00 Wita. Mereka ditemukan di tepi jurang pada ketinggian sekitar 2.800 meter di atas permukaan laut (Dpl).
Ayu Widyasari dalam kondisi luka memar di kaki kanan, sementara Ketut Wiyasa segar bugar. Mulanya, Ayu Widyasari tidak berani jalan menurun, karena semakin gelap dan jalanan licin. Setelah datang petugas datang, korban dituntun hingga bisa jalan sendiri, walau jalannya lambat.
Kepada NusaBali, Ayu Widyasari mengatakan, setelah 7 rekannya mendahului turun dari puncak Gunung Agung, dalam halusinasinya sempat menyaksikan ada truk dan alat berat, serta sejumlah orang mencari pasir di sungai. Agar cepat sam-pai di bawah, Ayu Widyasari berniat mengikuti jalur sungai tersebut.
Ternyata, setelah pencari pasir didekati, tiba-tiba Ayu Widyasari berada di tepi jurang di bawah batu besar. Sejak itulah dia mulai panik. Karena kondisi semakin gelap, tidak berani melanjutkan perjalanan turun. Dia tetap berada di lokasi dengan ditemani Ketut Wiyasa. Sampai akhirnya datang petugas menemukan dan mengevakuasinya.
Setibanya di areal Parkir Pura Pasar Agung, tadi malam pukul 20.00 Wita, Ayu Widyasari bersama Ketut Wisaya dan anggota rombongan pendaki lainnya lang-sung balik ke Denpasar. Ikut memantau proses evakuasi pendaki Gunung Agung tadi malam, antara lain, Kapolsek Selat AKP I Gede Sunjaya Wirya, Kanit Reskrim Polsek Selat Ipda I Gusti Lanang Arimbawa, dan sejumlah relawan dari PMI Karangasem.
Sementara itu, Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, I Gusti Ngurah Eka, semmpat menanyakan perihal larangan mendaki Gunung Agung da-lam radius 4 kilometer dari puncak kawah kepada Ayu Widyasari. Ditanya seperti itu, Ayu Widyasari mengakui memang ada larangan, tetapi dia dan rekan-rekannya tetap nekat mendaki.
Ngurah Eka sangat menyayangkan aksi mendaki diam-siam seperti ini. "Kalau anda meninggali di Gunung Agung, bagaimana? Gunung Agung jadi leteh, petugas dibuat sibuk. Sebab mendaki tidak sesuai prosedur, mengabaikan imbauan pemerintah," sergah Ngurah Eka. “Saya minta maaf, saya berjanji tidak akan mengulanginya," sahut Ayu Widyasari. *k16
Komentar