Wariskan Pengetahuan Gamelan Gambang Melalui Buku
DENPASAR, NusaBali
Gamelan gambang dikenal sebagai sebuah seni karawitan Bali yang digunakan untuk mengiringi upacara atau ritual religi di Bali.
Gamelan yang berbeda dari gamelan pada umumnya ini memiliki keunikan historis tersendiri, dengan adanya ukiran atau relief tentang gamelan gambang ini di Candi Penataran, Jawa Timur yang diperkirakan dibuat pada abad ke-9. Namun, semakin menuju era yang lebih modern, lebih sedikit generasi muda yang mempelajari tentang gamelan ini.
Berbekal keinginan untuk melanjutkan warisan budaya ini, I Nyoman Mariyana SSn MSn, seorang akademisi dan praktisi dalam kesenian karawitan Bali menerbitkan sebuah buku berjudul Gamelan Gambang Kwanji Sempidi: Kajian Sejarah, Musikalitas, dan Fungsi yang terbit pada Juni 2020 lalu, yang momennya bertepatan dengan Rahina Tumpek Wayang.
Nyoman Mariyana mengaku khawatir bahwa nantinya kesenian ini justru akan lebih dikuasai warga asing dibandingkan krama Bali sendiri. “Biar tidak nanti kita generasi muda itu bermain gambangnya ke luar negeri, artinya orang asing yang akan mengajarkan kita bermain gambang. Karena kebanyakan orang asing itu sudah banyak menulis tentang gambang,” ujarnya saat ditemui NusaBali, Senin (6/7) lalu.
Nyoman Mariyana sebagai penulis buku ini secara spesifik mengulas gamelan gambang yang terdapat di daerah asalnya, yakni Desa Adat Kwanji, Kelurahan Sempidi, Badung. “Gambang yang ada di Kwanji itu patut untuk dipublikasikan dan diketahui oleh masyarakat umum. Gamelan gambang yang ada di Kwanji itu adalah salah satu gamelan gambang yang mempunyai tekstur suara atau kualitas suara yang saya dan menurut beberapa peneliti juga, melihat bahwa gamelan gambang Kwanji itu mempunyai kualitas suara yang berbeda secara tekstur,” lanjut alumni Magister ISI Denpasar ini.
Sebelum Nyoman Mariyana, seni gamelan gambang ini juga sempat dibukukan oleh mendiang I Wayan Sinti, seniman maestro tabuh asal Banjar Dauh Kukuh, Pohgading, Ubung Kaja, Denpasar Utara. Sehingga, Nyoman Mariyana menjadi seniman kedua yang mempublikasikan seni gamelan gambang ini dalam bentuk buku.
Dalam proses penulisan buku yang memiliki 270 halaman yang memakan waktu kurang lebih dua setengah tahun, Nyoman Mariyana melakukan banyak riset. Pengerjaan buku ini juga dilakukan sembari dirinya mengenyam pendidikan magister bidang Pengkajian di ISI Denpasar.
“Saya kuliah di ISI Denpasar untuk S2, saya ngambil Pengkajian, sengaja pengkajian padahal S1nya saya ngambil Penciptaan. S2nya saya ngambil Pengkajian karena saya ingin mendalami untuk menulis buku ini. Hampir dua setengah tahun saya mengumpulkan referensi-referensi tentang gambang,” beber pendiri Sanggar Kebo Iwa ini.
Dalam mewariskan pengetahuannya mengenai seni gambang kepada para pembaca bukunya, Nyoman Mariyana juga melengkapi bukunya dengan link yang akan menghubungkan pembaca dengan kanal YouTube miliknya agar para pembaca bisa juga menyimak bagaimana permainan gambang selain mempelajarinya secara teori. *cr74
Berbekal keinginan untuk melanjutkan warisan budaya ini, I Nyoman Mariyana SSn MSn, seorang akademisi dan praktisi dalam kesenian karawitan Bali menerbitkan sebuah buku berjudul Gamelan Gambang Kwanji Sempidi: Kajian Sejarah, Musikalitas, dan Fungsi yang terbit pada Juni 2020 lalu, yang momennya bertepatan dengan Rahina Tumpek Wayang.
Nyoman Mariyana mengaku khawatir bahwa nantinya kesenian ini justru akan lebih dikuasai warga asing dibandingkan krama Bali sendiri. “Biar tidak nanti kita generasi muda itu bermain gambangnya ke luar negeri, artinya orang asing yang akan mengajarkan kita bermain gambang. Karena kebanyakan orang asing itu sudah banyak menulis tentang gambang,” ujarnya saat ditemui NusaBali, Senin (6/7) lalu.
Nyoman Mariyana sebagai penulis buku ini secara spesifik mengulas gamelan gambang yang terdapat di daerah asalnya, yakni Desa Adat Kwanji, Kelurahan Sempidi, Badung. “Gambang yang ada di Kwanji itu patut untuk dipublikasikan dan diketahui oleh masyarakat umum. Gamelan gambang yang ada di Kwanji itu adalah salah satu gamelan gambang yang mempunyai tekstur suara atau kualitas suara yang saya dan menurut beberapa peneliti juga, melihat bahwa gamelan gambang Kwanji itu mempunyai kualitas suara yang berbeda secara tekstur,” lanjut alumni Magister ISI Denpasar ini.
Sebelum Nyoman Mariyana, seni gamelan gambang ini juga sempat dibukukan oleh mendiang I Wayan Sinti, seniman maestro tabuh asal Banjar Dauh Kukuh, Pohgading, Ubung Kaja, Denpasar Utara. Sehingga, Nyoman Mariyana menjadi seniman kedua yang mempublikasikan seni gamelan gambang ini dalam bentuk buku.
Dalam proses penulisan buku yang memiliki 270 halaman yang memakan waktu kurang lebih dua setengah tahun, Nyoman Mariyana melakukan banyak riset. Pengerjaan buku ini juga dilakukan sembari dirinya mengenyam pendidikan magister bidang Pengkajian di ISI Denpasar.
“Saya kuliah di ISI Denpasar untuk S2, saya ngambil Pengkajian, sengaja pengkajian padahal S1nya saya ngambil Penciptaan. S2nya saya ngambil Pengkajian karena saya ingin mendalami untuk menulis buku ini. Hampir dua setengah tahun saya mengumpulkan referensi-referensi tentang gambang,” beber pendiri Sanggar Kebo Iwa ini.
Dalam mewariskan pengetahuannya mengenai seni gambang kepada para pembaca bukunya, Nyoman Mariyana juga melengkapi bukunya dengan link yang akan menghubungkan pembaca dengan kanal YouTube miliknya agar para pembaca bisa juga menyimak bagaimana permainan gambang selain mempelajarinya secara teori. *cr74
1
Komentar