Gubernur Koster Tinjau Kesiapan Bali Safari
Tak Ada Pemasukan, Biaya Operasional Saat Pandemi Habis hingga Rp 8 Miliar
GIANYAR, NusaBali
Mengawali dimulainya tatanan kehidupan Bali era baru, Gubernur Bali Wayan Koster meninjau kesiapan Bali Safari di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Kamis (9/7).
Bali Safari dibuka kembali untuk umum, setelah dinyatakan lolos verifikasi penerapan protokol kesehatan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar pada 6 Juli 2020 dengan menerima sertifikat Era Baru.
Gubernur Koster didampingi Sekda Dewa Made Indra, Bupati Gianyar Made Mahayastra serta jajaran terkait mengecek penerapan protokol kesehatan dan sempat berkeliling melihat satwa. "Ketentuan yang berlaku, setiap usaha pariwisata yang akan melakukan aktifitasnya harus melakukan asesmen secara mandiri. Ini (Bali Safari) sudah dapat sertifikat, ini sudah bagus. Protokol kesehatannya sudah baik," ungkap Koster.
Sementara menurut Bupati Mahayastra, bumi seni Gianyar sudah siap menyambut tatanan kehidupan normal baru. "Ada 3 tahap. Hari ini tatanan hidup era baru untuk wilayah Bali saja. Tanggal 31 Juli secara nasional, dan September secara internasional. Maka kami di Gianyar harus bersiap diri, karena banyak ada destinasi wisata baik yang dikelola Pemkab Gianyar maupun swasta," jelasnya.
Kesiapan yang dimaksud yakni melakukan verifikasi terhadap sektor pariwisata utamanya objek wisata terkait penerapan protokol kesehatan. "Yang sudah sesuai saya keluarkan sertifikat. Berarti DTW itu layak dibuka. Satu persatu kita teliti, agar tetap mengedepankan disiplin dan produktif," ujarnya didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, AA Gde Putrawan.
Deputi Direktur Taman Safari Indonesia, Hans Manansang mengungkapkan, selama pandemi Covid-19, Bali Safari berada dalam kondisi sulit. "Namun kita tetap berusaha menjaga keamanan, kesehatan satwa maupun karyawan agar bisa melewati situasi ini dengan baik," ujarnya. Selama sekitar 5 bulan tutup, pihaknya mengaku tidak ada pendapatan sama sekali. "Yang ada biaya operasional saja. Tidak ada pendapatan. Tapi tetap harus cari akal untuk mencukupi," kenangnya. Dalam sebulan, biaya operasional yang habis saat pandemi kisaran Rp 6 miliar sampai Rp 8 miliar. "Tiap bulan segitu, dikali 5 saja berapa itu?. Selama pandemi kita tidak buka, tidak ada income lagi, pemasukan tidak ada," ujarnya. Jika dibandingkan hari biasa sebelum pandemi, diakui pendapatan per bulan diatas Rp 10 miliar sampai Rp 15 miliar.
Operasional Manager Bali Safari, Ketut Suardana menambahkan, pasca terpuruk, kini Bali Safari sudah siap menerima kunjungan wisatawan. Tentunya dengan penerapan protokol kesehatan terhadap karyawan, wisatawan dan satwa. "Untuk tamu dari pintu masuk, kendaraannya disemprot disinfektan, driver dan wisatawan dicek suhu tubuh, wajib masker. Kita siapkan tempat cuci tangan di beberapa titik dan hand sanitizer," jelas seraya menyebut harga tiket masuk di awal penerapan tatanan hidup era normal baru, turun dari Rp 175.000 menjadi Rp 125.000. *nvi
Gubernur Koster didampingi Sekda Dewa Made Indra, Bupati Gianyar Made Mahayastra serta jajaran terkait mengecek penerapan protokol kesehatan dan sempat berkeliling melihat satwa. "Ketentuan yang berlaku, setiap usaha pariwisata yang akan melakukan aktifitasnya harus melakukan asesmen secara mandiri. Ini (Bali Safari) sudah dapat sertifikat, ini sudah bagus. Protokol kesehatannya sudah baik," ungkap Koster.
Sementara menurut Bupati Mahayastra, bumi seni Gianyar sudah siap menyambut tatanan kehidupan normal baru. "Ada 3 tahap. Hari ini tatanan hidup era baru untuk wilayah Bali saja. Tanggal 31 Juli secara nasional, dan September secara internasional. Maka kami di Gianyar harus bersiap diri, karena banyak ada destinasi wisata baik yang dikelola Pemkab Gianyar maupun swasta," jelasnya.
Kesiapan yang dimaksud yakni melakukan verifikasi terhadap sektor pariwisata utamanya objek wisata terkait penerapan protokol kesehatan. "Yang sudah sesuai saya keluarkan sertifikat. Berarti DTW itu layak dibuka. Satu persatu kita teliti, agar tetap mengedepankan disiplin dan produktif," ujarnya didampingi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, AA Gde Putrawan.
Deputi Direktur Taman Safari Indonesia, Hans Manansang mengungkapkan, selama pandemi Covid-19, Bali Safari berada dalam kondisi sulit. "Namun kita tetap berusaha menjaga keamanan, kesehatan satwa maupun karyawan agar bisa melewati situasi ini dengan baik," ujarnya. Selama sekitar 5 bulan tutup, pihaknya mengaku tidak ada pendapatan sama sekali. "Yang ada biaya operasional saja. Tidak ada pendapatan. Tapi tetap harus cari akal untuk mencukupi," kenangnya. Dalam sebulan, biaya operasional yang habis saat pandemi kisaran Rp 6 miliar sampai Rp 8 miliar. "Tiap bulan segitu, dikali 5 saja berapa itu?. Selama pandemi kita tidak buka, tidak ada income lagi, pemasukan tidak ada," ujarnya. Jika dibandingkan hari biasa sebelum pandemi, diakui pendapatan per bulan diatas Rp 10 miliar sampai Rp 15 miliar.
Operasional Manager Bali Safari, Ketut Suardana menambahkan, pasca terpuruk, kini Bali Safari sudah siap menerima kunjungan wisatawan. Tentunya dengan penerapan protokol kesehatan terhadap karyawan, wisatawan dan satwa. "Untuk tamu dari pintu masuk, kendaraannya disemprot disinfektan, driver dan wisatawan dicek suhu tubuh, wajib masker. Kita siapkan tempat cuci tangan di beberapa titik dan hand sanitizer," jelas seraya menyebut harga tiket masuk di awal penerapan tatanan hidup era normal baru, turun dari Rp 175.000 menjadi Rp 125.000. *nvi
Komentar