Ekspor Perhiasan Belum Dirasakan Perajin
DENPASAR, NusaBali
Eskpor perhiasan dan permata merupakan salah satu dari produk yang menunjukkan tren positif. Hal itu ditunjukkan data dimana ekspor perhiasan naik 38,57 persen dibanding bulan April.
Namun jika dibanding Mei 2019 lalu, produk ekspor perhiasan dan permata masih jeblok dalam yakni minus 47,82 persen.
Namun kalangan perajin sendiri mengaku pemasaran baik ritel dan ekspor masih sepi. “Mungkin saja ekspor naik, karena di tempat lain (ekspor) tetapi kalau kami rasa penurunan,” ujar Kadek Ganda Ismawan, seorang perajin perhiasan emas dan perak dari Celuk, Sukawati, Gianyar, Minggu (12/7).
Dia mencontohkan di bengkelnya. Dikatakan karena pemasaran sepi dia sementara istirahat membuat barang untuk stok seperti sebelumnya. Yang dikerjakan hanya beberapa produk untuk sample. Karena itulah aktivitas bengkel berkurang. Semua itu karena dampak pandemi Covid-19.
Dikatakan karena dampak pandemi Covid-19 tersebut daya beli masyarakat menurun, penghasilan orang berkurang, baik karena PHK dan dampak lainnya. “Ritel sudah pasti berkurang, apalagi perhiasan bukan merupakan kebutuhan prioritas,” ucapnya.
Karena itulah mengapa, lanjut Kadek Ganda pemasaran produk perhiasan masih berat. Namun demikian, dia tidak menampik di beberapa tempat atau perajin lain eskspor sudah membaik.
Sementara berdasarkan BPS, perhiasan dan permata merupakan salah satu dari empat komoditas ekspor Bali yang mengalami kenaikan nilai ekspor pada Mei dibanding bulan April. Tiga produk lainn yang meningkat ekspornya adalah pakaian jadi bukan rajutan, perabotan dan penerangan rumah, barang rajutan dan kain perca. Sebaliknya enam produk lainnya anjlok yakni ikan dan udang, kayu dan barang dari kayu, kertas karton, jerami atau anyaman, kapas dan komoditas lain-lain.
Total ekspor Bali pada Mei lalu 25,7 juta dollar. Sedang pada April 26,3 juta dollar. Dan pada Mei 2019 sebanyak 59,1 juta dollar. *k17
Komentar