Difabel Diabet Diberdayakan, Sulap Botol Bekas Jadi Sapu
Sejumlah difabel akibat menderita diabetes melitus (DM) dipacu untuk tetap produktif.
SINGARAJA, NusaBali
Penderita DM yang mengharuskan mereka kehilangan kakinya dirangkul Yayasan Kaki Kita Sukasada (YKKS) dilatih untuk membuat sapu berbahan botol plastik bekas di markas yang berlokasi di Kelurahan/Kecamatan Sukasada, Kamis (16/7).
Ketua YKKS, I Made Aditiasthana di sela-sela pelatihan mengatakan, difabel DM ini dirangkul dan diberdayakan merupakan program kerja yayasan. Saat ini ada tiga orang difabel yang ditangani YKKS, mulai dari perawatan, proses penyembuhan hingga pemberdayaan. Mereka yang harus kehilangan anggota tubuhnya karena luka diabetes setelah diamputasi juga diberikan kaki palsu.
“Pemberdayaan merupakan salah satu program yang kami rancang. Kami ada tiga program pengobatan kaki luka diabetes, pemberian kaki palsu dan pemberdayaan difabel. Nah salah satunya dengan pelatihan pembuatan sapu berbahan baku botol plastik bekas ini,” jelas dia.
Produksi sapu difabel YKKS ini ke depannya diharapkan dapat menjadi sumber penghasilan difabel untuk tetap bertahan melanjutkan hidup mereka.
Aditiasthana mengatakan pelatihanpembuatan sapu berbahan botol plastik bekas itu berawal dari eksperimennya dalam pembuatan kaki palsu dari botol plastik. Kemudian pemanfaatan botol plastik bekas juga sudah diolah menjadi papan, meja hingga kursi lalu saat ini dikembangkan menjadi benda sederahana sapu ijuk.
Seluruh proses pembuatan ditunjukkan detail kepada difabel binaan YKKS. Mulai dari pemintalan botol plastik, pengovenan, hingga siap dirangkai saat sudah berbentuk lidi plastik. Seluruh bahan baku disebut Aditiasthana disiapkan yayasan begitu pula setelah menjadi sapu pemasarannya pun dibantu yayasan. “Kami yang nanti fasilitasi seluruhnya, dari mencarikan bahan baku di bank sampah, hingga pemasaran, mereka (difabel,red) hanya mengerjakan bahan baku jadi sapu saja,” imbuh dia. Untuk satu buah sapu memerlukan 40 botol plastik bekas ukuran kecil. Pemanfaatan botol plastik pun dipilih sebagai upaya ikut berkontribusi mengurangi sampah plastik di muka bumi.
Sementara itu salah seorang binaan yayasan Made Sumanasa, 50, asal Banjar Kaje Kanin, Desa/Kecamatan Kubutambahan, mengaku bersyukur diberikan pelatihan pembuatan sapu, yang menjadi harapan penyambung hidupnya ke depan. Dia menyebutkan harus kehilangan kaki kirinya karena luka diabetes yang dialaminya sudah parah. Perawatan hingga pemberian kaki palsu pun sudah diterimanya dari YKKS yang resmi beroperasional bidang sosial tahun 2019 lalu.
“Saya cukup bersyukur masih bisa ikut berkarya, ini juga model baru sapu plastik. Paling mudah untuk dikerjakan itu ya merakit lidi-lidi ini hingga jadi sapu. Nanti akan ada upah kerjanya juga, sejumlah sapu yang dikerjakan” ungkapnya girang. *k23
Ketua YKKS, I Made Aditiasthana di sela-sela pelatihan mengatakan, difabel DM ini dirangkul dan diberdayakan merupakan program kerja yayasan. Saat ini ada tiga orang difabel yang ditangani YKKS, mulai dari perawatan, proses penyembuhan hingga pemberdayaan. Mereka yang harus kehilangan anggota tubuhnya karena luka diabetes setelah diamputasi juga diberikan kaki palsu.
“Pemberdayaan merupakan salah satu program yang kami rancang. Kami ada tiga program pengobatan kaki luka diabetes, pemberian kaki palsu dan pemberdayaan difabel. Nah salah satunya dengan pelatihan pembuatan sapu berbahan baku botol plastik bekas ini,” jelas dia.
Produksi sapu difabel YKKS ini ke depannya diharapkan dapat menjadi sumber penghasilan difabel untuk tetap bertahan melanjutkan hidup mereka.
Aditiasthana mengatakan pelatihanpembuatan sapu berbahan botol plastik bekas itu berawal dari eksperimennya dalam pembuatan kaki palsu dari botol plastik. Kemudian pemanfaatan botol plastik bekas juga sudah diolah menjadi papan, meja hingga kursi lalu saat ini dikembangkan menjadi benda sederahana sapu ijuk.
Seluruh proses pembuatan ditunjukkan detail kepada difabel binaan YKKS. Mulai dari pemintalan botol plastik, pengovenan, hingga siap dirangkai saat sudah berbentuk lidi plastik. Seluruh bahan baku disebut Aditiasthana disiapkan yayasan begitu pula setelah menjadi sapu pemasarannya pun dibantu yayasan. “Kami yang nanti fasilitasi seluruhnya, dari mencarikan bahan baku di bank sampah, hingga pemasaran, mereka (difabel,red) hanya mengerjakan bahan baku jadi sapu saja,” imbuh dia. Untuk satu buah sapu memerlukan 40 botol plastik bekas ukuran kecil. Pemanfaatan botol plastik pun dipilih sebagai upaya ikut berkontribusi mengurangi sampah plastik di muka bumi.
Sementara itu salah seorang binaan yayasan Made Sumanasa, 50, asal Banjar Kaje Kanin, Desa/Kecamatan Kubutambahan, mengaku bersyukur diberikan pelatihan pembuatan sapu, yang menjadi harapan penyambung hidupnya ke depan. Dia menyebutkan harus kehilangan kaki kirinya karena luka diabetes yang dialaminya sudah parah. Perawatan hingga pemberian kaki palsu pun sudah diterimanya dari YKKS yang resmi beroperasional bidang sosial tahun 2019 lalu.
“Saya cukup bersyukur masih bisa ikut berkarya, ini juga model baru sapu plastik. Paling mudah untuk dikerjakan itu ya merakit lidi-lidi ini hingga jadi sapu. Nanti akan ada upah kerjanya juga, sejumlah sapu yang dikerjakan” ungkapnya girang. *k23
1
Komentar