Karate Siap Raih Emas Lagi
Meskipun karateka Bali langganan masuk Pelatnas, bahkan jadi tulang punggung tim nasional, namun baru pada PON 2016 meraih medali emas lewat Coki.
DENPASAR, NusaBali
Cabang olahraga karate bertekad melanjutkan tradisi medali emas pada PON Papua XX/2021. Tekad itu untuk mempertahankan dan melanjutkan prestasi medali emas pada PON Jawa Bara 2016. Saat itu, untuk pertama kali karateka Bali meraih medali emas dalam PON.
"Upaya meraih dan mempertahankan tradisi emas pasti ada. Kami segenap pelatih dan karateka bertekad untuk itu. Semoga kami kembali dapat mewujudkan medali emas dalam PON Papua, hal itu sekaligus sebagai upaya melanjutkan tradisi emas di ajang PON," kata pelatih karate Bali, Aditya Putra Thama, Jumat (17/7).
Menurut Aditya Putra Thama, karateka Bali yang berhasil menorehkan medali emas di PON Jabar , yakni Tjokorda Istri Agung Sanistyarani, atau yang akrab disapa Coki pada nomor Kumite -61 kg. Sedangkan pada PON sebelumnya karateka Bali belum mampu meraih medali emas.
"Ini uniknya, meskipun karateka Bali langganan masuk Pelatnas dari tahun ke tahun, bahkan jadi tulang punggung Tim Nasional (seperti Ardy Ganggas, Krisna Karang, Ketut Murti, Nyoman Sumayasa, Putu Yoga Yudistira, Aditya Putra Thama, hingga Budi Kertiyasa), namun baru pada PON 2016 mampu meraih medali emas lewat Coki. Di PON Papua jadi kewajiban mempertahankan medali emas tersebut," kata pelatih yang juga mantan karateka Pelatnas itu.
Menurut Aditya Putra Thama, latihan atlet PON Bali batal digelar untuk Minggu lalu. Tapi sebelumnya sudah sempat tes fisik internal dan latihan teknis. Namun latihan pada Minggu nanti ditiadakan karena ada suatu hal. Ke depannya latihan tatap muka akan kembali dilanjutkan, melalui berbagai skema program.
"Kita modifikasi dengan latihan terpisah di Denpasar, Badung dan Jembrana. Meski latihan terpisah di tiga kabupaten tapi tetap didampingi pelatih. Kebetulan karateka Bali saat ini hampir semuanya tinggal di tiga daerah tersebut. Hanya satu dari Tabanan," kata Aditya Putra Thama.
Aditya Putra Thama pun menambahkan, untuk potensi medali semua kelas memiliki potensi untuk meraih medali untuk Karateka Bali. Baik emas, perak ataupun perunggu. Untuk medali emas minimal mampu pertahankan emas yang diraih Coki empat tahun lalu.
Aditya Putra juga optimis dapat menambah lagi dari karateka lainnya. Seperti Nada Dwimayanti yang pada PraPON kemarin meraih medali perunggu dan Krisna Dwi Antara yang pada Pra PON menumbangkan karateka peraih emas Asian Games 2018 asal Jatim Rifky Ardiansyah. Jadi, ini pertanda progres yang baik.
"Kemungkinan untuk PON Papua, pesaing Coki adalah karateka Lampung yang dihadapi saat final Pra PON 2019. Dan, secara umum persaingan merata, namun faktor tuan rumah saya kira juga akan berpengaruh. Yang jelas target emas wajib kita pertahankan," papar Aditya Putra Thama. *dek
Cabang olahraga karate bertekad melanjutkan tradisi medali emas pada PON Papua XX/2021. Tekad itu untuk mempertahankan dan melanjutkan prestasi medali emas pada PON Jawa Bara 2016. Saat itu, untuk pertama kali karateka Bali meraih medali emas dalam PON.
"Upaya meraih dan mempertahankan tradisi emas pasti ada. Kami segenap pelatih dan karateka bertekad untuk itu. Semoga kami kembali dapat mewujudkan medali emas dalam PON Papua, hal itu sekaligus sebagai upaya melanjutkan tradisi emas di ajang PON," kata pelatih karate Bali, Aditya Putra Thama, Jumat (17/7).
Menurut Aditya Putra Thama, karateka Bali yang berhasil menorehkan medali emas di PON Jabar , yakni Tjokorda Istri Agung Sanistyarani, atau yang akrab disapa Coki pada nomor Kumite -61 kg. Sedangkan pada PON sebelumnya karateka Bali belum mampu meraih medali emas.
"Ini uniknya, meskipun karateka Bali langganan masuk Pelatnas dari tahun ke tahun, bahkan jadi tulang punggung Tim Nasional (seperti Ardy Ganggas, Krisna Karang, Ketut Murti, Nyoman Sumayasa, Putu Yoga Yudistira, Aditya Putra Thama, hingga Budi Kertiyasa), namun baru pada PON 2016 mampu meraih medali emas lewat Coki. Di PON Papua jadi kewajiban mempertahankan medali emas tersebut," kata pelatih yang juga mantan karateka Pelatnas itu.
Menurut Aditya Putra Thama, latihan atlet PON Bali batal digelar untuk Minggu lalu. Tapi sebelumnya sudah sempat tes fisik internal dan latihan teknis. Namun latihan pada Minggu nanti ditiadakan karena ada suatu hal. Ke depannya latihan tatap muka akan kembali dilanjutkan, melalui berbagai skema program.
"Kita modifikasi dengan latihan terpisah di Denpasar, Badung dan Jembrana. Meski latihan terpisah di tiga kabupaten tapi tetap didampingi pelatih. Kebetulan karateka Bali saat ini hampir semuanya tinggal di tiga daerah tersebut. Hanya satu dari Tabanan," kata Aditya Putra Thama.
Aditya Putra Thama pun menambahkan, untuk potensi medali semua kelas memiliki potensi untuk meraih medali untuk Karateka Bali. Baik emas, perak ataupun perunggu. Untuk medali emas minimal mampu pertahankan emas yang diraih Coki empat tahun lalu.
Aditya Putra juga optimis dapat menambah lagi dari karateka lainnya. Seperti Nada Dwimayanti yang pada PraPON kemarin meraih medali perunggu dan Krisna Dwi Antara yang pada Pra PON menumbangkan karateka peraih emas Asian Games 2018 asal Jatim Rifky Ardiansyah. Jadi, ini pertanda progres yang baik.
"Kemungkinan untuk PON Papua, pesaing Coki adalah karateka Lampung yang dihadapi saat final Pra PON 2019. Dan, secara umum persaingan merata, namun faktor tuan rumah saya kira juga akan berpengaruh. Yang jelas target emas wajib kita pertahankan," papar Aditya Putra Thama. *dek
1
Komentar