'Turis Tiongkok Sudah Merindukan Bali'
Wagub Cok Ace: Pandemi Covid-19 Jadi Pelajaran untuk Berbenah
Kedatangan wisatawan dari Tiongkok diharapkan bisa menggeliatkan ekonomi Bali jika pariwisata internasional dibuka September mendatang.
DENPASAR, NusaBali
Masa pandemi Covid-19 yang menghancurkan pariwisata mulai ada harapan di tengah tatanan kehidupan era baru. Saat ini turis Tiongkok sudah merindukan untuk datang ke Bali. Pasar turis Tiongkok yang merupakan mass tourism ini jadi harapan Bali untuk berbenah sebagai pelajaran di tengah Covid-19.
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), menyatakan selalu ada hikmah di balik setiap musibah. "Seperti halnya pandemi Covid-19 ini, pariwisata Bali memang terpuruk sangat dalam, namun saatnya berbenah, karena ke depan pariwisata Bali harus mementingkan kualitas di atas kuantitas," ujar Cok Ace dalam Webminar via zoom yang diselenggarakan Bali Tourism Board (BTB) bertemakan ‘Bali next Normal – Will Chinese Travels to Bali Again’ pada, Jumat (17/7).
Apalagi menurutnya, wisatawan dari negeri Tiongkok tersebut terkenal dengan mass tourism-nya (atau wisatawan massal), karena mereka datang berbondong-bondong ke Bali. “Hal ini perlu kita pikirkan, di satu sisi kita harus memberikan kenyamanan bagi mereka, namun juga harus memperhatikan alam Bali agar selalu terjaga dan tidak menjadi korban pariwisata,” jelas Cok Ace dalam acara yang menghadirkan narasumber seperti Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, Perwakilan dari Kedutaan Besar Indonesia untuk Tiongkok Dino R Kusnadi, Konsul Jenderal Tiongkok Gou Haodong, Direktur Marketing Reg II (Tiongkok Jepang Korea India) Sigit Witjaksono, Wakil Ketua Shenzhen Travel serta GM BTB-China, Rose Wu.
Dalam acara yang dipandu oleh CEO BaliCEB (Bali Convention and Exhibition Bureau), Levie Lantu, Wagub Cok Ace menekankan memang wisatawan dari negeri tirai bambu itu memberikan pengaruh yang signifikan untuk pariwisata Bali. “Hingga saat ini wisatawan Tiongkok selalu merajai jumlah kunjungan terbanyak di Bali, jadi kita harus benar-benar menyiapkan. Apa kebutuhan mereka, serta upaya untuk pelestarian lingkungan dan kebudayaan Bali juga,” ujar Ketua DPD PHRI Bali ini.
Menurutnya, Bali harus bisa memberikan pelayanan yang lebih baik dari sebelumnya. “Kita harus bisa membuat pariwisata yang berkualitas untuk mereka, dan kita diberikan waktu oleh pandemi ini untuk membenahi pariwisata kita,” tegasnya.
Di samping itu, Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini juga mengajak pelaku pariwisata untuk jangan memiliki sifat optimisme terlalu besar. “Jangan sampai terlalu percaya diri, kita harus menyiapkan segala kemungkinan nanti. Covid-19 ini mengajarkan kita untuk kembali ke nilai luhur, selalu mulat sarira,” tambahnya.
Akan tetapi, dia juga mengajak pelaku pariwisata untuk terus semangat meningkatkan kualitas pariwisata Bali. “Pandemi ini jangan menjadikan semangat kita surut dalam menata pariwisata,” gugah seniman yang telah lama berkecimpung di dunia pariwisata ini.
Mantan Bupati Gianyar ini mengibaratkan seperti tahun 1980 ketika Bali membuka pariwisata untuk wisatawan Jepang. “Saat itu mereka hanya tahu pantai dan Bali Beach saja, namun setelah kita tidak henti sosialisasi, baru mereka tahu tentang budaya, adat dan alam Bali secara keseluruhan,” kata tokoh Puri Ubud Gianyar ini. Hal itu juga diharapkan terjadi dalam mensosialisasikan pariwisata ke wisatawan Tiongkok. Mereka harus benar-benar bisa mengeksplor Bali secara keseluruhan, agar tidak kalah dengan pariwisata Thailand.
“Wisatawan dari China itu sangat banyak, dan sebagian besar dari mereka butuh pariwisata berkualitas seperti yang ditawarkan oleh negara tetangga, mari kita berbenah untuk ke sana,” tandasnya. Sementara Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Trisno Nugroho menjelaskan perekonomian Bali di kuartal I (Januari-Maret) tahun 2020 sangat terpuruk hingga di angka -1,14%, jauh di bawah nasional yang saat itu di angka 2,97%.
Saat ini nasional sudah memprediksi penurunan ekonomi lagi pada kuartal kedua (April-Juni) menjadi sekitar -0,4 s/d 1%. “Dikhawatirkan perekonomian Bali akan makin terpuruk lagi menyusul penurunan nasional,” ujar Trisno Nugroho. Apalagi kata Trisno Nugroho saat ini tingkat kemiskinan di Bali juga semakin besar menyusul bertambahnya pengangguran akibat industri pariwisata yang jalan di tempat.
Untuk itu, Trisno Nugroho sangat berharap kedatangan wisatawan dari Tiongkok ini bisa menggeliatkan ekonomi lagi jika pariwisata internasional dibuka September mendatang.
Ketika perekonomian babak belur karena pandemi ini, Tiongkok menurutnya malah menunjukkan pertumbuhan yang cukup positif beberapa bulan ini, sehingga diprediksi akan menjadi penggerak perekonomian dunia pasca pandemi. “Dan di tengah tumbuhnya perekonomian China, banyak warganya yang ingin berwisata kembali, hal itu dilihat dari hasil survey yang menyatakan 60% dari mereka akan berwisata tahun 2020 ini,” jelasnya.
Trisno Nugroho menambahkan dari yang ingin berwisata, sekitar 58% nya memilih untuk berlibur ke pulau tropis, dengan kata lain Bali menjadi salah satu kategori tersebut. Sehingga dia berharap, Bali bisa menangkap peluang ini dengan peningkatan kualitas infrastruktur lainnya. Trisno Nugroho menambahkan jika bisa dijalankan dengan optimal, maka perekonomian Bali bisa digerakkan hingga keluar dari angka minus tersebut.
Dalam acara webinar ini, pihak travel dari Tiongkok juga menanyakan kemungkinan Bali membuka penerbangan langsung ke negaranya September mendatang, mengingat angka kasus Covid-19 di Bali relatif jauh dari kasus secara nasional. Hal itu memberikan kepercayaan internasional untuk Bali.
Merespon hal tersebut, Wagub Cok Ace menjelaskan kemungkinan tersebut tetap ada, mengingat hubungan Tiongkok dan Bali sudah terjalin dengan baik sejak lama. “Jika administrasi sudah lengkap dan sudah diijinkan oleh pusat, tentu hal tersebut bukan mustahil,” kata Cok Ace. *nat
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), menyatakan selalu ada hikmah di balik setiap musibah. "Seperti halnya pandemi Covid-19 ini, pariwisata Bali memang terpuruk sangat dalam, namun saatnya berbenah, karena ke depan pariwisata Bali harus mementingkan kualitas di atas kuantitas," ujar Cok Ace dalam Webminar via zoom yang diselenggarakan Bali Tourism Board (BTB) bertemakan ‘Bali next Normal – Will Chinese Travels to Bali Again’ pada, Jumat (17/7).
Apalagi menurutnya, wisatawan dari negeri Tiongkok tersebut terkenal dengan mass tourism-nya (atau wisatawan massal), karena mereka datang berbondong-bondong ke Bali. “Hal ini perlu kita pikirkan, di satu sisi kita harus memberikan kenyamanan bagi mereka, namun juga harus memperhatikan alam Bali agar selalu terjaga dan tidak menjadi korban pariwisata,” jelas Cok Ace dalam acara yang menghadirkan narasumber seperti Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, Perwakilan dari Kedutaan Besar Indonesia untuk Tiongkok Dino R Kusnadi, Konsul Jenderal Tiongkok Gou Haodong, Direktur Marketing Reg II (Tiongkok Jepang Korea India) Sigit Witjaksono, Wakil Ketua Shenzhen Travel serta GM BTB-China, Rose Wu.
Dalam acara yang dipandu oleh CEO BaliCEB (Bali Convention and Exhibition Bureau), Levie Lantu, Wagub Cok Ace menekankan memang wisatawan dari negeri tirai bambu itu memberikan pengaruh yang signifikan untuk pariwisata Bali. “Hingga saat ini wisatawan Tiongkok selalu merajai jumlah kunjungan terbanyak di Bali, jadi kita harus benar-benar menyiapkan. Apa kebutuhan mereka, serta upaya untuk pelestarian lingkungan dan kebudayaan Bali juga,” ujar Ketua DPD PHRI Bali ini.
Menurutnya, Bali harus bisa memberikan pelayanan yang lebih baik dari sebelumnya. “Kita harus bisa membuat pariwisata yang berkualitas untuk mereka, dan kita diberikan waktu oleh pandemi ini untuk membenahi pariwisata kita,” tegasnya.
Di samping itu, Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini juga mengajak pelaku pariwisata untuk jangan memiliki sifat optimisme terlalu besar. “Jangan sampai terlalu percaya diri, kita harus menyiapkan segala kemungkinan nanti. Covid-19 ini mengajarkan kita untuk kembali ke nilai luhur, selalu mulat sarira,” tambahnya.
Akan tetapi, dia juga mengajak pelaku pariwisata untuk terus semangat meningkatkan kualitas pariwisata Bali. “Pandemi ini jangan menjadikan semangat kita surut dalam menata pariwisata,” gugah seniman yang telah lama berkecimpung di dunia pariwisata ini.
Mantan Bupati Gianyar ini mengibaratkan seperti tahun 1980 ketika Bali membuka pariwisata untuk wisatawan Jepang. “Saat itu mereka hanya tahu pantai dan Bali Beach saja, namun setelah kita tidak henti sosialisasi, baru mereka tahu tentang budaya, adat dan alam Bali secara keseluruhan,” kata tokoh Puri Ubud Gianyar ini. Hal itu juga diharapkan terjadi dalam mensosialisasikan pariwisata ke wisatawan Tiongkok. Mereka harus benar-benar bisa mengeksplor Bali secara keseluruhan, agar tidak kalah dengan pariwisata Thailand.
“Wisatawan dari China itu sangat banyak, dan sebagian besar dari mereka butuh pariwisata berkualitas seperti yang ditawarkan oleh negara tetangga, mari kita berbenah untuk ke sana,” tandasnya. Sementara Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Trisno Nugroho menjelaskan perekonomian Bali di kuartal I (Januari-Maret) tahun 2020 sangat terpuruk hingga di angka -1,14%, jauh di bawah nasional yang saat itu di angka 2,97%.
Saat ini nasional sudah memprediksi penurunan ekonomi lagi pada kuartal kedua (April-Juni) menjadi sekitar -0,4 s/d 1%. “Dikhawatirkan perekonomian Bali akan makin terpuruk lagi menyusul penurunan nasional,” ujar Trisno Nugroho. Apalagi kata Trisno Nugroho saat ini tingkat kemiskinan di Bali juga semakin besar menyusul bertambahnya pengangguran akibat industri pariwisata yang jalan di tempat.
Untuk itu, Trisno Nugroho sangat berharap kedatangan wisatawan dari Tiongkok ini bisa menggeliatkan ekonomi lagi jika pariwisata internasional dibuka September mendatang.
Ketika perekonomian babak belur karena pandemi ini, Tiongkok menurutnya malah menunjukkan pertumbuhan yang cukup positif beberapa bulan ini, sehingga diprediksi akan menjadi penggerak perekonomian dunia pasca pandemi. “Dan di tengah tumbuhnya perekonomian China, banyak warganya yang ingin berwisata kembali, hal itu dilihat dari hasil survey yang menyatakan 60% dari mereka akan berwisata tahun 2020 ini,” jelasnya.
Trisno Nugroho menambahkan dari yang ingin berwisata, sekitar 58% nya memilih untuk berlibur ke pulau tropis, dengan kata lain Bali menjadi salah satu kategori tersebut. Sehingga dia berharap, Bali bisa menangkap peluang ini dengan peningkatan kualitas infrastruktur lainnya. Trisno Nugroho menambahkan jika bisa dijalankan dengan optimal, maka perekonomian Bali bisa digerakkan hingga keluar dari angka minus tersebut.
Dalam acara webinar ini, pihak travel dari Tiongkok juga menanyakan kemungkinan Bali membuka penerbangan langsung ke negaranya September mendatang, mengingat angka kasus Covid-19 di Bali relatif jauh dari kasus secara nasional. Hal itu memberikan kepercayaan internasional untuk Bali.
Merespon hal tersebut, Wagub Cok Ace menjelaskan kemungkinan tersebut tetap ada, mengingat hubungan Tiongkok dan Bali sudah terjalin dengan baik sejak lama. “Jika administrasi sudah lengkap dan sudah diijinkan oleh pusat, tentu hal tersebut bukan mustahil,” kata Cok Ace. *nat
1
Komentar