Pande Putu Yuga Wardiana, Pande Keris Muda Usia 25 Tahun
Hindu Bali
Tumpek Landep
Pande Besi
Keris
Pande Urip Wesi Tapa Karya
Pande Tapa Karya
Pande Keris Bali
Pande Putu Yuga Wardiana merupakan pande keris muda berusia 25 tahun yang sejak tiga tahun lalu telah berkarya membuat benda-benda pusaka seperti keris.
DENPASAR, NusaBali
Pelaksanaan hari suci Hindu, Rahina Tumpek Landep yang diperingati setiap 210 hari sekali dalam kalender Hindu kini jatuh pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (18/7). Adapun krama Bali yang merupakan trah Pande yang notabene adalah keluarga pengrajin barang-barang logam, memiliki cara tersendiri dalam memperingati rahina ini.
Seperti yang dilakukan oleh Pande Putu Yuga Wardiana, pande keris muda yang kini mewarisi tradisi keluarganya di Pande Urip Wesi Tapa Karya, di kawasan jalan Ratna, Banjar Tatasan Klod, Desa Tonja, Kecamatan Denpasar Utara. Prosesi upacara Tumpek Landep dimulai dengan pamendak pusaka, menghaturkan pejati, dan pangurip pasupati.
Pande Putu Yuga sendiri merupakan pengrajin muda berusia 25 tahun yang sejak tiga tahun lalu telah berkarya membuat benda-benda pusaka seperti keris. Dirinya pande keris generasi keempat, dan merupakan cucu dari Jro Mangku Pande Ketut Sandi, seorang Sri Mpu pembuat keris yang namanya telah tercatat dalam beberapa ensiklopedia mengenai keris.
Awalnya dirinya selama dua tahun belajar dari sang ayah, sebelum akhirnya menggantikan sang ayah yang sakit dan akhirnya berpulang. Meski demikian, hingga kini dirinya tetap dituntun oleh leluhur melalui mimpi. “Di tahun 2018 akhir, tiang baru memulai untuk membuat pusaka keris, karena ada pesanan masuk, bapak tiang sedang sakit, jadinya tiang harus menjalankan itu. Sampai sekarang bapak tiang sudah berpulang, tiang yang melanjutkan titahnya niki,” ujarnya kepada awak media usai melakukan persembahyangan Tumpek Landep.
Keris pertamanya yakni keris pesanan dari Kesiman, yang dia buat sendiri tanpa bantuan siapapun. Saat ditemui di kediamannya di sela-sela persembahyangan, dirinya sempat memperlihatkan keris Wulan Tumanggal yang diperuntukkan bagi Puri Pemecutan. Keris ini dibuatnya sendiri dari bijih meteor dilengkapi dengan lontar yang berfungsi sebagai sertifikat yang mengiringi keris tersebut.
Selain membuat benda pusaka seperti keris, dirinya juga membuat beberapa kerajinan besi lainnya, seperti gamelan, dan beberapa peralatan rumah tangga. Namun tetap, pembuatan benda pusaka menjadi yang utama, yang biasanya dibuat di hari Selasa, Rabu, hari Purnama, dan Kajeng Kliwon dengan berbagai bahan, seperti Tri Datu, Panca Datu, ataupun 17 unsur campuran logam. “Alat-alat rumah tangga hanya beberapa, tapi tidak rutin karena memang dituntut untuk keris dan senjata Dewata Nawa Sanga, sama gong dan gamelan,” jelasnya.
Ditanya soal menjadi pande keris di usia muda, dirinya berkata bahwa dirinya maih perlu banyak belajar, dan ingin membuat orang tuanya bangga. “Sekarang tiang sebagai penerus ingin membuat orang tua tiang bangga bahwa tiang sudah menjadi generasi penerus, biar orang tua saya tenang di alam sana. Ketakutan saya hanya satu, yaitu tidak bisa menjalankan titah tersebut,” kesan pande keris yang telah memiliki 37 karya ini.*cr74
1
Komentar