Pemkab Buleleng Subsidi Biaya Operasional Sumur Bor Selama Setahun
Bupati Putu Agus Suradnyana Penuhi Janji Cek Lokasi Krisis Air di Desa Les dan Desa Penuktukan
Warga Desa Les yang krisis air mencapai 1.000 KK di Dusun Tegaling-gah, Dusun Panjingan, Dusun Lempedu, Dusun Penyumbahan. Sedangkan untuk warga Desa Penuktukan berjumlah 400 KK di Dusun Batu Lumbang dan Dusun Kanginan
SINGARAJA, NusaBali
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana penuhi janjinya untuk mengecek langsung ke lapangan terkait masalah krisis air bersih yang mendera dua desa bertetangga di Kecamatan Tejakula, yakni Desa Les dan Desa Penuktukan. Sebagai solusi jangka pendek, Pemkab Buleleng akan memberikan subsidi biaya operasional pemaksimalan sumur bor di dua desa selama setahun.
Bupati Agus Suradnyana sudah terjun mengecek lokasi krisis air di kawasan perbukitan Banjar Butiyang, Desa Les, Kecamatan Tejakula, Senin (20/7) pagi. Saat terjun kemarin pagi, Bupati Agus Suradnyana mengajak serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum & Tata Ruang (PUTR) Buleleng I Putu Adhipta Ekaputra dan Dirut Perumda Tirta Hita Buleleng, I Made Lestariana.
Aparat Desa Les dan Desa Penuktukan juga ikut hadir dalam peninjauan lokasi krisis air kemarin pagi. Demikian pula sejumlah prajuru Desa Adat Les-Penuktukan (yang mewilayahi dua desa dinas) dan dan sejumlah tokoh masyarakat dari dua desa bertetangga.
Dalam proses pengecekan kemarin, sempat muncul diskusi atas permasalahan dan kondisi terkini pemenuhan air bersih bagi ribuah warga Desa Les dan Desa Penuktukan. Dari diskusi itu, Bupati Agus Suradnyana memberikan solusi jangka pendek untuk mengatasi krisis air bersih dua desa bertetangga, yakni memberikan subsidi biaya operasional pemaksimalan sumur bor.
“Dari permasalahan ini, pemerintah ambil alih semua dalam penanganan jangka pendek. Buat sementara, pemerintah akan memberi subsidi biaya operasional untuk mengangkat air dari sumur bor di dua desa. Selama ini, pengangkatan air menggunakan solar Pemdes tidak kuat, karena biayanya mahal,” ujar Bupati Agus Suradnyana.
Menurut Agus Suradnyana, subsidi biaya operasional dua sumur bor di Desa Les dan Desa Penuktukan nantinya akan diberikan selama setahun penuh, dengan sumber dana dari APBD Perubahan 2020. “Nanti kita upayangan dari Anggaran Perubahan. Biaya operasionalnya tak lebih dari Rp 500 juta,” tegas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga menjabat Ketua DPC PDIP Buleleng ini.
Dalam bantuan operasional nanti, kata Agus Suradnyana, pompa air akan dimaksimalkan, sehingga mampu melempar air ke rumah penduduk di dataran tinggi. Air yang dipompa daris umur bor juga akan disimpan di 4 reservoar yang masing-masing berkapasitas 20 meter kubik di dua desa bertetangga. Solusi jangka pendek tersebut dapat menjamin ketersediaan air bertsih bagi warga dua desa pada musim kemarau ini.
Pemkab Buleleng juga merancang solusi jangka menengah dan jangka panjang untuk mengatasai ketersediaan air bersih bagi warga Desa Les dan Desa Penuktukan. Untk jangka menengah, skemanya adalah mengganti sumber energi pompa air dari diesel menjadi solar cell, sehingga lebih terjangkau.
Sedangkan skema penanganan jangka panjang, memperluas jangkauan pelayanan Saluran Perpipaan Air Minum (SPAM) Air Sanih yang saat ini belum sampai menjangkau Desa Les dan Desa Penuktukan. Kecuiali itu, sumber mata air di hutan negara kawasan Desa Batih, Kecamatan Kintamani, Bangli yang selama ini digunakan masyarakay dua desa bertetangga, juga tetap akan dimanfaatkan seperti sebelumnya.
Sementara itu, Perbekel Les, Gede Adi Wistara, mengatakan permasalah air bersih di desanya memang rutun terjadi hampir setiap musim kemaru. Namun, tahun 2020 ini menjadi puncak krisis air bersis, terutama yang bersumber dari mata air di hutan Desa Batih, Kecamatan Kintamani.
Menurut Adi Wistara, saat ini terjadi penurunan debit air di sana. Ini diperparah lagi dengan munculnya kelompk-kelompok masyarakat yang disebutnya secara illegal menggunakan air untuk keperluan di luar MCK dan memasak.
“Gangguan air dari Desa Batih ini sudah terjadi sejak tahun 2019. Air tersendat, karena informasinya ada kelompok illegal yang memanfaatkan air untuk pertanian mereka, bahkan ada juga yang menjual air,” ungkap Adi Wistara.
Karena kondisi tersebut, kata Adi Wistara, 1.000 kepala keluarga (KK) warga Desa Les yang tinggal di Dusun Tegalinggah, Dusun Panjingan, Dusun Lempedu, dan Dusun Penyumbahan seringkali tidak mendapatkan aliran air. Pemanfaatan air di luar perjanjian yang sudah diwarisi secara turun temurun ini juga mengganggu pengairan subak di Desa Les.
Paparan senada juga disampaikan Perbekel Penuktukan, I Gede Made Arta. Menurut Made Arta, warga Desa Penuktukan yang terdampak krisis air lebih sedikit dibanding Desa Les. Saat ini. Ada sekitar 400 KK warga Desa Penuktukan yang tinggal di Dusun Batu Lumbang dan Dusun Kanginan kerap tak mendapat setetes air pun untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
“Kami memang sudah punya sumur bor. Hanya saja, pemanfaatannya selama ini kurang maksimal karena biaya operasional tinggi. Makanya, kami minta ke Pak Bupati agar ada listrik sementara waktu. Untuk jangka panjangnya, nanti menggunakan solar cell,” jelas Made Arta. *k23
Bupati Agus Suradnyana sudah terjun mengecek lokasi krisis air di kawasan perbukitan Banjar Butiyang, Desa Les, Kecamatan Tejakula, Senin (20/7) pagi. Saat terjun kemarin pagi, Bupati Agus Suradnyana mengajak serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum & Tata Ruang (PUTR) Buleleng I Putu Adhipta Ekaputra dan Dirut Perumda Tirta Hita Buleleng, I Made Lestariana.
Aparat Desa Les dan Desa Penuktukan juga ikut hadir dalam peninjauan lokasi krisis air kemarin pagi. Demikian pula sejumlah prajuru Desa Adat Les-Penuktukan (yang mewilayahi dua desa dinas) dan dan sejumlah tokoh masyarakat dari dua desa bertetangga.
Dalam proses pengecekan kemarin, sempat muncul diskusi atas permasalahan dan kondisi terkini pemenuhan air bersih bagi ribuah warga Desa Les dan Desa Penuktukan. Dari diskusi itu, Bupati Agus Suradnyana memberikan solusi jangka pendek untuk mengatasi krisis air bersih dua desa bertetangga, yakni memberikan subsidi biaya operasional pemaksimalan sumur bor.
“Dari permasalahan ini, pemerintah ambil alih semua dalam penanganan jangka pendek. Buat sementara, pemerintah akan memberi subsidi biaya operasional untuk mengangkat air dari sumur bor di dua desa. Selama ini, pengangkatan air menggunakan solar Pemdes tidak kuat, karena biayanya mahal,” ujar Bupati Agus Suradnyana.
Menurut Agus Suradnyana, subsidi biaya operasional dua sumur bor di Desa Les dan Desa Penuktukan nantinya akan diberikan selama setahun penuh, dengan sumber dana dari APBD Perubahan 2020. “Nanti kita upayangan dari Anggaran Perubahan. Biaya operasionalnya tak lebih dari Rp 500 juta,” tegas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga menjabat Ketua DPC PDIP Buleleng ini.
Dalam bantuan operasional nanti, kata Agus Suradnyana, pompa air akan dimaksimalkan, sehingga mampu melempar air ke rumah penduduk di dataran tinggi. Air yang dipompa daris umur bor juga akan disimpan di 4 reservoar yang masing-masing berkapasitas 20 meter kubik di dua desa bertetangga. Solusi jangka pendek tersebut dapat menjamin ketersediaan air bertsih bagi warga dua desa pada musim kemarau ini.
Pemkab Buleleng juga merancang solusi jangka menengah dan jangka panjang untuk mengatasai ketersediaan air bersih bagi warga Desa Les dan Desa Penuktukan. Untk jangka menengah, skemanya adalah mengganti sumber energi pompa air dari diesel menjadi solar cell, sehingga lebih terjangkau.
Sedangkan skema penanganan jangka panjang, memperluas jangkauan pelayanan Saluran Perpipaan Air Minum (SPAM) Air Sanih yang saat ini belum sampai menjangkau Desa Les dan Desa Penuktukan. Kecuiali itu, sumber mata air di hutan negara kawasan Desa Batih, Kecamatan Kintamani, Bangli yang selama ini digunakan masyarakay dua desa bertetangga, juga tetap akan dimanfaatkan seperti sebelumnya.
Sementara itu, Perbekel Les, Gede Adi Wistara, mengatakan permasalah air bersih di desanya memang rutun terjadi hampir setiap musim kemaru. Namun, tahun 2020 ini menjadi puncak krisis air bersis, terutama yang bersumber dari mata air di hutan Desa Batih, Kecamatan Kintamani.
Menurut Adi Wistara, saat ini terjadi penurunan debit air di sana. Ini diperparah lagi dengan munculnya kelompk-kelompok masyarakat yang disebutnya secara illegal menggunakan air untuk keperluan di luar MCK dan memasak.
“Gangguan air dari Desa Batih ini sudah terjadi sejak tahun 2019. Air tersendat, karena informasinya ada kelompok illegal yang memanfaatkan air untuk pertanian mereka, bahkan ada juga yang menjual air,” ungkap Adi Wistara.
Karena kondisi tersebut, kata Adi Wistara, 1.000 kepala keluarga (KK) warga Desa Les yang tinggal di Dusun Tegalinggah, Dusun Panjingan, Dusun Lempedu, dan Dusun Penyumbahan seringkali tidak mendapatkan aliran air. Pemanfaatan air di luar perjanjian yang sudah diwarisi secara turun temurun ini juga mengganggu pengairan subak di Desa Les.
Paparan senada juga disampaikan Perbekel Penuktukan, I Gede Made Arta. Menurut Made Arta, warga Desa Penuktukan yang terdampak krisis air lebih sedikit dibanding Desa Les. Saat ini. Ada sekitar 400 KK warga Desa Penuktukan yang tinggal di Dusun Batu Lumbang dan Dusun Kanginan kerap tak mendapat setetes air pun untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
“Kami memang sudah punya sumur bor. Hanya saja, pemanfaatannya selama ini kurang maksimal karena biaya operasional tinggi. Makanya, kami minta ke Pak Bupati agar ada listrik sementara waktu. Untuk jangka panjangnya, nanti menggunakan solar cell,” jelas Made Arta. *k23
1
Komentar