Generasi Muda Tinggalkan Tradisi Menenun
Dekranasda Gianyar Bangkitkan Tenun Songket Pengembungan
Jumlah perajin tenun ini menurun drastis. Kini hanya ada segelintir penenun.
GIANYAR, NusaBali
Tradisi menenun terutama kain songket khususnya di Banjar Pengembungan dan Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, makin ditinggalkan generasi muda setempat. Karena generasi muda lebih tertarik terjun ke sektor pariwisata.
Hal itu terungkap saat Ketua Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Kabupaten Gianyar Ny. Surya Adnyani Mahayastra, bersama rombongan berkunjung ke perajin tenun di dua banjar setempat, Senin (20/7). Hadir dalam kunjungan itu, Kepala Disperindag Gianyar Luh Gede Eka Suary, Kepala Disnaker Gianyar AA Gde Dalem Jagadhita, Kepala BPD (Bank Pembangunan Daerah) Bali Cabang Gianyar I Ketut Bagus Ariana, dan pihak terkait. Hadir pula Ketua Yayasan Mudra Swari Saraswati, Ubud, Janet De Neefe.
Kunjungan tersebut guna memotivasi para perajin agar makin bangkit, apalagi dalam pandemi Covid-19 ini. Kunjungan juga bersifat pembinaan mengawali tatanan kehidupan Bali era baru setelah pandemi sejak pertengahan Februari 2020.
Ketua Dekranasda Gianyar Ny Surya Adnyani Mahayastra mengakui, dalam sejarah pertenunan di Gianyar, tenun songket memang terkenal di Banjar Pengembungan. Hanya saja, seiring perkembangan zaman, jumlah perajin tenun ini menurun drastis. Kini hanya ada segelintir penenun. Dia menduga kondisi tersebut karena warga menganggap profesi ini kurang menjanjikan. ‘’Sehingga anak-anak muda di desa ini lebih tertarik bekerja di bidang pariwisata,’’ jelasnya.
Untuk menggairahkan kembali kerajinan songket, jelas istri Bupati Gianuar Made ‘Agus’ Mahayastra ini, Dekranasda Gianyar pernah menghadirkan desainer nasional Anne Avantie ke perajin songket di Banjar Pengembungan. Harapannya para desainer saat membuat even berskala nasional dapat melibatkan perajin songket Gianyar.
Dari kunjungan tersebut, Dekranasda mengetahui perajin menghadapi kendala SDM, permodalan, dan pemasaran. Masalah permodalan, jelas Ny. Adnyani Mahayastra, para perajin bisa memanfaatkan program Bupati Gianyar yaitu Kredit Usaha Rakyat Daerah (KURDA) untuk memperkuat permodalan UMK dan koperasi hingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan di Gianyar. Terkait SDM, Dekranasda Gianyar juga telah berkoordinasi dengan Disnaker Gianyar untuk bersama-sama membina perajin tenun di dua banjar tersebut. ‘’Dua banjar ini memang terkenal dengan kain songketnya,” jelas Ny. Adnyani Mahayastra.
Ditambahkan, Dekranasda telah beberapa kali memfasilitasi pemasaran produk kerajinan melalui pameran dan promosi di media sosial. Jelasnya, setiap perajin harus melek IT untuk berpromosi. Dekranasda Gianyar juga wajib melaporkan kepada Dekranasda Provinsi Bali sekaligus mengenalkan produk-produk unggulan Gianyar. Harapannya, produk kerajinan ini diikutsertakan pada setiap pameran. Dekranasda Gianyar juga bekerjasama dengan Yayasan Mudra Swari Saraswati, Ubud, untuk mempromosikan kerajinan tenun songket Gianyar.
Ketua Yayasan Mudra Swari Saraswati Janet De Neefe menyatakan telah menggelar belasan kali Ubud Writers and Reader Festival dan Ubud Food Festival. Dua even ini bisa menjadi ajang mempromosikan produk ekonomi kreatif di Bali. ‘’Kami tentu mempromosikan produk ini untuk diekspose ke luar negeri,’’ jelasnya. *lsa
Tradisi menenun terutama kain songket khususnya di Banjar Pengembungan dan Banjar Pesalakan, Desa Pejeng Kangin, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, makin ditinggalkan generasi muda setempat. Karena generasi muda lebih tertarik terjun ke sektor pariwisata.
Hal itu terungkap saat Ketua Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Kabupaten Gianyar Ny. Surya Adnyani Mahayastra, bersama rombongan berkunjung ke perajin tenun di dua banjar setempat, Senin (20/7). Hadir dalam kunjungan itu, Kepala Disperindag Gianyar Luh Gede Eka Suary, Kepala Disnaker Gianyar AA Gde Dalem Jagadhita, Kepala BPD (Bank Pembangunan Daerah) Bali Cabang Gianyar I Ketut Bagus Ariana, dan pihak terkait. Hadir pula Ketua Yayasan Mudra Swari Saraswati, Ubud, Janet De Neefe.
Kunjungan tersebut guna memotivasi para perajin agar makin bangkit, apalagi dalam pandemi Covid-19 ini. Kunjungan juga bersifat pembinaan mengawali tatanan kehidupan Bali era baru setelah pandemi sejak pertengahan Februari 2020.
Ketua Dekranasda Gianyar Ny Surya Adnyani Mahayastra mengakui, dalam sejarah pertenunan di Gianyar, tenun songket memang terkenal di Banjar Pengembungan. Hanya saja, seiring perkembangan zaman, jumlah perajin tenun ini menurun drastis. Kini hanya ada segelintir penenun. Dia menduga kondisi tersebut karena warga menganggap profesi ini kurang menjanjikan. ‘’Sehingga anak-anak muda di desa ini lebih tertarik bekerja di bidang pariwisata,’’ jelasnya.
Untuk menggairahkan kembali kerajinan songket, jelas istri Bupati Gianuar Made ‘Agus’ Mahayastra ini, Dekranasda Gianyar pernah menghadirkan desainer nasional Anne Avantie ke perajin songket di Banjar Pengembungan. Harapannya para desainer saat membuat even berskala nasional dapat melibatkan perajin songket Gianyar.
Dari kunjungan tersebut, Dekranasda mengetahui perajin menghadapi kendala SDM, permodalan, dan pemasaran. Masalah permodalan, jelas Ny. Adnyani Mahayastra, para perajin bisa memanfaatkan program Bupati Gianyar yaitu Kredit Usaha Rakyat Daerah (KURDA) untuk memperkuat permodalan UMK dan koperasi hingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan di Gianyar. Terkait SDM, Dekranasda Gianyar juga telah berkoordinasi dengan Disnaker Gianyar untuk bersama-sama membina perajin tenun di dua banjar tersebut. ‘’Dua banjar ini memang terkenal dengan kain songketnya,” jelas Ny. Adnyani Mahayastra.
Ditambahkan, Dekranasda telah beberapa kali memfasilitasi pemasaran produk kerajinan melalui pameran dan promosi di media sosial. Jelasnya, setiap perajin harus melek IT untuk berpromosi. Dekranasda Gianyar juga wajib melaporkan kepada Dekranasda Provinsi Bali sekaligus mengenalkan produk-produk unggulan Gianyar. Harapannya, produk kerajinan ini diikutsertakan pada setiap pameran. Dekranasda Gianyar juga bekerjasama dengan Yayasan Mudra Swari Saraswati, Ubud, untuk mempromosikan kerajinan tenun songket Gianyar.
Ketua Yayasan Mudra Swari Saraswati Janet De Neefe menyatakan telah menggelar belasan kali Ubud Writers and Reader Festival dan Ubud Food Festival. Dua even ini bisa menjadi ajang mempromosikan produk ekonomi kreatif di Bali. ‘’Kami tentu mempromosikan produk ini untuk diekspose ke luar negeri,’’ jelasnya. *lsa
Komentar