Jepang Potensi Besar Ekspor Buah dan Sayuran
JAKARTA, NusaBali
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan kerja sama dagang Indonesia-Jepang dapat menjadi peluang untuk meningkatkan kinerja ekspor produk hortikultura, terutama buah-buahan dan sayuran ke Jepang.
Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kemendag Sulistyawati mengatakan, Indonesia dan Jepang memiliki dua kerja sama perdagangan, yakni ASEAN-Japan Economic Partnership Agreement (AJEPA) dan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).
"Dalam rangka AJEPA dan IJEPA, eksportir itu dapat memanfaatkan tarif masuk 0 persen, ada kuota yang disediakan yaitu 1.000 metrik ton untuk ekspor pisang dan 300 metrik ton untuk ekspor nanas," kata Sulistyawati, dalam webinar bertajuk "Japan-Indonesia market accses workshop horticulture", Selasa (21/7).
Seperti diketahui, pada 2019 Jepang menduduki sebagai negara importir sayuran ke-7 di dunia dan importir buah-buahan peringkat ke-13 di dunia dengan pangsa pasar sekitar 3,4 persen untuk sayur, dan 2,5 persen untuk produk buah-buahan.
Dalam Permendag No 24 Tahun 2008 tentang Ketentuan Ekspor Pisang dan Nanas ke Jepang dalam rangka IJEPA, Jepang memberikan tarif bea masuk 0 persen bagi Indonesia untuk ekspor pisang segar dan nanas segar.
Untuk pisang segar, kuota yang diberikan yakni sebesar 1.000 metrik ton per tahun, sedangkan nanas segar 300 metrik ton per tahun. Namun Kemendag mencatat bahwa belum ada perusahaan yang memanfaatkan kuota ekspor nanas segar karena persyaratan maksimal berat nanas 900 gram yang sulit dipenuhi.
Dalam kesempatan yang sama, salat satu pelaku usaha importir Jepang dari perusahaan Yogi Tsusho Co.Ltd, Hiroo Tokoro, menyebutkan bahwa pisang merupakan produk buah yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Jepang.
Selain pisang, buah apel dan jeruk juga menjadi komoditas yang paling banyak dikonsumsi, sedangkan kubis, bawang bombay dan lobak menjadi sayuran yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Jepang.
Sedangkan Konsul Jenderal KJRI di Osaka, Jepang, Mirza Nurhidayat mengatakan Indonesia perlu menyasar peluang ekspor produk hortikultura, terutama buah dan sayuran dalam bentuk beku (frozen) dan kering (dried) ke Jepang.
Menurut Mirza, tren permintaan sayuran dan buah masyarakat Jepang terus mengalami peningkatan. Tercatat, selama lima tahun terakhir, pertumbuhan impor produk buah-sayur Jepang mengalami peningkatan sebesar 4,8 persen dan 1,6 persen setiap tahunnya.
Kemendag mencatat bahwa China, Filipina dan Amerika Serikat menjadi tiga negara pemasok utama produk hortikultura ke Jepang. China jadi pemasok terbesar dengan 27,21 persen senilai 1,58 miliar dolar AS. Indonesia di peringkat ke-20 dengan pangsa pasar 0,46 persen senilai 0,03 miliar dolar AS. *ant
1
Komentar