Ganjar Kalahkan Anies dan Prabowo
Dalam Survei Capres 2024 Versi Indikator Politik Indonesia
Elektabilitas Ganjar terus naik dari Februari 2020, sementara elektabilitas Anies Baswedan sempat turun, namun kini naik lagi dan Prabowo Subianto terus turun.
JAKARTA, NusaBali
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei persepsi publik terkait sejumlah isu, salah satunya elektabilitas (tingkat keterpilihan) capres. Hasilnya, nama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, ada di atas nama-nama lain.
Survei digelar pada 13-16 Juli 2020. Sampel survei ini sebanyak 1.200 responden yang dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020. Jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelpon sebanyak 5.872 data, dan yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei, yaitu sebanyak 1.200 responden.
Toleransi kesalahan (margin of error) sekitar ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Survei soal capres pilihan dilakukan dengan menyodorkan 15 nama kepada responden. Pertanyaan survei adalah: "Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang Ibu'Bapak pilih sebagai presiden di antara nama-nama berikut ini?". Indikator Politik Indonesia juga mencantumkan hasil survei elektabilitas sebelumnya.
Dari data tersebut diketahui elektabilitas Ganjar terus naik dari Februari 2020. Sementara elektabilitas Anies Baswedan sempat turun, namun kini naik lagi. Sementara elektabilitas Prabowo Subianto terus turun. Ada faktor penunjang mengapa dua kepala daerah itu elektabilitasnya mengalahkan Prabowo. "Faktor utamanya memang karena faktor visibility," ungkap Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, dalam perbincangan, Selasa (21/7).
Visibility yang dimaksud Burhanuddin adalah terkait penanganan virus Corona (COVID-19). Kepala daerah menjadi pihak yang terus mendapat perhatian selama masa pandemi. "Beberapa bulan terakhir panggung penanganan COVID bergeser ke daerah. Maka kepala daerah dengan populasi pemilih besar yang pintar mengambil momentumlah yang dapat insentif elektoralnya karena mereka lebih sering tampil di media," kata Burhanuddin dilansir detik.com.
"Padahal satu-satunya isu yang membetot perhatian publik adalah COVID. Ini yang menjelaskan mengapa elektabilitas Prabowo turun karena posisi beliau sebagai Menhan tidak langsung bersentuhan dengan COVID," lanjutnya. "Sebenarnya elektabilitas Ganjar, Anies dan Prabowo dalam margin of error plus minus 2,9%. Artinya, kita tidak bisa mengklaim Ganjar lebih unggul ketimbang Anies atau Prabowo. Demikian juga sebaliknya," sebut Burhanuddin. Menurut dia, hasil survei di masa pandemi Corona ini tak bisa menjadi patokan. Burhanuddin mengatakan peta pencapresan pada Pilpres 2024 bisa lebih ketat di kemudian hari.
"Apalagi Sandiaga dan Ridwan Kamil juga mendapat dukungan signifikan. Intinya, peta 2024 masih jauh dan lebih kompetitif," tuturnya. *
Survei digelar pada 13-16 Juli 2020. Sampel survei ini sebanyak 1.200 responden yang dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020. Jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelpon sebanyak 5.872 data, dan yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei, yaitu sebanyak 1.200 responden.
Toleransi kesalahan (margin of error) sekitar ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Survei soal capres pilihan dilakukan dengan menyodorkan 15 nama kepada responden. Pertanyaan survei adalah: "Jika pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang Ibu'Bapak pilih sebagai presiden di antara nama-nama berikut ini?". Indikator Politik Indonesia juga mencantumkan hasil survei elektabilitas sebelumnya.
Dari data tersebut diketahui elektabilitas Ganjar terus naik dari Februari 2020. Sementara elektabilitas Anies Baswedan sempat turun, namun kini naik lagi. Sementara elektabilitas Prabowo Subianto terus turun. Ada faktor penunjang mengapa dua kepala daerah itu elektabilitasnya mengalahkan Prabowo. "Faktor utamanya memang karena faktor visibility," ungkap Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, dalam perbincangan, Selasa (21/7).
Visibility yang dimaksud Burhanuddin adalah terkait penanganan virus Corona (COVID-19). Kepala daerah menjadi pihak yang terus mendapat perhatian selama masa pandemi. "Beberapa bulan terakhir panggung penanganan COVID bergeser ke daerah. Maka kepala daerah dengan populasi pemilih besar yang pintar mengambil momentumlah yang dapat insentif elektoralnya karena mereka lebih sering tampil di media," kata Burhanuddin dilansir detik.com.
"Padahal satu-satunya isu yang membetot perhatian publik adalah COVID. Ini yang menjelaskan mengapa elektabilitas Prabowo turun karena posisi beliau sebagai Menhan tidak langsung bersentuhan dengan COVID," lanjutnya. "Sebenarnya elektabilitas Ganjar, Anies dan Prabowo dalam margin of error plus minus 2,9%. Artinya, kita tidak bisa mengklaim Ganjar lebih unggul ketimbang Anies atau Prabowo. Demikian juga sebaliknya," sebut Burhanuddin. Menurut dia, hasil survei di masa pandemi Corona ini tak bisa menjadi patokan. Burhanuddin mengatakan peta pencapresan pada Pilpres 2024 bisa lebih ketat di kemudian hari.
"Apalagi Sandiaga dan Ridwan Kamil juga mendapat dukungan signifikan. Intinya, peta 2024 masih jauh dan lebih kompetitif," tuturnya. *
1
Komentar