Misi Balas Dendam Kalahkan Erasmus
Lawan yang dikalahkan telak pada fase penyisihan, berbalik mengungguli kenshi Bali Erasmus Naris Fendi pada final randori 60 kg.
BANDUNG, NusaBali
Medali emas di depan mata Erasmus Naris Fendi melayang. Diunggulkan bisa menjinakkan Zainuddin A Djati (NTT) di babak final randori 60 kg, justru mahasiswa Universitas Mahasarawati Denpasar ini malah kalah dalam pertarungan di Sabuga ITB Bandung, Rabu (28/9).
Zainuddin memastikan emas setelah dalam final mengalahkan Erasmus Naris Fendi dengan skor 5 - 0. Padahal di fase penyisihan justru kenshi Bali yang menang telak 5-0, sehingga kekalahan ini pun terasa tak menggenakkan. "Ini 'balas dendam', aku sempat kalah dari dia (Erasmus, Red) ," kata Zainuddin seusai bertanding.
Erasmus sendiri memilih bermain dengan gaya bertahan, sedangkan Zainuddin memilih bersabar menunggu saat yang tepat untuk mencuri poin. Kemenangan dengan skor 5-0 diraih Zainuddin lewat tendangan wasari. Alhasil medali emas pun diraih Zainuddin, perak Erasmus. Sedangkan perunggu diraih Alam Prananda (Jateng) bersama Thomas Marcel (Maluku).
Sebelum melaju ke final atlet cabor kempo yang bertahan hingga hari terakhir di nomor randori kelas 60 kg lewat Erasmus Naris Fendi di semifinal menang atas Thomas (Maluku Utara). Sebaliknya Zainuddin (NTT) berhasil mengalahkan Alam Prananda (Jateng). Sebelumnya Kempo Bali pada hari pertama Minggu (25/9) lalu meraih medali perunggu di nomor Embu Berpasangan Campuran Made Indrawan dan Dwi Afrianti. Setelah di partai final pasangan Made Indrawan dan Dwi Afrianti meraih nilai 264.5 dan berhak atas medali perunggu. Sedangkan 1 keping medali emas lewat nomor embu kyukenshi berpasangan putri AA Istri Dharmamega Kelakan/Nistrina Nur Aviva pada Senin (26/9). Embu berpasangan kyukenshi putri merebut medali emas setelah duet AA Istri Dharmamega Kelakan/Nistrina Nur Aviva mengumpulkan nilai 265,5.
Dengan tambahan 1 medali perak di hari terakhir, cabor kempo berhasil menyumbangkan 3 medali, terdiri dari 1 medali emas, 1 perak dan 1 perunggu.
Pelatih Kempo Seriyanto mengakui sejak awal atletnya memang ditarget meraih medali emas. Sebab sejak penyisihan selalu menang dan berhasil melenggang dengan mulus. Bahkan, rivalnya itu sempat dikalahkan. "Penyisihan 4 kali dia menang, sejak awal kami berharap banyak untuk menambah pundi-pundi emas, namun kalah di final," tutur Seriyanto.
Sementara itu Erasmus Naris Fendi mengakui lebih unggul dengan lawan di final kalau dari sisi rekor pertemuan. "Memang kami lebih diunggulkan, tapi ini pelajaran buat saya. Kerja keras latihan hanya meraih perak. Dan, lawan justru menang di final," sesalnya. Rekor pertemuan yang dimaksud yakni memang saat babak penyisihan, termasuk sempat ketemu di kejurnas Surabaya beberapa waktu lalu. "Mohon maaf hanya bisa meraih medali perak. Saya bertekad ke depannya mengambil hikmah di laga final. Karena terlalu hati-hati melakukan serangan. Lawan justru memanfaatkan kesempatan itu," kata Erasmus.
Kenshi kelahiran Ruteng Manggarai NTT 2 Juni 1994 ini menjalani debut PON di JJawa Barat. Sebelumnya mencatat prestasi juara Kejurnas di Surabaya pada 2014. *dek
Zainuddin memastikan emas setelah dalam final mengalahkan Erasmus Naris Fendi dengan skor 5 - 0. Padahal di fase penyisihan justru kenshi Bali yang menang telak 5-0, sehingga kekalahan ini pun terasa tak menggenakkan. "Ini 'balas dendam', aku sempat kalah dari dia (Erasmus, Red) ," kata Zainuddin seusai bertanding.
Erasmus sendiri memilih bermain dengan gaya bertahan, sedangkan Zainuddin memilih bersabar menunggu saat yang tepat untuk mencuri poin. Kemenangan dengan skor 5-0 diraih Zainuddin lewat tendangan wasari. Alhasil medali emas pun diraih Zainuddin, perak Erasmus. Sedangkan perunggu diraih Alam Prananda (Jateng) bersama Thomas Marcel (Maluku).
Sebelum melaju ke final atlet cabor kempo yang bertahan hingga hari terakhir di nomor randori kelas 60 kg lewat Erasmus Naris Fendi di semifinal menang atas Thomas (Maluku Utara). Sebaliknya Zainuddin (NTT) berhasil mengalahkan Alam Prananda (Jateng). Sebelumnya Kempo Bali pada hari pertama Minggu (25/9) lalu meraih medali perunggu di nomor Embu Berpasangan Campuran Made Indrawan dan Dwi Afrianti. Setelah di partai final pasangan Made Indrawan dan Dwi Afrianti meraih nilai 264.5 dan berhak atas medali perunggu. Sedangkan 1 keping medali emas lewat nomor embu kyukenshi berpasangan putri AA Istri Dharmamega Kelakan/Nistrina Nur Aviva pada Senin (26/9). Embu berpasangan kyukenshi putri merebut medali emas setelah duet AA Istri Dharmamega Kelakan/Nistrina Nur Aviva mengumpulkan nilai 265,5.
Dengan tambahan 1 medali perak di hari terakhir, cabor kempo berhasil menyumbangkan 3 medali, terdiri dari 1 medali emas, 1 perak dan 1 perunggu.
Pelatih Kempo Seriyanto mengakui sejak awal atletnya memang ditarget meraih medali emas. Sebab sejak penyisihan selalu menang dan berhasil melenggang dengan mulus. Bahkan, rivalnya itu sempat dikalahkan. "Penyisihan 4 kali dia menang, sejak awal kami berharap banyak untuk menambah pundi-pundi emas, namun kalah di final," tutur Seriyanto.
Sementara itu Erasmus Naris Fendi mengakui lebih unggul dengan lawan di final kalau dari sisi rekor pertemuan. "Memang kami lebih diunggulkan, tapi ini pelajaran buat saya. Kerja keras latihan hanya meraih perak. Dan, lawan justru menang di final," sesalnya. Rekor pertemuan yang dimaksud yakni memang saat babak penyisihan, termasuk sempat ketemu di kejurnas Surabaya beberapa waktu lalu. "Mohon maaf hanya bisa meraih medali perak. Saya bertekad ke depannya mengambil hikmah di laga final. Karena terlalu hati-hati melakukan serangan. Lawan justru memanfaatkan kesempatan itu," kata Erasmus.
Kenshi kelahiran Ruteng Manggarai NTT 2 Juni 1994 ini menjalani debut PON di JJawa Barat. Sebelumnya mencatat prestasi juara Kejurnas di Surabaya pada 2014. *dek
1
Komentar