Tanpa Masker dan Tak Ikuti Prokes
Massa Tolak Rapid dan Swab Test sebagai Syarat Administrasi
“Jadi, untuk apa kita membuang-buang uang. Rapid test dan swab tes tidak tepat digunakan sebagai syarat administrasi. Rapid dan swab test tidak tepat dijadikan syarat perjalanan”
DENPASAR, NusaBali
Tanpa masker dan tidak mengikuti anjuran protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19, puluhan orang yang menamakan diri Front Demokrasi Perjuangan Rakyat Bali (Frontier Bali) bersama Komunitas Bali Tolak Rapid dan Masyarakat Nusantara Sehat (Manusa) melakukan aksi penolakan terhadap rapid dan swab test sebagai syarat administrasi serta perjalanan. Aksi yang juga turut dihadiri Jerinx SID ini digelar di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi), kawasan Niti Mandala, Denpasar, Minggu (26/7) pagi.
Sekjen Frontier Bali Made Krisna Dinata, selaku koordinator aksi, menyampaikan bahwa aksi kali ini untuk melawan kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemrov) Bali yang menetapkan rapid test dan swab test sebagai syarat administrasi sertifikasi tata kehidupan era baru serta syarat perjalanan.
Menurut Krisna, hasil rapid atau swab test tidak dapat menjamin seseorang tidak terpapar virus Covid-19. “Itu disampaikan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi dan Kedokteran Laboratorium Indonesia. Jadi Pemprov harusnya menyesuaikan," tegasnya, saat berorasi.
Diungkapkan Krisna, Gubernur Bali serta jajarannya telah mengeluarkan kebijakan melakukan rapid test sebagai sertifikasi dalam tata kehidupan era baru yang dinilainya tidak ada hubungan dengan syarat administrasi serta perjalanan. Karena menurut dia, para ahli mengatakan rapid test tidak berguna dan tidak tepat dijadikan pendeteksi virus.
“Jadi, untuk apa kita membuang-buang uang. Rapid test dan swab test tidak tepat digunakan sebagai syarat administrasi. Rapid dan swab test tidak tepat dijadikan syarat perjalanan. Ngapain dilakukan," tegasnya lagi.
Diungkapkan Krisna, praktik rapid dan swab test sebagai syarat administrasi sertifikasi tata kehidupan era baru serta syarat perjalanan hanya merupakan praktik bisnis. "Hal itu kan juga disampaikan oleh lembaga Ombudsman. Atas dasar tersebut, Ombudsman menduga bahwa telah terjadi praktik rapid test. Itu akan menjadi ajang bisnis ketika dipaksakan," imbuhnya.
Menurut Krisna, kebijakan yang tepat justru diambil oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan menghapus rapid dan swab test sebagai syarat administrasi dan perjalanan. Dia juga menyampaikan seharusnya Gubernur Bali Wayan Koster beserta jajarannya menjadikan contoh kebijakan Gubernur NTT untuk diterapkan di Pulau Dewata. “Bukannya malah membebani rakyat dengan kewajiban yang tidak efektif," imbuhnya.
Sementara itu, drummer band Superman Is Dead, Jerinx SID yang selama ini getol menyuarakan bahwa virus Corona (Covid-19) merupakan bagian dari konspirasi, juga ikut meramaikan aksi tersebut. Bahkan tanpa menggunakan masker, musisi bertato ini menyanyikan sejumlah lagu dan berorasi dalam kerumunan massa yang tak menjaga jarak. "Percaya bahwa tubuh manusia akan semakin kuat jika cara pandang terhadap kesehatan juga semakin kuat, Makanya banyak-banyaklah tertawa dan banyak-banyaklah bercanda," ucapnya di sela-sela bernyanyi.
Aksi kemarin juga diramaikan oleh sejumlah musisi lainnya, seperti para personel Leeyonk Sinatra dan Vlaminora yang juga menyanyikan sejumlah lagu di hadapan massa tanpa mengikuti protokol kesehatan Covid-19, seperti tidak pakai masker dan jaga jarak. *mis
Tanpa masker dan tidak mengikuti anjuran protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19, puluhan orang yang menamakan diri Front Demokrasi Perjuangan Rakyat Bali (Frontier Bali) bersama Komunitas Bali Tolak Rapid dan Masyarakat Nusantara Sehat (Manusa) melakukan aksi penolakan terhadap rapid dan swab test sebagai syarat administrasi serta perjalanan. Aksi yang juga turut dihadiri Jerinx SID ini digelar di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi), kawasan Niti Mandala, Denpasar, Minggu (26/7) pagi.
Sekjen Frontier Bali Made Krisna Dinata, selaku koordinator aksi, menyampaikan bahwa aksi kali ini untuk melawan kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemrov) Bali yang menetapkan rapid test dan swab test sebagai syarat administrasi sertifikasi tata kehidupan era baru serta syarat perjalanan.
Menurut Krisna, hasil rapid atau swab test tidak dapat menjamin seseorang tidak terpapar virus Covid-19. “Itu disampaikan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi dan Kedokteran Laboratorium Indonesia. Jadi Pemprov harusnya menyesuaikan," tegasnya, saat berorasi.
Diungkapkan Krisna, Gubernur Bali serta jajarannya telah mengeluarkan kebijakan melakukan rapid test sebagai sertifikasi dalam tata kehidupan era baru yang dinilainya tidak ada hubungan dengan syarat administrasi serta perjalanan. Karena menurut dia, para ahli mengatakan rapid test tidak berguna dan tidak tepat dijadikan pendeteksi virus.
“Jadi, untuk apa kita membuang-buang uang. Rapid test dan swab test tidak tepat digunakan sebagai syarat administrasi. Rapid dan swab test tidak tepat dijadikan syarat perjalanan. Ngapain dilakukan," tegasnya lagi.
Diungkapkan Krisna, praktik rapid dan swab test sebagai syarat administrasi sertifikasi tata kehidupan era baru serta syarat perjalanan hanya merupakan praktik bisnis. "Hal itu kan juga disampaikan oleh lembaga Ombudsman. Atas dasar tersebut, Ombudsman menduga bahwa telah terjadi praktik rapid test. Itu akan menjadi ajang bisnis ketika dipaksakan," imbuhnya.
Menurut Krisna, kebijakan yang tepat justru diambil oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan menghapus rapid dan swab test sebagai syarat administrasi dan perjalanan. Dia juga menyampaikan seharusnya Gubernur Bali Wayan Koster beserta jajarannya menjadikan contoh kebijakan Gubernur NTT untuk diterapkan di Pulau Dewata. “Bukannya malah membebani rakyat dengan kewajiban yang tidak efektif," imbuhnya.
Sementara itu, drummer band Superman Is Dead, Jerinx SID yang selama ini getol menyuarakan bahwa virus Corona (Covid-19) merupakan bagian dari konspirasi, juga ikut meramaikan aksi tersebut. Bahkan tanpa menggunakan masker, musisi bertato ini menyanyikan sejumlah lagu dan berorasi dalam kerumunan massa yang tak menjaga jarak. "Percaya bahwa tubuh manusia akan semakin kuat jika cara pandang terhadap kesehatan juga semakin kuat, Makanya banyak-banyaklah tertawa dan banyak-banyaklah bercanda," ucapnya di sela-sela bernyanyi.
Aksi kemarin juga diramaikan oleh sejumlah musisi lainnya, seperti para personel Leeyonk Sinatra dan Vlaminora yang juga menyanyikan sejumlah lagu di hadapan massa tanpa mengikuti protokol kesehatan Covid-19, seperti tidak pakai masker dan jaga jarak. *mis
Komentar