Rumah Yatim Cabang Bali Gelontor Beasiswa untuk Anak Yatim
DENPASAR, NusaBali
Rumah Yatim Cabang Bali menyerahkan bantuan kepada dua bersaudara anak yatim, Neza Nava Aurelia dan Kailla Anastasya.
Neza adalah anak pertama yang sekarang duduk di bangku kelas 2 SMP, sementara adiknya Kailla masih duduk di bangku SD kelas 6. Dua anak yatim asal Kampung Gelgel, Kabupaten Klungkung yang kini tinggal bersama ibunya di sebuah rumah sederhana Banjar Panti Gede, Pemogan, Denpasar Selatan mendapatkan bantuan beasiswa dhuafa yang diserahkan, Kamis (23/7) lalu.
Sudah setahun lamanya sejak sepeninggalan sang ayah, dua bersaudara ini menjadi yatim. Sebelum virus corona mewabah, setiap hari mereka harus bangun lebih pagi. Usai salat subuh dan mandi, dua kakak beradik ini bersama-sama membantu sang ibu membuat gorengan seperti bakwan dan gehu. Setelahnya, mereka sama-sama pergi ke sekolah seraya membawa gorengan untuk mereka jual di sekolahnya masing-masing.
“Sambil ngumpet karena kebijakan sekolah yang melarang siswa berjualan di area sekolah. Sekarang jualannya berhenti dulu karena sekolahnya di rumah,” tutur sang Ibu kepada Rumah Yatim Cabang Bali. Usai pulang sekolah biasanya mereka sholat, makan, dan istirahat sebelum kembali menjalankan kegiatan selanjutnya. “Setelah mandi, jam 3 sore kami pergi mengaji sampai Isya,” imbuhnya.
Namun sejak pandemi Covid-19, kini kehidupan mereka berubah drastis. Tak ada lagi pergi ke sekolah dan berjualan gorengan, tentu hal ini menyebabkan salah satu mata pencaharian keluarga mereka hilang.
Namun beruntung mereka memiliki Bibi yang baik dan miliki usaha sablon, ia meminta Ibu dari kedua anak bersaudara itu untuk membantu usahanya. Sementara itu, sejak Covid-19 mereka kini menjalani sekolah secara online. Namun sayang, di keluarga mereka hanya memiliki satu Hp, yaitu milik sang ibu. “Mereka sering kebingungan, karena tugasnya dua sementara Hpnya satu. Karena mereka belum punya HP,” ujarnya. Selain terkenal sebagai anak yang baik dan berbakti terhadap keluarga, ternyata dua bersaudara ini dikenal anak yang pintar. Terbukti, di sekolahnya mereka selalu masuk ranking 5 besar. “Mereka kadang peringkat 2 atau 3,” imbuhnya. *sur
Sudah setahun lamanya sejak sepeninggalan sang ayah, dua bersaudara ini menjadi yatim. Sebelum virus corona mewabah, setiap hari mereka harus bangun lebih pagi. Usai salat subuh dan mandi, dua kakak beradik ini bersama-sama membantu sang ibu membuat gorengan seperti bakwan dan gehu. Setelahnya, mereka sama-sama pergi ke sekolah seraya membawa gorengan untuk mereka jual di sekolahnya masing-masing.
“Sambil ngumpet karena kebijakan sekolah yang melarang siswa berjualan di area sekolah. Sekarang jualannya berhenti dulu karena sekolahnya di rumah,” tutur sang Ibu kepada Rumah Yatim Cabang Bali. Usai pulang sekolah biasanya mereka sholat, makan, dan istirahat sebelum kembali menjalankan kegiatan selanjutnya. “Setelah mandi, jam 3 sore kami pergi mengaji sampai Isya,” imbuhnya.
Namun sejak pandemi Covid-19, kini kehidupan mereka berubah drastis. Tak ada lagi pergi ke sekolah dan berjualan gorengan, tentu hal ini menyebabkan salah satu mata pencaharian keluarga mereka hilang.
Namun beruntung mereka memiliki Bibi yang baik dan miliki usaha sablon, ia meminta Ibu dari kedua anak bersaudara itu untuk membantu usahanya. Sementara itu, sejak Covid-19 mereka kini menjalani sekolah secara online. Namun sayang, di keluarga mereka hanya memiliki satu Hp, yaitu milik sang ibu. “Mereka sering kebingungan, karena tugasnya dua sementara Hpnya satu. Karena mereka belum punya HP,” ujarnya. Selain terkenal sebagai anak yang baik dan berbakti terhadap keluarga, ternyata dua bersaudara ini dikenal anak yang pintar. Terbukti, di sekolahnya mereka selalu masuk ranking 5 besar. “Mereka kadang peringkat 2 atau 3,” imbuhnya. *sur
1
Komentar